Sesampainya di tempat acara. Di sebuah hotel bintang tujuh. Ayu merasa kikuk melihat para big bos ada di sana. Wanita cantik dan berwajah elegan ini, terus saja mengekori Desi, sahabatnya. Lagian dirinya tak kenal sama sekali. Banyak mata yang memandang janda baru itu. Justru Ayu semakin jengah saja. Begitu juga, Pras, suami Desi. Baru saja dikenalkan secara dekat. Tapi mata Pras terus saja menatap Ayu tanpa berkedip.
"Aku nggak enak, Des. Apa suami kamu marah padaku? karena bawa aku yang udik ini?" bisik Ayu lirih di telinga Desi.Mendengar hal tersebut, Desi hanya tersenyum saja. Niatnya ingin mengenalkan Ayu pada salah satu kolega suaminya. Akan tetapi diurungkannya. Pasalnya, Suaminya pun ada hasrat pada Ayu."Sudah tenang saja, tetaplah di dekatku."Waktu pun berlalu, Ayu sudah semakin akrab dengan Pras dan beberapa teman rekan kerjanya. Saatnya pulang, ternyata Linda dan pasangannya sudah pulang duluan dengan rombongannya, Kini, Ayu pulang di antar Pras dan Desi.Ayu duduk di belakang jok mobil sendirian.Suami Desi, menyetir dengan tenang. Desi sedang berceloteh sambil tertawa bahagia sesekali tangannya membelai pipi suaminya.Ayu merasa risi melihatnya. Ayu tak menyadari kalau dirinya terus dilirik oleh Pras lewat spion atas.***"kuharap kau mau menerimanya," kata Desi sambil terus menggenggam erat tanganku."Des, mengapa harus aku?""Mas Pras yang mau. dan aku menyetujuinya. tolonglah mau ya? hanya kaulah yang bisa menolongku.""Tapi, Des kira-kira lah, masa iddahku belum selesai.""Aku menunggu masa iddahmu. aku yang akan melamarmu untuk suamiku."Gila! Ayu terus memandang sahabatnya dalam tatapan tak percaya."Des, kau serius?""Aku sangat serius. kau tahu tentang aku seluruhnya. makanya aku langsung setuju, saat Mas Pras menunjukmu menjadi maduku."Ayu tak habis pikir pula dengan suaminya. Ayu semakin merasa tak enak hati. Karena Ayu akui, tak hanya sekali saja, Desi selalu membantu urusan finansial tanpa ribet . Pastinya suaminya pun tahu hal tersebut.Tapi, demi Allah, bila tiba waktunya dan ada uangnya, Ayu pasti akan mengganti pinjaman tersebut."Des ... aku tak tahu harus bilang apa pada keluargaku." Bergetar suara Ayu."Aku nanti yang akan bicara dengan ibumu."Tatapan Desi semakin tajam dan mengharap Ayu mengambil keputusan, ya.Ayu mengembuskan nafasnya pelan. Pilihan yang teramat sulit. Disaat dirinya mendapat luka dan cobaan ada angin segar, namun, angin segar itu, menjadi istri ke dua dari sahabatnya.Bila dipikir secara gamblang, yang pasti tawaran itu sangatlah bagus. Secara Prastyo adalah bos sukses, rumah besar. Beristrikan Desi yabg juga punya bisnis yang cukup sukses. Masalah mereka adalah pada Desi.wanita berperawakan mungil itu mempunyai penyakit yang membuat suaminya tak bisa menjalankan tugasnya. Pasalnya, setiap habis melakukan kewajiban Sumi istri, Desi pasti mengalami pendarahan. Berbagai cara pengobatan sudah dilakukan hingga ke luar negri.Keinginan mendapatkan momongan menjadi impian yang tak mungkin bagi pasangan suami istri ini.Kemudian, Desi mengijinkan suaminya untuk beristri lagi, tapi syarat dari Desi, maunya Desi yang mencari madu untuk dirinya sendiri.kemudian, malam pertemuan di pesta itulah, suaminya justru meminta pada istrinya, untuk menjadikan Ayu sebagai istri keduanya."Ayu, besok aku jemput kamu, ya. ketemu dengan suamiku.""Desi! ya, Allah aku belum mengambil keputusan. dan lagi ... apa ya pantas aku merebut kasih sayangmu. tidak Des aku–"kata-kata Ayu mengambang."Tidak Ayu, aku justru setuju, karena kau lah yang mengerti tentang kami."Ayu terdiam, "Des, tidak bisa aku bayangkan bahkan tidak ada dalam keinginan batinku, menjadi istri dari suamimu."Desi tersenyum, "Jangan dibayangkan, kau tahu, bukan? aku ingin sekali punya anak, tapi apa daya, keadaan yang tak memungkinkan."Ada sebutir air mata menetes dari mata Desi."Desi." Ayu menarik tangan Desi, "mengapa tak adopsi anak saja, ambil di panti asuhan.""Mas Pras, tidak mau. entah aku pun tak tahu alasannya."Ayu melihat Desi semakin deras air matanya. Ayu segera memeluk sahabatnya."Des, aku tak sanggup rasanya harus menjadi madumu. A-ku ....""Aku mohon, Ayu, justru kalau mencari madu orang lain aku nggak ikhlas.""Apa, kok gitu?""Aku tahu siapa kamu, dan – aku sudah ikhlas bila berbagi suami denganmu."Ayu terdiam, lagi. entah bagaimana lagi harus menolak keinginan Desi ini."Kalau kau malu, mulailah sering main ke rumah, Ayu, sehingga Mas Pras dan kau bisa lebih saling mengenal.""Apa! gila kau Des, masa – aku yang ...." Ayu tak meneruskan kalimatnya."Kau tahu kan, Mas Pras orangnya pendiam, kalau sudah di rumah ya, paling mainnya laptopnya aja."Ayu tak mengerti, dirinya segera membayang suami Desi yang memang tergolong pendiam, hingga orang lain segan untuk mengajaknya bercanda. saking pendiamnya, dan itu bukan tipe Ayu.Ah, Lagian, pilihan Ayu pada mantan suaminya yang periang, lucu dan supel nyatanya bisa kepincut pada wanita macam Harni. Suek! emang! batin Ayu teringat lukanya, tak sudi rasanya bersaing dengan sosok seperti Harni.Ayu memandang Desi, dan mengembuskan nafasnya kasar."Jangan marah padaku, ya. suamiku yang mau, maafkan kami, Ayu. andai keadaanku tak seperti ini, pasti kami sudah dikaruniai seorang anak. bahkan untuk membahagiakan suami saja aku masih belum mampu." tiba-tiba, Desi terisak kembali. kedua tangannya menutup wajahnya."Ayu! Tunggu!" teriak Desi mengejar sosok yang yang tampak memperhatikan kerumunan di jalan utama.Ayu langsung berhenti melangkah dan mencari sumber suara yang memanggilnya. Dilihatnya Desi setengah tergesa mendekatinya.Plak! Sebuah tamparan tiba-tiba mendarat di pipi Ayu. Wanita itu kaget atas perlakuan kurang ajar dari Desi."Kembalikan Tegar padaku!" cecarnya dengan emosi. "Dia sudah menjadi anakku, ingat aku punya surat adopsinya!"Ayu memandang sengit pada Desi, ia masih memegang pipinya yang terasa perih akibat tamparan dari Desi.'Kau! Apa kau tak malu, bodoh kok ngga sembuh-sembuh! Semua surat yang Mamimu buat itu palsu, tersebut surat adopsi Tegar! Dan semua itu tak ada gunanya lagi! Paham! Tegar tetap anakku, kau tak berhak atas semua tentang Tegar!" Ayu lebih garang, ia tak pedulikan beberapa orang sudah mulai mengerubunginya.Adu mulut dengan Desi menjadi tontonan gratis. Desi semakin kalap mendengar penuturan Ayu. Ia merasa dijatuhkan harga dirinya. Apa lagi sudah terbo
Mami sudah mulai ketar ketir, karena pemberangkatannya sepertinya akan bermasalah. Ia sudah siapkan beberapa surat penting dan beberapa kartu yang akan diperlukan nanti, tapi tiba-tiba ... "Ibu Suharti betul ? ikutlah bersama kami," Sebuah suara wanita berpakaian preman segera merangkul pundak Mami dengan cepat memborgol tangan Mami. Mami sudah tidak bisa berkutik lagi, Mami ditangkap petugas imigrasi. Sementara itu, beberapa petugas sudah mengerumuni sebuah mobil yang sudah ringsek. Beberapa warga yang kaget dengan suara letusan mirip senapan itu pun mencari sumber letusan. karena mereka pikir ada sebuah insiden di area pembuangan sampah terakhir ini. Tubuh Pras ditemukan sudah kaku, ada benturan keras di dada dan kepalanya, tak ada tanda kekerasan , sepertinya petugas menganggap pengemudi sedang mabuk dan keluar jalur masuk dalam kubangan jurang pembuangan. Evakuasi mobil cukup sulit karena banyaknya sampah dan penonton yang heboh pada peristiwa tersebut. *** Desi me
Mami pergi bersama Pras, kali ini benar-benar akan melakukan sesuatu yang semua orang tak menyangkalnya. Mami minta di antar ke beberapa perusahaan, Pras mengantar hingga usai. Kemudian mereka menuju sebuah kawasan elite, menuju sebuah rumah yang sudah mereka beri tanda.Sementara itu Budiman terus menguntit kemanapun mereka pergi, sasaran utama lelaki itu adalah koper yang ada di tangan Pras."Pras! Tunggu di sini, mami mau ambil sesuatu ingat! Jangan telat jemput mami lagi ke sini. Pergilah, jangan sampai mobil Desi diketahui seseorang."Pras mengangguk dan langsung meluncur lagi. Mami segera keluar mobil dan menggenakan masker dan sebuah rambut pasangan yang ia sediakan dalam tasnya. Lalu berjalan mengendap mendekati sebuah mobil mewah yang terparkir depan rumah bertingkat. Tak disangka Mami melakukan hal tersebut, yaitu memutus slang rem dari bawah mobil dan mengiris beberapa kabel otomatis! Pras kali ini pergi ke sebuah tempat yang cukup sepi ia akan menyimpan uang dalam koperny
Kasus ini semakin melebar, Singgih menjadi penasaran apa sebenarnya dibalik semua ini. Dengan cepat dirinya menelusuri keluarga Desi yang selama ini ia kenal sebatas kenal saja. Dari nama Ayahnya, ibunya hingga bisnis yang katanya berbasis utama ada di Swiss. Sempat kesulitan juga Singgih menemukan keterangan tentang mereka. "Rita, panggilkan Tommy ke sini, aku ada perlu dengannya." Singgih menyuruh Rita asistennya memanggil anak buahnya yang jago dalam mencari hal seperti ini.Tak lama terdengar pintu diketuk dari luar."Masuk!" Seru Singgih. Mereka pun kini terlibat dalam sebuah pembicaraan serius.***Tampak Santi terlihat melamun di atas balkon, dan didekati Ayu. Wanita itu menyentuh pundak Santi."Kenapa, San? Apa yang kau pikirkan?"Sedikit terkejut dan Santi berdiri dan langsung memeluk Ayu."Ada apa? " Ayu balas memeluk adik angkatnya ini."Aku tak tahu harus bagaimana kak, mau cerita tapi aku takut."Ayu tertegun dan langsung menyuruhnya duduk."Ada apa sebenarnya , Santi? A
Bab 72. Budiman menyalakan sebatang rokoknya di depan sebuah kios kecil di pinggir trotoar. Matanya terus saja mengawasi sebuah mobil mewah yang sudah melintas semenit yang lalu. Mengingat nomor plat tersebut dan langsung pergi dengan sepeda motornya.Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Kini saatnya ia harus laporan pada majikannya. Motor melaju ke arah jalan Halmahera, jalanan cukup ramai, tapi rumah megah di pinggir jalan raya itu mudah dicapainya dalam waktu dalam setengah jam saja."Bos, ada berita bagus nih, dan apa rencana sudah fiksi?" tanya Budiman di sebuah ponselnya.Tak lama dirinya turun dari sepeda motor dan membuka pagar yang masih terkunci dari dalam, dengan lihainya jarinya sudah bisa mencongkel grendel dari pagar besi itu. Memasukkan motornya dan menutup pintu pagar kembali.Lelaki itu sesaat mematikan rokok yang sudah tinggal beberapa centi saja, membuang sembarang pada taman yang sedikit tak terawat."Selamat pagi bos!" Suaranya lantang menyapa penghuni r
Malam ini Ayu sedang duduk di beranda teras menatap malam yang penuh bintang, walaupun badannya penat seharian bertamasya tapi dirinya tak bisa memejamkan matanya. Pikirannya melambung entah kemana."Sayang, kenapa?" tanya Singgih seraya memeluk istrinya dari belakang. Tercium bau segar sabun mandi dari tubuh suaminya. Ayu tersenyum dan mengelus bagian belakang suaminya yang sudah mencium tengkuk leher wanita ayu itu."Apa yang kau pikirkan?" Pertanyaan ulang Singgih lontarkan lagi.Ayu menggelengkan kepalanya, "tidak ada apa-apa, aku cukup bahagia, aku sedang menikmati tenang dan nyamannya malam ini. Udara malam ini dingin tapi menyejukkan," jawab Ayu. Singgih pun duduk menjejeri istrinya."Kau betah bukan? Tinggal di kawasan ini?"Ayu mengangguk pelan dan menyandarkan kepalanya di lengan suaminya."Ini impianku selama ini, ingin punya rumah di kawasan elite ini, dengan keluarga yang aku sayangi."Ayu masih terus tersenyum saat Singgih terus bercerita tentang rencana-rencana masa dep