Share

Bab 2. Bertemu

Sesampainya di tempat acara. Di sebuah hotel bintang tujuh. Ayu merasa kikuk melihat para big bos ada di sana. Wanita cantik dan berwajah elegan ini, terus saja mengekori Desi, sahabatnya. Lagian dirinya tak kenal sama sekali. Banyak mata yang memandang janda baru itu. Justru Ayu semakin jengah saja. Begitu juga, Pras, suami Desi. Baru saja dikenalkan secara dekat. Tapi mata Pras terus saja menatap Ayu tanpa berkedip.

"Aku nggak enak, Des. Apa suami kamu marah padaku? karena bawa aku yang udik ini?" bisik Ayu lirih di telinga Desi.

Mendengar hal tersebut, Desi hanya tersenyum saja. Niatnya ingin mengenalkan Ayu pada salah satu kolega suaminya. Akan tetapi diurungkannya. Pasalnya, Suaminya pun ada hasrat pada Ayu.

"Sudah tenang saja, tetaplah di dekatku."

Waktu pun berlalu, Ayu sudah semakin akrab dengan Pras dan beberapa teman rekan kerjanya. Saatnya pulang, ternyata Linda dan pasangannya sudah pulang duluan dengan rombongannya, Kini, Ayu pulang di antar Pras dan Desi.

Ayu duduk di belakang jok mobil sendirian.

Suami Desi, menyetir dengan tenang. Desi sedang berceloteh sambil tertawa bahagia sesekali tangannya membelai pipi suaminya.

Ayu merasa risi melihatnya. Ayu tak menyadari kalau dirinya terus dilirik oleh Pras lewat spion atas.

***

"kuharap kau mau menerimanya," kata Desi sambil terus menggenggam erat tanganku.

"Des, mengapa harus aku?"

"Mas Pras yang mau. dan aku menyetujuinya. tolonglah mau ya? hanya kaulah yang bisa menolongku."

"Tapi, Des kira-kira lah, masa iddahku belum selesai."

"Aku menunggu masa iddahmu. aku yang akan melamarmu untuk suamiku."

Gila! Ayu terus memandang sahabatnya dalam tatapan tak percaya.

"Des, kau serius?"

"Aku sangat serius. kau tahu tentang aku seluruhnya. makanya aku langsung setuju, saat Mas Pras menunjukmu menjadi maduku."

Ayu tak habis pikir pula dengan suaminya. Ayu semakin merasa tak enak hati. Karena Ayu akui, tak hanya sekali saja, Desi selalu membantu urusan finansial tanpa ribet . Pastinya suaminya pun tahu hal tersebut.

Tapi, demi Allah, bila tiba waktunya dan ada uangnya, Ayu pasti akan mengganti pinjaman tersebut.

"Des ... aku tak tahu harus bilang apa pada keluargaku." Bergetar suara Ayu.

"Aku nanti yang akan bicara dengan ibumu."

Tatapan Desi semakin tajam dan mengharap Ayu mengambil keputusan, ya.

Ayu mengembuskan nafasnya pelan. Pilihan yang teramat sulit. Disaat dirinya mendapat luka dan cobaan ada angin segar, namun, angin segar itu, menjadi istri ke dua dari sahabatnya.

Bila dipikir secara gamblang, yang pasti tawaran itu sangatlah bagus. Secara Prastyo adalah bos sukses, rumah besar. Beristrikan Desi yabg juga punya bisnis yang cukup sukses. Masalah mereka adalah pada Desi.

wanita berperawakan mungil itu mempunyai penyakit yang membuat suaminya tak bisa menjalankan tugasnya. Pasalnya, setiap habis melakukan kewajiban Sumi istri, Desi pasti mengalami pendarahan. Berbagai cara pengobatan sudah dilakukan hingga ke luar negri.

Keinginan mendapatkan momongan menjadi impian yang tak mungkin bagi pasangan suami istri ini.

Kemudian, Desi mengijinkan suaminya untuk beristri lagi, tapi syarat dari Desi, maunya Desi yang mencari madu untuk dirinya sendiri.

kemudian, malam pertemuan di pesta itulah, suaminya justru meminta pada istrinya, untuk menjadikan Ayu sebagai istri keduanya.

"Ayu, besok aku jemput kamu, ya. ketemu dengan suamiku."

"Desi! ya, Allah aku belum mengambil keputusan. dan lagi ... apa ya pantas aku merebut kasih sayangmu. tidak Des aku–"

kata-kata Ayu mengambang.

"Tidak Ayu, aku justru setuju, karena kau lah yang mengerti tentang kami."

Ayu terdiam, "Des, tidak bisa aku bayangkan bahkan tidak ada dalam keinginan batinku, menjadi istri dari suamimu."

Desi tersenyum, "Jangan dibayangkan, kau tahu, bukan? aku ingin sekali punya anak, tapi apa daya, keadaan yang tak memungkinkan."

Ada sebutir air mata menetes dari mata Desi.

"Desi." Ayu menarik tangan Desi, "mengapa tak adopsi anak saja, ambil di panti asuhan."

"Mas Pras, tidak mau. entah aku pun tak tahu alasannya."

Ayu melihat Desi semakin deras air matanya. Ayu segera memeluk sahabatnya.

"Des, aku tak sanggup rasanya harus menjadi madumu. A-ku ...."

"Aku mohon, Ayu, justru kalau mencari madu orang lain aku nggak ikhlas."

"Apa, kok gitu?"

"Aku tahu siapa kamu, dan – aku sudah ikhlas bila berbagi suami denganmu."

Ayu terdiam, lagi. entah bagaimana lagi harus menolak keinginan Desi ini.

"Kalau kau malu, mulailah sering main ke rumah, Ayu, sehingga Mas Pras dan kau bisa lebih saling mengenal."

"Apa! gila kau Des, masa – aku yang ...." Ayu tak meneruskan kalimatnya.

"Kau tahu kan, Mas Pras orangnya pendiam, kalau sudah di rumah ya, paling mainnya laptopnya aja."

Ayu tak mengerti, dirinya segera membayang suami Desi yang memang tergolong pendiam, hingga orang lain segan untuk mengajaknya bercanda. saking pendiamnya, dan itu bukan tipe Ayu.

Ah, Lagian, pilihan Ayu pada mantan suaminya yang periang, lucu dan supel nyatanya bisa kepincut pada wanita macam Harni. Suek! emang! batin Ayu teringat lukanya, tak sudi rasanya bersaing dengan sosok seperti Harni.

Ayu memandang Desi, dan mengembuskan nafasnya kasar.

"Jangan marah padaku, ya. suamiku yang mau, maafkan kami, Ayu. andai keadaanku tak seperti ini, pasti kami sudah dikaruniai seorang anak. bahkan untuk membahagiakan suami saja aku masih belum mampu." tiba-tiba, Desi terisak kembali. kedua tangannya menutup wajahnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status