Ayu duduk dalam gelisah. apakah dirinya harus bahagia atau bersedih.
Kini, dirinya duduk di sebuah ruang tamu yang sangat megah. Rumah Desi bak istana sultan.Tak lama, seorang lelaki muda berparas tampan,dengan tubuh atletia.. Keluar dan berjalan beriringan dengan Desi. Wajah Desi yang tersenyum dari tadi membuat Ayu membalasnya dengan senyuman pula."Tuh , ada Ayu, Mas .....""Oh, ya. wah, sudah lama Yu?" tanya Pras, tanpa canggung sama sekali."Baik," jawab Ayu kemudian, berdiri, dan menyambut uluran tangannya. Jabatan tangannya cukup kuat menganggap tangan Ayu.Prastyo, memandang Ayu dan tersenyum ramah."Sepertinya, kita harus main ke rumah ibunya Ayu, sayang." cakap Pras tiba-tiba."Oh, tentu saja. nanti aku atur waktunya, ya, begitu Ayu. nanti bilang pada Ibu. aku dan suami mau sowan ke rumah ibumu."Ayu hanya mengangguk dan menundukkan kepalanya. Sebuah polemik bagi Ayu, tapi. tak mungkin bisa mundur.***"Apa kau sudah gila, Yu?!" Ibu bertanya dengan nada tinggi."Maafkan Ayu Bu, aku pun tak tahu. untuk berkata tidak. rasanya berat sekali. Desi sudah banyak membantu hidupku dulu Bu." Isak Ayu tak tahan, akhirnya menangis juga.."Makanya punya suami itu dijaga, malah menghamili pembantu!" hardik ibu mulai mengungkit kesalahanku."Bu, jangan pautkan hal itu. toh nyatanya aku sudah lakukan hal terbaik sebagai istri. aku saja yang salah ambil dia menjadi pembantu , Bu." Ayu membela dirinya sendiri.Ibunya terdiam, ada rasa kecewa , "Kau sudah dewasa, nyatanya saat kau dicerai oleh suamimu , kau tak bilang pada ibu. yang akhirnya kau tak punya apa-apa.""Bu ....""Mungkin ini , memang takdirmu. yang ibu takutkan, dengan suamimu saja kau tak bisa hamil, lalu .... apa sekarang kau bisa hamil ?""Aku sehat Bu, tidak mandul." Ayu merasa tersinggung atas kata-kata ibunya. tapi memang benar, bagaimana kalau benar, aku tak bisa hamil? pikir Ayu dilematis."Bu ...." Ayu memegang tangan ibunya, dan mengecup punggung tangannya takzim."Maafkan aku Bu, selama ini aku belum menjadi anak yang berbakti. maafkan aku Bu?" Ayu sudah menangis sesenggukan.Ibu Ayu langsung menarik tangan anaknya, dan balik memeluk anaknya erat."Semoga takdirmu, bisa membuatmu bahagia, ibu selalu mendoakan yang terbaik. tapi bila ini adalah jodohmu yang kedua. mau apa lagi.""Bu, ibu mengijinkan?"ibunya mengangguk dan mengusap air mata di wajah anak semata wayangnya. Hidupnya yang hanya mengandalkan uang dari pensiunan suaminya yang sudah meninggal, mengharapkan hidup lebih nyaman lagi, ibunya pun paham, anaknya hanyalah tamatan sekolah tingkat atas saja. Untuk bekerja pun pasti hanya bisa jadi buruh di pabrik.***Malam ini adalah kunjungan Desi dan Suaminya. Desi membawa banyak makanan dan buah-buahan untuk bingkisan. Ayu merasa tidak enak hati. Rasa yang tak bisa diungkapkan. Ibunya hanya bisa pasrah saja., Desi menceritakan banyak hal pada ibu Ayu."Maafkan aku, Nak Desi, Bila Ayu bisa, membantu keinginanmu, ibu hanya bisa merestui saja. tapi, apakah?""Aku akan menikahi Ayu secara sah, Bu. menjadi istri ke duaku. Aku berjanji tidak akan pilih kasih pada Ayu, ataupun Istriku, Desi. mereka akan mendapatkan hak yang sama." Prasetyo berkata dengan tegas di hadapan ibu. Ayu hanya diam, tangannya masih dipegang erat oleh Desi."Benar, Bu. aku sebagai istri pertama akan membimbing Ayu," Desi berkata sambil melirik Ayu dan tersenyum.Ayu kembali memandang ibunya, ada rasa nyeri dalam hatinya. Andai ibu tak setuju, pasti Mas Pras akan mundur. Tapi ini, Ibu justru iba pada Desi. Perasaan sebagai seorang wanita, Bagaimana tersiksanya Desi saat menjalankan tugasnya sebagai istri juga setelahnya, yang membuatnya dirinya harus merasakan sakit yang teramat sakit.Lalu? bagaimana dengan aku? batin Ayu. Orang hanya melihat luarnya saja, karena baru saja keluar dari rasa dera kehidupan, di cerai suami tanpa mendapatkan harta gono-gini, bahkan kalah dengan Harni yang sudah hamil duluan, tapi benarkah itu anak Bram? aku aja–, ups , Ayu saja belum hamil selama dua tahun pernikahan dengan Bram.Lalu, apakah bila iya, menikah dengan suami Desi yang menikahi nya hanya ingin punya anak, lah kalau sama, Ayu belum kunjung jua hamil? apakah kebaikan Desi akan tetap sama? atau malah aku akan disiksa sebagai istri kedua yang juga nggak bisa hamil? pikir Ayu penuh dilema."Ayu! kau ini dipanggil malah melamun." kata ibunya sambil mencolek lengan Ayu.Ayu kaget dan tersenyum sambil menunduk.Tak menyadari dari tadi mata Pras selalu mencuri pandang pada Ayu.Jangan jatuh cinta! jangan! teriak hati Ayu.Desi tahu gelagat Ayu, sambil tersenyum, dirinya bangkit dari duduknya, menarik tangan Ayu, dan mendudukkan sahabatnya itu di samping kiri suaminya, dirinya juga duduk di samping kanan suaminya."Bagaimana, Bu apakah kami sudah pantas?" tanya Desi pada ibu Ayu.Sungguh Desi membuat Ayu malu, dia segera pindah dari sisi suami Desi.Desi malah tertawa, "Nanti kau akan terbiasa, bukan kah begitu Mas Pras?"Pras , suami Desi, hanya senyum tersamar, dan mengangguk dengan cepat."Iya ..."Ayu semakin tak bisa berkata-kata lagi.Gila! emang gila rencana Desi ini.ibu hanya memandang mereka terlihat lengkung di bibirnya walau terlihat dalam keterpaksaan.Malam, makin larut, dan Desi juga suaminya pamit undur diri. Ayu tak bisa berbuat lebih.tiba-tiba,"Bila ini sudah menjadi takdirmu, mau apa lagi, mungkin ini jalan terbaik dari Allah, Nak."***'Aku mau bertemu empat mata' Akhirnya Ayu beranikan diri untuk membuat janji pada Pras.'Baik, aku jemput, ya.'Pras membalas chat tersebut.Tak lama, sebuah mobil berhenti di depan rumah Ayu.Mereka pun pergi ke suatu tempat, Ayu tahu ini adalah hal yang salah."Aku ingin bicara.""Bicaralah, Ayu. aku mendengarkan, " kata Pras sambil terus menatap Ayu.wanita cantik ini merasa jengah saat lelaki di depannya menatapnya begitu."Aku aku ingin adanya sebuah perjanjian, bila dalam tujuh bulan aku belum hamil berarti kau boleh menceraikan aku."Pras menatap Ayu dan tersenyum. "Ada lagi?""Aku tak akan jatuh cinta padamu, begitu juga dirimu, maaf aku tak mau menyakiti hati Desi, mengapa tidak kau cari wanita lain saja." geram Ayu."Tapi aku maunya, kamu, Ayu. Desi sudah banyak menceritakan kisah hidupmu, aku pun tahu siapa kamu."Ayu merasa tersudutkan atas kata-kata Pras, berarti dia tahu kalau , Ayu sering mendapat bantuan uang dari Desi.Sialan, batin Ayu. maksud hati, agar pernikahan ini tidak terjadi, tapi malah ...."Kau mau apa? katakan, aku akan penuhi semua keinginanmu."Ayu masih terus memandang lelaki tirus di depannya ini. Memang wajah tampannya akan membius wanita manapun, tapi Ayu sama sekali tak suka dengan suami Desi ini."Kau mau rumah?""Tidak.""Berarti deal kan, kita tak ada masalah apa-apa, kau sayang dengan sahabatmu kan?"lagi-lagi, Ayu dibuat tak bisa berkata-kata lagi.Sudah hampir empat bulan berlalu, kini masa iddah Ayu telah usai. Apa yang dijanjikan Pras dan Desi betul-betul dilaksanakan.Saat ini, Ayu duduk dalam balutan kebaya berwarna putih tulang, dan kembaran dengan Desi. Di meja kecil, Pras, mengucapkan ijab kabul atas nama Ayu Indira"Sah ....""Sah!!" Para tamu, serentak bertepuk tangan.Ya Allah, Ayu sudah sah menjadi istri ke dua dari Prasetyo, batin Ayu pelan. Desi menggandeng tangan Ayu untuk mendekati suaminya, lalu menarik tangannya untuk bersalaman dengan Ayu.Ada sebuah cincin permata berlian yang tersemat di jari Ayu. Itu adalah pertama kalinya Ayu bisa memakai cincin begitu mahalnya. Dulu, Bram mantan suaminya, hanya memberikan sebuah cincin biasa seberat lima gram. Ibu, tampak tersenyum terus, bahagia ya, Bu. mendapat mantu yang kaya raya, Tapi anaknya hanyalah menjadi istri yang kedua. batin Ayu. Seutas senyuman terpaksa Ayu berikan untuk menutupi rasa yang tak bisa dijabarkan dengan kata-kata.Malam ini, bukan saja malam ba
Ayu keluar dari kamar mandi, berjalan pelan dengan baju tidurnya, model terusan, berbelah dada dan ada belahan pada bagian samping yang cukup panjang, hingga pahanya terlihat. Mengapa juga Ayu berjalan pelan? karena dirinya berusaha menutup pahanya agar tidak terlihat. Pras melirik wanita yang sekarang menjadi istri sahnya.Memang dirinya sejak pertama melihatnya sudah tertarik dengan Ayu. Parasnya hampir mirip dengan Desi. juga dari postur tubuh juga. Tapi, Ayu berdada lebih penuh. lelaki bernama Prasetyo itu menelan salivanya. Sudah berapa tahun hasratnya selalu tak terlampiaskan, bahkan untuk membayar kenikmatan pun dirinya tak punya nyali. Hanya diam-diam saja dirinya melampiaskan hasratnya dalam kamar mandi. Hal tersebut disimpannya rapat-rapat. Keranjingan dirinya melihat Vidio porno pun sudah tingkat dewa. Hanya itu satu-satunya kepuasannya. Orang lain tak akan menyangka seorang Prasetyo yang pendiam, ternyata .... sekarang suhu juga."Duduklah sini," ucapnya pelan.Ayu mende
Prasetyo berangkat ke kantor setelah hampir tiga hari dirinya meliburkan diri setelah menikah. Berniat ingin berbulan madu dengan Ayu, tapi nampaknya Ayu lebih memilih berdiam, tak mau kemana-manaHingga, akhirnya, ibu dan Desi malah merencanakan berliburan ke Bali. Sebenarnya Desi sengaja melakukan hal tersebut, agar waktu kebersamaan dengan Ayu dan suaminya lebih banyak."Lagian, ibu Ayu belum pernah ke Bali, iya kan Bu?" Ibu Ayu mengangguk saja saat ditanya Desi di depan Suaminya.Ayu yang sedang berada di kamar sendirian , mendengar pembicaraan mereka.Ayu ingin bicara empat mata saja sama ibunya, tapi Desi selalu berada di dekatnya terus. hal ini membuat dirinya semakin sewot pada keadaan."Ya itu terserah, kamu , sayang. lakukan apa yang kamu senang," kata Prasetyo pada Desi.Sepertinya itu adalah kata-kata yang selalu Pras ucapkan pada Desi. Ayu hanya menghela napasnya saja. Beberapa hari ini, Desi memberikan peluang dua Minggu full adalah miliknya dan Pras, Namun, Ayu masih
Rencana Desi betul-betul dilakukan, Ayu kini ada bersama mereka yang mengantarkan ke bandara untuk mereka terbang berlibur ke Bali bersama ibu."Sepenuhnya, aku serahkan tugasku padamu, mau kau apakan suamiku terserah, toh, dia suamimu juga, Dhek."Desi berkata dengan panggilan baru untuk Ayu."Wah, bila kau panggil Ayu dengan Dhek, aku serasa bos minyak yang beristri lima." timpal Pras dengan tertawa."Kau mau madu lagi? tetap aku yang pilih, tapi jangan harap aku mau memberikan maduku lagi, ya. cukup Ayu saja. itupun sudah yang paling terbaik, iya kan Dhek?"Desi melirik nakal pada suaminya yang sedang menyetir.ibu hanya tersenyum, dan menimpali jawaban Desi, "Yang penting, kalian rukun, nggak ada perselisihan.""Nah, itu baru benar." Pras tertawa renyah, "Pastinya Bu, aku akan berbuat adil untuk dua pendampingku ini, Bu. percayalah." tambah Pras.Semua tertawa dalam bahagia. Tak lama, setelah cukup menunggu hampir satu jam, akhirnya pemberangkatan Desi dan ibu Ayu tiba. Saling p
Lagi-lagi, Ayu merasakan cintanya pada suaminya tumbuh dengan pesat. Karena Pras selalu pesona.. Semua tingkah laku dan bicaranya membuat Ayu terbang ke langit cinta."Kau ini, Mas. Rayuanmu, bikin klepek-klepek." ucap Ayu saat Pras membacakan puisi untuknya."Apa iya, sayang? apa kau mau yang lainnya?""Yang lainnya apanya?""Yang bikin klepek-kelpek.""Emang apaan, sih?" Ayu mengernyitkan dahinya bingung. Pras mendekat pelan, lalu menggendong istrinya masuk dalam kamar mandi hotel. Mencium bibir istrinya dengan membabi-buta, Ayu hanya tertawa saja, sengaja, Pras berdiri di bawah shower, dan langsung menyalakan shower tersebut. Tentu saja Ayu terpekik kaget merasakan air dingin dari shawer tersebut. Suaminya malah tertawa dan lanjut mengecup bibir istrinya cukup lama di bawah guyuran air.Tangan itu, sudah melepas semua pakaian Ayu. Terlihatlah dua gundukan kenyal terlihat bebas, Ayu merasa malu sendiri, bagaimanapun, baru kali ini dirinya berada dalam kamar mandi bersama suaminya. S
"Lihat Ayu, aku belikan banyak oleh-oleh untukmu." Desi menunjukan semua oleh-oleh yang sudah dia beli dari berliburnya.Sungguh royal sekali wanita ini, pikir Ayu, ah biarin kan uangnya sendiri. pikirnya santai.Sambil tersenyum Ayu mendekati Desi yang sedang melipat beberapa baju khas dari Bali."Kita samaan," serubya senang, seraya melilitkan kain khas Bali pada pinggangnya yang ramping. "lihat cantik kan?" tanyanya sambil berlenggok.Tentu saja kau cantik Desi, pikir Ayu. Siapa yang tak akan jatuh cinta padamu, wajah yang kebule-bulean, bertubuh sintal, dengan kulit yang putih bersih. tapi sayang .... tak bisa main di ranjang, batin Ayu. ups!"Mengapa kau diam saja, Ayu. Ayo kau pilih yang mana?""Hem, yang mana ya? semuanya bagus Des, seleramu memang nggak pernah jelek." puji Ayu."Iya, dong," timpalnya sambil tersenyum."Aku nggak dapat jatah oleh-oleh nih?" tiba-tiba, Pras masuk dan sudah selesai dengan bawaan yang terakhir."Adalah, pasti ada dong. masa untukmu nggak aku belik
Masalah bunga pun kelar, Mbok Nah bisa menjaga rahasia. Bunga kesayangan Desi, yang hilang tak terungkap kalau Ayu yang memetiknya."Aku tuh nggak suka kalau tanamanku ada yang menganggu!" ancaman keras dari Desi, entah ditujukan pada siapa. Moga saja Desi tak tahu hal yang sebenarnya.Nampak sebuah mobil masuk area parkiran, pagar besi yang memang otomatis, dan mobil Pras masuk pelan ke halaman yang luas. Ayu hanya bisa berdiri, di sisi salah satu jendela depan, karena Desi sudah berdiri diambang pintu utama, untuk menyambut kedatangan suaminya.Kali ini, Desi sama sekali tak memperhatikannya, mungkin Desi masih kesal dengan Ayu."Sayang ...." panggil Desi pada suaminya dengan manja dan menyambutnya dengan pelukan hangat.Ayu memandang mereka dalam tatapan hampa."Mana Ayu?""Tuh, Ayu. " Tunjuk Desi pada Ayu yang tersenyum di sisi ruang tamu."Syukur deh, semua baik-baik saja. masak apa hari ini, aku kok lapar banget ya."Ayu hendak menjawab pertanyaan Pras, tapi urung dilakukan, ka
Desi tak menyadari wajah Ayu langsung berubah. Saat bertatapan lagi dengan Desi, senyum Ayu langsung sumringah."Aku khawatir padamu Des, maafkan aku. Mas Pras semalam tidur di kam-" "Tak apa, Ayu. Aku mengerti kok, aku juga terlalu lama bertelepon dengan Mami. Oh ya, Minggu depan Mami mau pulang loh ke indo." seru Desi dengan girang."Oh ya? Seneng dong," jawab Ayu antusias. Terlihat wajah Prasetyo mulai berbeda, "Aku berangkat kerja jam 7 pagi, lebih awal. Karena ada laporan yang belum komplit aku selesaikan." tuturnya.Ayu menengok dan meminta persetujuan pada Desi untuk mengantarkan Pras untuk berangkat kerja. Desi mengangguk, karena dirinya pun belum selesai berpakaian rapi."Antar dulu Mas Pras, nanti kalau sudah selesai, ku tunggu kau di kamarku, Ayu." Pesan Desi pada Ayu."Oke, " Ayu gunakan kesempatan itu untuk sedikit berbincang pada suaminya."Aku pulang Mas, kalau maminya Desi sudah di rumah," pinta Ayu, saat suaminya akan masuk ke dalam mobil."Nanti kita pikirkan lagi,