Share

Bab 3. Pertemuan

Ayu duduk dalam gelisah. apakah dirinya harus bahagia atau bersedih.

Kini, dirinya duduk di sebuah ruang tamu yang sangat megah. Rumah Desi bak istana sultan.

Tak lama, seorang lelaki muda berparas tampan,dengan tubuh atletia.. Keluar dan berjalan beriringan dengan Desi. Wajah Desi yang tersenyum dari tadi membuat Ayu membalasnya dengan senyuman pula.

"Tuh , ada Ayu, Mas ....."

"Oh, ya. wah, sudah lama Yu?" tanya Pras, tanpa canggung sama sekali.

"Baik," jawab Ayu kemudian, berdiri, dan menyambut uluran tangannya. Jabatan tangannya cukup kuat menganggap tangan Ayu.

Prastyo, memandang Ayu dan tersenyum ramah.

"Sepertinya, kita harus main ke rumah ibunya Ayu, sayang." cakap Pras tiba-tiba.

"Oh, tentu saja. nanti aku atur waktunya, ya, begitu Ayu. nanti bilang pada Ibu. aku dan suami mau sowan ke rumah ibumu."

Ayu hanya mengangguk dan menundukkan kepalanya. Sebuah polemik bagi Ayu, tapi. tak mungkin bisa mundur.

***

"Apa kau sudah gila, Yu?!" Ibu bertanya dengan nada tinggi.

"Maafkan Ayu Bu, aku pun tak tahu. untuk berkata tidak. rasanya berat sekali. Desi sudah banyak membantu hidupku dulu Bu." Isak Ayu tak tahan, akhirnya menangis juga..

"Makanya punya suami itu dijaga, malah menghamili pembantu!" hardik ibu mulai mengungkit kesalahanku.

"Bu, jangan pautkan hal itu. toh nyatanya aku sudah lakukan hal terbaik sebagai istri. aku saja yang salah ambil dia menjadi pembantu , Bu." Ayu membela dirinya sendiri.

Ibunya terdiam, ada rasa kecewa , "Kau sudah dewasa, nyatanya saat kau dicerai oleh suamimu , kau tak bilang pada ibu. yang akhirnya kau tak punya apa-apa."

"Bu ...."

"Mungkin ini , memang takdirmu. yang ibu takutkan, dengan suamimu saja kau tak bisa hamil, lalu .... apa sekarang kau bisa hamil ?"

"Aku sehat Bu, tidak mandul." Ayu merasa tersinggung atas kata-kata ibunya. tapi memang benar, bagaimana kalau benar, aku tak bisa hamil? pikir Ayu dilematis.

"Bu ...." Ayu memegang tangan ibunya, dan mengecup punggung tangannya takzim.

"Maafkan aku Bu, selama ini aku belum menjadi anak yang berbakti. maafkan aku Bu?" Ayu sudah menangis sesenggukan.

Ibu Ayu langsung menarik tangan anaknya, dan balik memeluk anaknya erat.

"Semoga takdirmu, bisa membuatmu bahagia, ibu selalu mendoakan yang terbaik. tapi bila ini adalah jodohmu yang kedua. mau apa lagi."

"Bu, ibu mengijinkan?"

ibunya mengangguk dan mengusap air mata di wajah anak semata wayangnya. Hidupnya yang hanya mengandalkan uang dari pensiunan suaminya yang sudah meninggal, mengharapkan hidup lebih nyaman lagi, ibunya pun paham, anaknya hanyalah tamatan sekolah tingkat atas saja. Untuk bekerja pun pasti hanya bisa jadi buruh di pabrik.

***

Malam ini adalah kunjungan Desi dan Suaminya. Desi membawa banyak makanan dan buah-buahan untuk bingkisan. Ayu merasa tidak enak hati. Rasa yang tak bisa diungkapkan. Ibunya hanya bisa pasrah saja., Desi menceritakan banyak hal pada ibu Ayu.

"Maafkan aku, Nak Desi, Bila Ayu bisa, membantu keinginanmu, ibu hanya bisa merestui saja. tapi, apakah?"

"Aku akan menikahi Ayu secara sah, Bu. menjadi istri ke duaku. Aku berjanji tidak akan pilih kasih pada Ayu, ataupun Istriku, Desi. mereka akan mendapatkan hak yang sama." Prasetyo berkata dengan tegas di hadapan ibu. Ayu hanya diam, tangannya masih dipegang erat oleh Desi.

"Benar, Bu. aku sebagai istri pertama akan membimbing Ayu," Desi berkata sambil melirik Ayu dan tersenyum.

Ayu kembali memandang ibunya, ada rasa nyeri dalam hatinya. Andai ibu tak setuju, pasti Mas Pras akan mundur. Tapi ini, Ibu justru iba pada Desi. Perasaan sebagai seorang wanita, Bagaimana tersiksanya Desi saat menjalankan tugasnya sebagai istri juga setelahnya, yang membuatnya dirinya harus merasakan sakit yang teramat sakit.

Lalu? bagaimana dengan aku? batin Ayu. Orang hanya melihat luarnya saja, karena baru saja keluar dari rasa dera kehidupan, di cerai suami tanpa mendapatkan harta gono-gini, bahkan kalah dengan Harni yang sudah hamil duluan, tapi benarkah itu anak Bram? aku aja–, ups , Ayu saja belum hamil selama dua tahun pernikahan dengan Bram.

Lalu, apakah bila iya, menikah dengan suami Desi yang menikahi nya hanya ingin punya anak, lah kalau sama, Ayu belum kunjung jua hamil? apakah kebaikan Desi akan tetap sama? atau malah aku akan disiksa sebagai istri kedua yang juga nggak bisa hamil? pikir Ayu penuh dilema.

"Ayu! kau ini dipanggil malah melamun." kata ibunya sambil mencolek lengan Ayu.

Ayu kaget dan tersenyum sambil menunduk.

Tak menyadari dari tadi mata Pras selalu mencuri pandang pada Ayu.

Jangan jatuh cinta! jangan! teriak hati Ayu.

Desi tahu gelagat Ayu, sambil tersenyum, dirinya bangkit dari duduknya, menarik tangan Ayu, dan mendudukkan sahabatnya itu di samping kiri suaminya, dirinya juga duduk di samping kanan suaminya.

"Bagaimana, Bu apakah kami sudah pantas?" tanya Desi pada ibu Ayu.

Sungguh Desi membuat Ayu malu, dia segera pindah dari sisi suami Desi.

Desi malah tertawa, "Nanti kau akan terbiasa, bukan kah begitu Mas Pras?"

Pras , suami Desi, hanya senyum tersamar, dan mengangguk dengan cepat.

"Iya ..."

Ayu semakin tak bisa berkata-kata lagi.

Gila! emang gila rencana Desi ini.

ibu hanya memandang mereka terlihat lengkung di bibirnya walau terlihat dalam keterpaksaan.

Malam, makin larut, dan Desi juga suaminya pamit undur diri. Ayu tak bisa berbuat lebih.

tiba-tiba,

"Bila ini sudah menjadi takdirmu, mau apa lagi, mungkin ini jalan terbaik dari Allah, Nak."

***

'Aku mau bertemu empat mata' Akhirnya Ayu beranikan diri untuk membuat janji pada Pras.

'Baik, aku jemput, ya.'

Pras membalas chat tersebut.

Tak lama, sebuah mobil berhenti di depan rumah Ayu.

Mereka pun pergi ke suatu tempat, Ayu tahu ini adalah hal yang salah.

"Aku ingin bicara."

"Bicaralah, Ayu. aku mendengarkan, " kata Pras sambil terus menatap Ayu.

wanita cantik ini merasa jengah saat lelaki di depannya menatapnya begitu.

"Aku aku ingin adanya sebuah perjanjian, bila dalam tujuh bulan aku belum hamil berarti kau boleh menceraikan aku."

Pras menatap Ayu dan tersenyum. "Ada lagi?"

"Aku tak akan jatuh cinta padamu, begitu juga dirimu, maaf aku tak mau menyakiti hati Desi, mengapa tidak kau cari wanita lain saja." geram Ayu.

"Tapi aku maunya, kamu, Ayu. Desi sudah banyak menceritakan kisah hidupmu, aku pun tahu siapa kamu."

Ayu merasa tersudutkan atas kata-kata Pras, berarti dia tahu kalau , Ayu sering mendapat bantuan uang dari Desi.

Sialan, batin Ayu. maksud hati, agar pernikahan ini tidak terjadi, tapi malah ....

"Kau mau apa? katakan, aku akan penuhi semua keinginanmu."

Ayu masih terus memandang lelaki tirus di depannya ini. Memang wajah tampannya akan membius wanita manapun, tapi Ayu sama sekali tak suka dengan suami Desi ini.

"Kau mau rumah?"

"Tidak."

"Berarti deal kan, kita tak ada masalah apa-apa, kau sayang dengan sahabatmu kan?"

lagi-lagi, Ayu dibuat tak bisa berkata-kata lagi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status