Share

Bag 10. Kita Kompakan.

»»»»

   Suara dari seberang telfon masih terdengar. Namun, Cia sudah ingin mengakhiri panggilan itu. Ceramah panjang dari Ferry sudah dia dengar semenjak kemarin, Cia sangat pusing mendengarnya.

"Besok malem gua ada acara!" Tanpa maksud tujuan, Cia mengatakan hal itu.

'Acara apa? Paling juga nongkrong sama Rajawali!'

"Enggak!" Elak Cia ketus.

'Terus?'

"Acara makan malem keluarga!" Cia mengutuk dirinya dalam hati. Namun, beberapa saat kemudian, ide brilian merasuki otaknya.

'Boong banget! Udah nggak usah alasan. Pokoknya, besok malem kita berangkat, jam 8 lo harus udah sampe bandara.'

"Gue nggak boong bang! Besok gue vc deh kalo nggak percaya!"

'Gue nggak percaya, bisa aja lo boongin gue, nyewa orang buat jadi sodara sama bokap lo. Gue kan nggak pernah ketemu sama mereka!'

"Ish! Pokoknya, gue nggak bisa. Titik!"

   Cia memutuskan sambungan telfon. Lalu merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Berarti, besok dia harus terpaksa hadir di acara yang Radith katakan tadi. Kapan dan di mana acara itu di lakukan? Menyebalkan jika dia harus bertanya pada Dava. Apa dia bertanya pada Radith saja?

»»»»

   Cia keluar dari lift dan menuju ke arah dapur. Semalam, dia meninggalkan casan laptopnya di sana. Gara-gara ada Dava dan Radith, jadi dia melupakan benda itu.

   Saat sedang memasukan casan laptop ke dalam tas, Radith muncul dengan jas kerja lenkapnya. Sepertinya dia sedang bersiap untuk pergi ke kantor. Cia celingukan mencari anak ayam yang biasa mengikuti Radith. Siapa lagi kalau bukan Diana.

"Khm!" Cia berdehem sambil menuang air ke dalam gelas, melirik Radith yang langsung duduk di kursinya. Dua prt langsung menyiapkan sarapan untuk Radith.

"Belum berangkat, Cia?" tanya Radith ramah. Cia memalingkan wajahnya.

"Kalo gue masih di sini. Berarti ya belum!" Cia hendak berlalu pergi, lalu mengingat bahwa dia akan ikut dalam acara makan malam nanti. Cia menghentikan langkahnya tepat di samping Radith. Pria itu menoleh dan mendapati Cia yang tampak ingin bicara sesuatu.

"Jam berapa?" Pertanyaan itu lolos dari bibir Cia. Radith terdiam sesaat lalu tersenyum lebar.

"Nanti malam, jam setengah delapan di Carlis Resto!" jawab Radith dengan penuh semangat.

"Di mana?"

"Carlis Resto!"

"Ok!" 

"Kita berangkat sama-sama saja!"

"Nggak perlu, gue punya mobil sendiri!" Cia langsung pergi begitu saja. Radith tersenyum melihat kepergian putrinya. Saat itulah Dava keluar dari lift dengan terburu-buru.

"Cia mana?" 

"Udah berangkat!" Jawab Radith sambil tersenyum. Dava tampak sedikit kecewa, tapi segera merubah ekspresinya saat melihat Radith tampak bahagia pagi ini.

"Papa tumben senyum-senyum pagi-pagi gini. Ada apa nih?" Dava duduk di dekat kursi Radith, dua prt tadi langsung menyiapkan sarapan juga untuk Dava.

"Adik kamu nanti malam ikut datang!"

"Siapa? Cia? Serius, Pa?"

"Dia sendiri yang bilang." Dava tampak kegirangan mendengar perkataan Radith. 

"Asik, akhirnya dia mau juga kumpul keluarga!" Moment paling Dava tunggu setiap saat adalah dimana mereka bisa berkumpul bersama. "Nggak sabar jadinya, buat nanti malem." Radith hanya terkekeh pelan melihat tingkah putranya. 

»»»»

    Cia menganga tak percaya dengan sebuah paket yang di berikan oleh prt beberapa saat yang lalu. Dia baru saja pulang sekolah dan berniat pergi ke castroom. Namun, seorang prt menyerahkan sebuah paket dengan takut-takut kepadanya. Dan saat Cia kembali ke kamar dan membuka isinya, itu adalah paket yang di kirimkan Ferry untuknya. Lengkap dengan sebuah note bertuliskan.

'Gue nggak percaya kalo lo pergi tanpa pake ini!' Dan sebuah dress cantik berwarna hitam yang mungkin sangat pas di tubuh Cia.

"Ah sial!" Cia membanting tubuhnya ke kasur. Kenapa hidupnya jadi rumit begini.

"Ci, Cia!" Dava mengetuk pintu kamar Cia beberapa kali. Sejak dirinya memutuskan untuk ikut dalam acara makan malam itu, di sekolah, Dava seperti seorang yang baru saja jatuh cinta kembali, mengikuti Cia dari jauh, menatapnya sambil senyum-senyum tidak jelas. Mengerikan bagi Cia.

"Pergi lo, tukang nguntit!" Cia berteriak kencang. Dava tak mendengar karena kamar Cia memang kedap suara. Cia memilih membenamkan kepalanya di balik bantal, setidaknya dia tak akan mendengar ketukan suara Dava lagi dari luar. Memang menyebalkan, ruangan yang aneh, dari dalam bisa mendengar suara dari luar, tapi dari luar tak bisa mendengar suara dari dalam. Kan menyebalkan.

    Waktu yang Dava tunggu akhirnya tiba. Jam menunjukkan pukul 6 lewat 15 menit. Dan mereka harus berangkat sekarang sebelum mereka terlambat. Dava sudah mencari-cari Cia sejak tadi, berharap mereka bisa berangkat bersama menggunakan satu mobil. Namun, sayangnya Cia sudah lebih dulu pergi menggunakan mobilnya sendiri. 

"Ayo kita berangkat, sebelum semakin malam!" Dava akhirnya pasrah, ikut masuk ke dalam mobil Radith. Diana juga melakukan hal yang sama, lagi pula tak akan nyaman bila ada Cia di dalam mobil itu.

»»»»

    Dava menatap Cia tanpa berkedip. Siapa gadis cantik dengan dress selutut yang ada di hadapannya ini? Benarkan ini Cia, benarkah ini adiknya yang selama ini tampil urakan itu? Apa ini yang di sebut the power of make up?

"Lo liatin apaan! Mau gue colok!" Cia bersiap menusukkan kedua jarinya ke arah mata Dava. Sang kakak segera menghindar sambil terkekeh pelan.

"Habisnya lo beda banget sih!" Cia mengambil sesuatu dari tas kecil yang dia pegang.

"Pake!" Perintahnya pada Dava. Cowok manik abu tampak terkejut, bukan pada apa yang Cia berikan, tapi pada apa yang Cia lakukan. Memberikan sebuah dasi kupu-kupu pada Dava? Benar-benar bukan seperti Cia. "Mau nggak? Kalo enggak, gue masuk in lagi!" Dava dengan segera mengambil dasi itu. Memakainya lalu tersenyum bangga, pasalnya, dasi itu memiliki bentuk yang sama dengan pita yang ada di bahu kiri Cia. Mereka sama an sekarang.

"Pa, liat!" Dava memamerkan kekompakan keduanya pada Radith. Mereka sudah sampai lebih dulu di restoran dan Cia sudah sampai lebih dulu dari yang lain.

"Wah, kalian cocok sekali pakai itu. Jadi kompak ya!" Radith tersenyum hangat. Cia menghela napasnya sebelum berdiri dan berkata.

"Ayo foto bareng!" Dengan lantang. Karena tempat itu memang sedang sepi. Dava dan Radith menatap Cia tak percaya, sedangkan Diana hanya duduk diam di tempatnya.

"Sa.sama kita, Ci?" Dava tak salah dengar, kan?

"Iya, ayo foto bareng!" Pada akhirnya, Radith dan Dava berdiri di samping kanan dan kiri Cia. Cia sudah malu setengah mati di buatnya, mungkin di kehidupan yang lalu, Cia sering mempermalukan seseorang, maka dari itu, sekarang dia sedang di permalukan.

     Cia mengirim fotonya kepada Ferry setelah mendapatkan apa yang dia inginkan. Semoga saja ini akan baik-baik saja kedepannya.

.

.

.

   Apanya yang baik-baik saja!

»»»»

To be Continue ....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status