Share

Bag 09. Ajakan.

Penulis: Rizuma Iori
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-19 10:50:21

»»»»

    Cia membuka matanya, bersiap mandi untuk sekolah. Saat gadis itu selesai bersiap dan ingin keluar dari kamar, Cia di kejutkan dengan kehadiran Dava yang sudah menunggunya, dengan satu kalimat menyebalkan bagi Cia.

"Gue nebeng ya!" 

"Siapa lo!" Cia langsung pergi meninggalkan Dava. 

"Motor gue di bengkel."

"Terus?"

"Ya ... gue nebeng sama lo lah!"

"Ogah!"

"Ayolah, Ci. Sekali ini doang! Ya mungkin pulang juga!"

"Taxi banyak!" Cia memencet tombol lift yang berada di depannya. Saat terbuka, ada Radith di sana. Bersama Diana yang juga sudah siap dengan baju kerjanya.

"Gue maunya sama lo!" Cia tak menjawab lagi. Memilih diam sambil menunggu lift sampai di lantai dasar. Dia tak suka berdekatan dengan Radith, apalagi Diana.

"Kalian sudah mau berangkat?" Pertanyaan Radith membuat Dava segera menoleh.

"Iya, Pa. Tapi Cia nggak mau nganter Dava!" Dava manja hanya pada Radith. Dia itu anak satu-satunya Radith. Pengusaha terkaya no 3 di Indonesia yang namanya sudah meradang kemana-mana.

"Memang motor kamu kemana?" Diana yang bertanya. Sebenarnya, sejak dulu Dava bingung melihat interaksi antara Diana dan Cia. Benar-benar sangat aneh.

"Lagi di beng ... kel! Eh cia tunggu!" Cia berlari keluar setelah pintu lift terbuka. Tak lupa dia menendang tong sampah yang berada di dekat pintu lift untuk menghalangi Dava yang ingin mengejarnya. Saat Dava berhasil melompati tong sampah itu, Cia sudah keluar dari rumah, dengan suara mobilnya yang menjauh.

"Aaah, Cia!" Teriak Dava kesal. 

"Ya sudah, kamu pakai mobil Mama saja!" Diana memberikan kunci mobil miliknya.

"Terus, Mama gimana?" Dava menatap Diana ragu.

"Ada papa kamu, khawatirkan apa!" Diana terkekeh pelan. Radith tersenyum, lalu merangkul istrinya.

"Mama benar, sudah sana kamu berangkat. Nanti terlambat!" 

"Ya udah, Pa, Ma. Dava berangkat dulu!" 

   Dava segera berangkat ke sekolah, mengendarai mobil SUV milik Diana. Dava sangat menyayangi Diana, dia kagum pada Mama tirinya itu, dia sosok yang mandiri dan juga tangguh. Walaupun Papanya menyarankan Diana untuk mempekerjakan seorang supir, Diana selalu menolak dan berkata bahwa itu tidak perlu, Diana bisa menyetir sendiri dan dia lebih nyaman bila mengendarai mobilnya sendiri. Beda dengan Radith yang selalu bersama supir.

   Sesampainya Dava di sekolah, cowok itu berapas-pasan dengan Yejun. Cowok itu masih memakai mobil hammer miliknya, dengan gaya ala-ala korea yang memang cocok untuknya.

"Baru dateng juga?" Dava menyapa.

"Iya!" Yejun mengangguk kaku. Dava pernah menolongnya sekali saat Cia memukulinya, jika tak ada Dava, mungkin Yejun sudah babak belur di hajar Cia.

"Lo tetangga kelas gue, kalo nggak salah." Dava membenarkan letak tas ransel yang dia pakai.

"Kayaknya!" Dava terkekeh.

"Santai aja kali. Gue bukan Cia, nggak usah kaku gitu!" Yejun tersenyum canggung. Dia juga ingin punya teman di sekolah itu, tapi sifat cuek dan dingin yang sudah ada pada dirinya, membuat teman sekelas Yejun enggan untuk dekat dengannya, terlebih, sesaat setelah dirinya masuk, dia sudah membuat masalah dengan Cia.

"Gimana sekolah di sini?" Keduanya mengobrol sambil berjalan beriringan menuju kelas mereka yang bersebelahan.

"Lumayan ... aneh!" Dava tertawa, lalu menepuk bahu Yejun.

"Gara-gara Cia? Dia itu emang aneh sih, tapi sebenernya dia baik, kok." Yejun hanya mengangguk, lalu menghentikan langkahnya, lalu menatap Dava.

"Baik ... ya!" Dava ikut menoleh ke depan. Cia sedang menyudutkan seorang gadis di dinding. Gadis itu tampak ketakutan sambil terus menatap mata cia dengan tubuh gemetar. Dava segera berlari mendekat. "Dia bakal minta maaf lagi buat adiknya?" Yejun sebenarnya tidak suka sifat Dava. Kenapa Dava harus meminta maaf atas kesalahan yang bukan di sebabkan olehnya.

"Cia! Lo ngapain?" Cia menoleh, mendengus dan langsung pergi begitu saja. Bosan rasanya membuat keributan dengan Dava. Dava membiarkan Cia berlalu, dan mendekati gadis yang sedang tersudut tadi. "Lo nggak apa-apa?" Gadis itu mengerjapkan matanya beberapa kali. Namun, sadar saat melihat Yejun juga ada di belakang Dava.

"Ng.nggak apa-apa kok, Kak!"

"Kak? Lo kelas 10? Jarang banget Cia bikin masalah sama adek kelas."

"Eh' gue kelas 11 kok!" Gadis itu yang tadinya bersandar pada tembok langsung berdiri dengan tegak. Tingginya hanya sebatas dada Dava. Lebih kecil dari pada Cia, maka dari itu Dava pikir, gadis itu adalah adik kelas. 

"Oh, seangkatan!" Dava jadi canggung. Karena bertubuh kecil, jadi Dava pikir gadis itu adik kelasnya.

"Iya, gue sekelas sama Cia, bahkan duduk semeja!" Kian berucap ceria, sepertinya ketakutannya sudah hilang. Mungkin berkat kehadiran Yejun yang masih berdiri di belakang Dava. Yejun juga penasaran, mengapa Cia membully teman sekelasnya.

"Lo temen sekelasnya Cia? Lo di apain sama dia?"

"Gue tadi cuma minta di anter ke perpus, tapi dia nggak mau." Dava menatap Kian sesaat lalu menggeleng pelan.

"Lo jauh in Cia deh!"

"Kenapa?" Kian menatap Dava dengan tak suka, tak seceria sebelumnya, "kenapa semua orang bilang hal yang sama? Cia juga butuh temen, pasti dia juga kesepian. Kalian nggak tau apa-apa soal Cia! Walaupun dia nyimpen kesedihannya sama kelakuannya, sebenernya dia itu kesepian dan menderita!" Dava menatap Kian datar. Mana mungkin seperti itu, Cia itu dari lahir memang sudah brutal.

"Gue cuma nggak mau kalo lo dapet masalah karena Cia." Cowok manik abu itu menepuk bahu Kian sekali, "kalo lo mau, gue nggak bisa apa-apa. Tapi, gue kasih saran, jangan pernah ucapkan kalimat itu depan Cia, adek gue itu nggak bakal terima omongan gituan!"

"Eh' L.lo kakaknya Cia?" Kian menutup rapat bibirnya, Dava mengangguk sambil tersenyum.

"Kalo gitu, kita duluan! Ayo," ajaknya pada Yejun yang sudah siap melangkah di samping Dava. Kian merutuki kebodohannya. Bukankah apa yang barusan dia lakukan itu nekat? Dia mengatakan hal aneh di depan kakak orang yang sedang dia bicarakan.

"Kian bodoh!" Kian memukul kepalanya sendiri. Harusnya dia tau kalau Cia memiliki Kakak di sekolah itu. Habisnya tidak ada yang memberi tahu dirinya.

»»»»

    Malam ini Cia sedang malas keluar. Bukan malas, tapi dia sedang menghindari kejaran Ferry yang terus-terusan meminta dirinya untuk menghadiri meeting di luar negri bersama pria itu. Besok malam mereka berangkat, tapi Cia memang tidak ingin pergi, alhasil dia memilih tinggal di rumah malam ini agar Ferry tidak mendesak nya terus menerus.

"Tumben!" Dava langsung duduk di samping kursi Cia. Saat ini, Cia memang sedang duduk di kursi makan, sambil mengutak atik laptop di depannya.

"..." seperti biasa, Cia tak menanggapi, justru sibuk menonton. 

"Nonton apa?" Dava ikut mendekat dan melihat tontonan adiknya. Film bergenre action tengah terputar di laptop adiknya. "Seru juga, ikutan dong!" Cia sedang malas berdebat, dia hanya menggeser laptop miliknya agar Dava tidak bisa melihat tontonannya.

"Kalian di sini!" Radith duduk di kepala kursi. Menatap kedua anaknya yang tampaknya sedang berebut laptop.

"Papa, sini Pa, nonton bareng sama Cia!" Dava menginterupsi Radith agar mendekat. Radith hanya menatap putrinya dalam diam. Sedikit canggung karena tiba-tiba Cia menyerahkan laptop miliknya begitu saja kepada Dava.

    Cia akhirnya mengalah dan ingin meninggalkan ruang makan saat suara Radith menginterupsi. "Besok malam, apa kamu ada acara?" Pertanyaan yang di ajukan Radith membuat Cia menoleh. 

"..."

"Jika kamu tidak memiliki acara, saya ingin mengajak kamu makan malam bersama relasi bisnis saya. Mereka ingin bertemu kalian!" Radith menatap kedua anaknya sambil tersenyum.

"Nggak tertarik!" Cia berbalik, mengambil laptop yang masih ada di depan Dava lalu membawanya ke kamar. Dava mendengus kesal.

"Gue juga mau ikut nonton Cia!" Dava berlari mengejar Cia. Radith menghela napasnya, sulit sekali menaklukan Cia, padahal 10 tahun sudah berlalu, tapi Cia masih saja menjauhi dirinya, menjaga jarak bahkan menghindarinya. Dia hanya ingin dekat dengan anak tirinya itu, Radith juga menyayangi Cia sepeti dirinya menyayangi Dava.

»»»»

To be Continue .....

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bukan Gadis Biasa   Bag 72. Jangan Lagi ....

    *****  Di hari saat setelah pembagian kelas, Kian tengah Berjalan di koridor menuju perpustakaan, dia berniat untuk mengembalikan buku yang dia pinjam sebelum libur sekolah kenaikan kelas kemarin.  Ketika masuk, Kian bertemu seorang pria yang tampak sedang membereskan tumpukan buku. Dia adalah Deren, penjaga perpustakaan. Berusia 26 tahun, dan lulusan salah satu jurusan di Samsard University. Jurusan penelitian tentang buku. Deren bahkan sudah hampir membaca setiap jenis buku yang ada di perpustakaan itu."Selamat siang, Kak." sapa Kian ramah dan ceria seperti biasanya."Siang juga. Kian rajin sekali, baru hari pertama masuk sudah ke perpustakaan saja." Kian terkekeh pelan."Iya, Kak. Mau ngembaliin buku yang waktu itu di pinjem." Kian mengangkat dua buah buku berukuran sedang yang dia pegang. Kian meletakkan buku itu di atas meja, Deren segera mencatat nya. Setelah selesai, Kian berniat kembali ke kelas, tentunya kelas barunya di mana

  • Bukan Gadis Biasa   Bag 71. Curhatan.

    *****"Sama Cia. Gevin juga." Dava membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Ponsel berwarna hitam miliknya di tempelkan di telinga kiri.'Jangan terlalu ikut campur, Sayang. Kamu tau kan Cia itu gimana.'"Iya, gue tau kok. Tapi gue juga nggak tau apa jawaban Cia." ucapnya lagi. Saat ini, dia sedang menghubungi kekasihnya, Aqila. 'Yah semoga aja, mereka bisa cepet selesain masalahnya.' harap Aqila. Dava menghembuskan napasnya lelah, tidak tau harus berkata apa."Ngomong-ngomong, lagi ngapain?" Dava bangun dari baringnya, menatap pantulan dirinya di cermin. Wajahnya sama seperti biasanya, dia tampan, memiliki warna mata yang tidak umum di Indonesia. Dava pernah memakai softlens untuk menutupi warna asli matanya karena baginya terlalu mencolok, itu terjadi saat Dava masuk ke bangku SMP. Tapi setiap kali Dava memakai softlens, Cia selalu menatapnya tajam dan dingin lebih dari biasanya. Dava jadi ragu untuk memakainya lagi, apa menutupi warna mata aslinya ter

  • Bukan Gadis Biasa   Bag 70. Gue Nggak Mau Kecewa Hari ini.

    *****"Ok, gue duluan!" Dava melambaikan tangannya pada Iqbal sambil membawa sepeda motornya pergi meninggalkan sekolah, siang ini, seusai sekolah, Dava memutuskan untuk pulang lebih awal, Radith bilang ada yang ingin di bicarakan, jadi dia buru-buru untuk pulang. Di tengah jalan, Dava menghentikan laju motornya saat melihat mobil yang dia kenal tengah berhenti di bahu jalan, lampu mobil masih menyala, pertanda pemiliknya masih di dalam.   Dava memutuskan berhenti di belakang mobil itu, lalu turun tanpa melepas helm miliknya. Dava mengetuk kaca mobil dengan pelan."Ci, Cia ..." panggilnya, gadis yang di dalam menoleh, membuka pintu dengan perlahan. Dava mundur beberapa langkah dan terkejut saat pintu terbuka, Cia langsung memeluk dirinya sambil menangis. Dava tentu saja tidak menyangka Cia langsung memeluknya dan menangis."Cia lo kenapa? Siapa yang bikin lo nangis?" Dava bertanya khawatir. Bukannya menjawab, Cia malah semakin menangis dalam

  • Bukan Gadis Biasa   Bag 69 . Sorry.

    *****   Gevin masih di posisi yang sama, duduk di samping tempat tidur sang Nenek. Padahal banyak yang memintanya untuk istirahat, tapi Gevin menolak. Pakaian yang dia pakai semalam masih sama, hingga pagi ini, Gevin tidak mau pergi ke sekolah dan betah duduk di samping Neneknya."Gue mau di sini aja! Jangan ganggu gue!" ucapan Gevin yang mendapat pelototoan dari Angga."Basi lo!" Angga kesal sekali dengan Gevin. "Emangnya lo mau nikah muda, pacar lo kan banyak!" sindir nya kesal. Gevin menatap sang Nenek yang baru saja tertidur. Semalam, setelah meminta maaf dan di maafkan, Sang Nenek berpesan.'Gevin, ingin sekali Nenek melihatmu menikah sebelum Nenek pergi.' tapi itu kan tidak mungkin. Gevin masih sekolah, terlebih dia mencintai Cia, apa Cia mau menikah dengannya, jika tidak, apa Gevin harus menikah dengan orang lain dulu, baru menceraikannya setelah itu kembali pada Cia. Tapi Gevin sudah berjanji akan berubah, jika dia melakuka

  • Bukan Gadis Biasa   Bag 68. Jangan Pergi ... Kumohon.

    ******   Rio menatap Gevin heran, cowok itu keluar sambil membawa handuk dan berjalan dengan santai sembari mengeringkan rambutnya. Empat orang lainnya yang tadi ada di sana sudah pulang,  mereka bilang lain kali saja datang lagi, karena melihat mood Cia juga tampaknya tidak bagus. Siapa yang tidak tau jika mood Cia sedang buruk maka semua orang bisa kena getahnya. Mungkin hanya Gevin yang kebal dengan itu semua. Ya ada satu lagi, siapa lagi kalau bukan Dava."Lo baikkan sama Cia?" tanya Rio yang tau bahwa sebelumnya Cia bertengkar dengan Gevin."Iya. Thanks ya, udah cerita soal Cia waktu itu." Rio hanya mengedik acuh. Tak menyangka Cia akan memberikan kesempatan pada Gevin."Jangan nyakitin Cia ..." pesan Rio, "gue kasih tau sama lo ya." Rio melirik kamar Cia lalu berbisik pelan, "Cia kalo udah nyaman, bakalan manja minta ampun. Percaya deh sama gue!" Gevin tentu saja tidak percaya, tapi dia juga penasaran. Gimana sosok Cia yang manja. "Gue

  • Bukan Gadis Biasa   Bag 67. Anak-anak Apartemen.

    ******    Gevin membuka pintu ruangan Cia dan masuk tanpa ijin. Cia menatapnya dengan tatapan tak terbaca. Gevin sudah biasa dengan itu, tapi sekarang Gevin juga sudah tau cara menenangkan nya."Di luar nggak ada yang gue kenal, sayang. Gue kan baru liat mereka." Gevin langsung memeluk Cia dari belakang, menenangkan gadis itu akan kemarahannya. Gevin melihat sekeliling, ruangan itu ternyata ruang kamar, dengan kasur king size dan sebuah lemari besar, juga meja kerja yang berada di sudut ruangan."Lepas gue mau ganti baju! Keluar sana!" Gevin tersenyum cerah."Mau dong liat lo ganti baju ... Bercanda! Sumpah bercanda!" Gevin segera tertawa melihat reaksi Cia. Cowok itu duduk di sofa yang berada di dekat pintu, lalu mengeluarkan ponselnya. "Gue main game sambil nungguin lo aja gimana?" Cia masih menatap Gevin tajam. Dia heran, kenapa bisa nyaman dengan orang semenyebalkan Gevin. Sungguh bodoh sekali.   Gevin benar-benar serius bermai

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status