Home / Rumah Tangga / Bukan Ibu Susu Palsu / 28 Pertamuan Yang Tak Diinginkan

Share

28 Pertamuan Yang Tak Diinginkan

Author: Miss_Pupu
last update Huling Na-update: 2025-04-05 20:35:47

Dengan kasar, Wati nampak menarik sebelah tangan Raya. Wati dan Winda menyeret Raya ke samping gerbang yang menjulang tinggi.

"Jangan kasar, Ma!" Raya menghempaskan genggaman Wati yang cukup kencang.

"Kenapa pergi dari rumah Mama, Raya?" Wati langsung bertanya. Dia sudah geram melihat sang menantu yang sudah satu minggu menghilang. "Kurang baik apa Mama selama ini? Kamu pergi begitu saja, tak ada kata terima kasih pada Mama yang selama ini menampungmu," cerocosnya kemudian.

"Ya, aku memang lupa belum sempat mengucapkan terima kasih. Aku ucapkan terima kasih karena Mama sudah menampungku, meski pun hanya sebagai benalu," balas Raya sedikit menyindir sambil mengatur napas kesalnya.

"Mulai berani kamu ya sama Mama!" Telunjuk Winda langsung mendorong pundak Raya secara tidak sopan.

Tubuh Raya sampai mundur satu langkah. "Kasar sekali kamu, Win!" Raya menjadi geram.

"Itu belum apa-apa bila dibandingkan dengan kelakuan kamu, Raya. Kamu itu menantu tidak tahu terima kasih. Sombong dan songon
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Bukan Ibu Susu Palsu   29 Tidak Yakin

    "Heh siapa ini?" Tentu saja Wati terkejut. Jelas sekali itu suara wanita, bukan suara Raihan. "Tante, siapa yang telepon?"Samar-samar Wati mendengar suara Raihan menyahut di dalam telepon. Tapi kenapa malah memanggil Tante? "Raihan!" Wati mengeraskan volume suaranya ke dekat benda pipih yang dia tempelkan pada telinga.Tak ada sahutan lagi.Tuttt!Sambungan telepon berakhir. Raihan mengakhiri panggilan telepon dari mamanya."Kenapa, Ma?" Winda tercengang mendengar mamanya berteriak.Raut wajah Wati nampak tegang. Ia merasa ada yang tak beres dengan anak laki-lakinya.Hingga akhirnya Wati memutuskan pergi ke Jakarta tanpa memberi tahu Raihan.Hari ini, pagi-pagi sekali Wati pamit pada Winda dengan alasan pergi ke pasar. Padahal, wanita paruh baya itu akan menemui Raihan secara mendadak.Perjalanan Wati memang tidak sebentar, ia kini telah berada di dalam gerbong KRL menuju stasiun Duri.Setelah sampai di stasiun, kakinya yang sudah tak sekuat anak muda itu, melangkah menuju bajaj ya

    Huling Na-update : 2025-04-05
  • Bukan Ibu Susu Palsu   30 Terharu

    "Pak Aditya, tolong jaga ucapan Anda." Wati terlihat menahan amarah. Mana bisa dia marah pada Aditya.Aditya menurunkan sudut bibirnya. "Untuk apa Bu Wati datang ke sini?" tanyanya."Saya ini mertua Raya, saya berhak membawa Raya pulang," jawab Wati dengan tegas, sambil mengusap pipinya yang sempat basah oleh air mata."Tapi Raya pun berhak menentukan pilihannya." Aditya lebih tegas lagi.Wati nampak mengerutkan bibirnya. 'Sialan!' ia berdesis kesal dalam hatinya. Wanita paruh baya itu kemudian melayangkan tatapan sendu pada Raya. "Raya, pulanglah sekarang. Mama mohon," pinta Wati memelas. "Raihan telah menyakiti perasaan Mama. Pada siapa lagi Mama meminta tolong kalau bukan padamu. Mama yang telah mengurusmu selama ini, memberi kamu makan, memberi kamu obat dikala sakit. Kamu tidak lupa dengan kebaikan Mama 'kan?" Wati berusaha memancing Raya. Padahal selama ini, Raya hanya dikasih makan dengan ikan asin dan rebusan pepaya muda saja."Aku tidak pernah lupa dengan kebaikan Mama," ba

    Huling Na-update : 2025-04-06
  • Bukan Ibu Susu Palsu   31 Pergi Ke Pesta

    Pukul 19:30 WIB, seorang wanita suruhan Anita sudah tiba. Wanita itu membawa dress paling bagus, dan siap memoles wajah Raya.Awalnya Raya menolak, tapi lagi-lagi kelembutan bahasa Anita saat berbicara membuat Raya tak bisa menolak.Pintu kamar Raya dikunci dari dalam. Wanita berbulu mata lentik itu sedang berganti pakaian dan di-make up."Kenapa harus Raya yang menemani, Mah? Aku bisa pergi sendiri." Aditya mulai protes setelah tahu bahwa Raya yang akan menemaninya pergi ke pesta pernikahan saudaranya malam ini."Tidak apa-apa, Adit. Tangan Mamah sedang sakit, gak bisa nemenin kamu.""Aku pergi sendiri saja, Mah. Tidak enak jikalau Raya yang menemani," tolak Aditya dengan sopan."Tidak apa-apa, toh hanya menemani ke pesta pernikahan saja kok. Tidak ada yang salah 'kan?" Anita mengerutkan dahinya."Tapi Raya istri orang, Mah. Rasanya tidak baik." Aditya menggaruk kepala yang tak gatal."Kalian 'kan cuma pergi ke pesta pernikahan, bukan untuk pacaran. Masa berpikir sejauh itu." Anita m

    Huling Na-update : 2025-04-07
  • Bukan Ibu Susu Palsu   32 Main Kasar

    Plak!Sebuah tamparan keras mendapat di pipi Raihan. Raya menampar suaminya karena tela tega memfitnah."Berani kamu menamparku, Raya!" Raihan tak terima."Karena kamu dan mama kamu sama saja! Kamu dan mama selalu saja menuduhku yang tidak-tidak!" lawan Raya. Kali ini wanita berbulu mata lentik itu tidak merasa takut pada suaminya."Jaga bicara kamu, Raya. Jangan sekali-kali kamu menjelekkan mamaku!" sentak Raihan."Memang begitu faktanya kok, Mas!" balas Raya lagi."Kamu pikir aku tidak bisa menebak harga gaun yang kamu pakai. uang dari mana kamu bisa memakai gaun mahal seperti itu, kalau bukan hasil menjual diri!" tuduh Raihan lagi."Titup mulut kamu, Mas! Aku bukanlah manusia kotor seperti kamu!" bantah Raya segera. Bertemu dengan Raihan telah membuat aliran darahnya memanas."Apa! Berani kamu menuduhku." Raihan terlihat mengepalkan kedua tangannya, kemudian tangan kekar itu ia naikkan ke depan wajah Raya. Bersiap menampar wanita berbulu mata lentik di depannya."Apa! Kamu mau namp

    Huling Na-update : 2025-04-07
  • Bukan Ibu Susu Palsu   33 Ada Yang Protes

    "Seratus juta!" tantang Aditya seraya menyilangkan kedua tangannya di depan dada."Hah!" Raihan pun terkejut dengan raut wajah tidak percaya. Sadar sedang berhadapan dengan siapa, dia akhirnya kebingungan. "Anda jangan main-main." Melihat raut wajah Raihan yang menjadi takut, Aditya pun tertawa geli di dalam hatinya. "Tidak ada gunanya main-main dengan Anda. Anda bayar denda sebagai ganti rugi pembatalan kerja seratus juta, detik ini pula Raya akan saya serahkan," tegas Aditya lagi.Raya yang bersembunyi di belakang Aditya, menjadi gelisah. 'Hah! Mengapa mahal sekali? Tapi bagaimana kalau Mas Raihan benar-benar berani menebusku? Aku tidak mau kembali padanya. Ya Tuhan, aku tidak mau,' resahnya dalam hati.Tapi kenyataannya, Raihan tak akan sudi menggelontorkan uang sebanyak itu demi Raya. Sudah susah payah melayani wanita paruh baya, Raihan tidak rela membuang uangnya secara cuma-cuma hanya untuk membayar denda. Hal itu dibuktikan dengan diamnya Raihan. Ia mendengus kesal, kemudian

    Huling Na-update : 2025-04-08
  • Bukan Ibu Susu Palsu   34 Ada Yang Marah

    Selin sampai mengerutkan bibirnya saat berjalan menuju kamar Fatih.Ketika Anita membuka pintu kamar Fatih, seketika Selin dibuat terkejut. Mulutnya sampai terbuka menganga, pun dengan bola mata yang nampak terbelalak.Selin masuk ke kamar Fatih. Ia melihat Raya baru saja memasukan buah dadanya yang besar ke dalam bra. Itu karena Raya baru saja selesai menyusui Fatih."Siapa kamu?" Selin sudah berdiri di depan Raya. Ia bertanya pada Raya dengan tatapan penuh selidik. "Kembalikan Fatih pada box!" perintahnya. Ia tak rela Fatih digendong oleh Raya.Raya tak menjawab. Ia sendiri tidak kenal dengan Selin. Raya tak tahu harus menjawab apa.Kemudian Anita langsung mengambil alih jawaban. "Perkenalkan ini adalah Raya. Raya adalah ibu susu Fatih sejak lahir," kata Anita memperkenalkan Raya kepada Selin.Selin semakin terkejut. Napasnya bagai tersengal di tenggorokan. Dipandangnya tubuh Raya dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan tatapan tajam. Di mata Selin, penampilan Raya memang tak tel

    Huling Na-update : 2025-04-09
  • Bukan Ibu Susu Palsu   35 Tersipu Malu

    "Aku tidak perduli. Aku tidak rela melihat keponakanku disusui oleh wanita macam gembel!" Selin beranjak dari tempat duduknya. Wanita berambut ikal itu hendak meninggalkan ruangan Aditya. Tapi langkahnya dangsung tertahan."Tunggu, Selin!" Gegas Aditya langsung menahan langkah Selin. Tak dibiarkannya sang adik ipar pergi begitu saja."Apa lagi?" Raut wajah Selin semakin terlihat kesal."Jangan beritahu mamah dan papah soal ibu susu Fatih," pinta Aditya memohon."Aku akan tetap beritahu mamah dan papah." Selin tetap memaksa."Tidak, Selin. Aku mohon." Kedua telapak tangan Aditya beradu, kembali meminta pada Selin. "Kamu tidak pernah tahu keadaan Fatih setelah dilahirkan. Aku sudah kelimpungan mencari ibu susu untuk Fatih. Anakku hampir mati tak mendapatkan ASI. Dan hari ini, kamu ingin Fatih kelaparan?" imbuhnya menjadi kesal pada Selin—sang adik ipar."Tapi kenapa harus wanita gembel itu yang menjadi ibu susunya? Menjijikan sekali." Selin mengerjapkan kedua bahunya."Tidak ada pilihan

    Huling Na-update : 2025-04-10
  • Bukan Ibu Susu Palsu   36 Dijemput Suami

    "Tidak bisa!" Aditya menolak permintaan Raihan. "Sudah bisa ditebak, itu hanya akal-akalan anda saja," tuduhnya.Geram sakali Raihan jadinya. "Anda ini tidak punya hati ya pak? Macam kerja di luar negeri saja orang tuanya sakit sampai tidak boleh menjenguk," protesnya."Bukannya tidak boleh, saya hanya ragu. Terlalu banyak kebohongan yang Ibu Wati buat kepada saya. Seorang pembohong, biasanya akan terus berbohong sampai kapanpun." Aditya menyindir Raihan."Kalau begitu, sekalian saja Anda ikut ke rumah sakit. Biar Anda tahu dan lihat sendiri," tantang Raihan. "Mama saya sedang kritis, meminta ingin bertemu Raya. Saya hanya khawatir sesuatu yang tak diinginkan terjadi pada beliau. Raya adalah menantu kesayangan mama saya. Saya mohon Anda mengerti keadaan keluarga kami saat ini," imbuhnya.Aditya nampak berpikir dalam beberapa detik. "Oke!" Ia akhirnya mengiyakan permintaan Raihan. "Tapi saya akan tanya Raya terlebih dahulu. Jika Raya tidak bersedia, saya tidak akan memaksa."Tanpa memp

    Huling Na-update : 2025-04-10

Pinakabagong kabanata

  • Bukan Ibu Susu Palsu   82 Jahat

    Dalam perjalanan menuju kediaman orang tua Sarah, perasaan Aditya sebenarnya merasa tidak enak hati, seperti ada firasat sesuatu yang buruk akan terjadi. Dia sangat khawatir kalau orang tua Sarah akan menolak niatnya. Tapi Aditya harus berusaha. Apapun hasilnya nanti, dia akan tetap memperjuangkan Raya.Kendaraan roda empat mewah milik Aditya sudah sampai di depan rumah orang tua Sarah dan Selin. Semuanya segera keluar dari mobil.Ketika sudah berada di depan pintu utama, Aditya tidak perlu menekan bell. Seorang pembantu rumah tangga di kediaman mewah milik orang tua Sarah, sudah mengetahui kedatangan Aditya. Wanita berseragam pembantu itu segera membuka pintu utama. "Apakah Ibu dan Bapak ada di rumah?" Aditya bertanya kepada pembantu rumah tangga itu."Ada, Tuan. Mari, silahkan masuk." Dengan ramah pembantu rumah tangga itu mempersilahkan Aditya dan keluarganya untuk masuk. Setelah Aditya, Anita dan juga Raya yang masih menggendong Fatih duduk di sofa yang berada di ruang tamu, or

  • Bukan Ibu Susu Palsu   81 Jalan Yang Mulus

    "Jadi apa jawabannya?" Aditya yang sudah penasaran tidak bisa menahan pertanyaannya."Apakah kamu bersedia menikah dengan saya?" Dengan isi dada yang menggebu-gebu, Aditya bertanya lagi untuk memastikan. Sementara dengan Raya, lidahnya terasa berat untuk berucap. Dia masih mematung dalam beberapa detik. Bola matanya bahkan terlihat masih berkaca-kaca, dia ingin menangis tapi bukan bersedih. "Apa jawabannya, Raya?" Aditya sampai bertanya lagi untuk yang kesekian kalinya. Hingga Raya akhirnya menganggukan kepalanya. Aditya terperangah. "Apa itu artinya kamu bersedia menikah dengan saya?" "Iya, Pak." Dengan penuh keyakinan Raya menjawab sambil mengganggukan kepalanya.Aditya menghala nafas lega. Dua sudut bibirnya nampak tertarik ke samping. Duda tampan itu terlihat sangat bahagia. "Terima kasih atas kepercayaan kamu kepada saya," ucapnya terharu. "Saya yang harusnya berterima kasih pada Pak Aditya, saya ini hanya wanita biasa yang jauh dari kata istimewa. Bahkan tidak sekufu denga

  • Bukan Ibu Susu Palsu   80 Jawabannya

    Beberapa hari berlalu, Aditya kembali menemui Raya. "Saya ingin bicara sangat penting." Di ruang dapur setelah selesai mencuci tangan, Raya membeliak terkejut mendengar suara Aditya. "Silahkan, Pak," balasnya dengan terbuka. "Tapi tidak di sini, saya ingin bicara serius dengan kamu di tempat yang lain."Raya tidak bisa menolak, dia segera mengikuti langkah Aditya di belakang."Tunggu sebentar, Pak." Raya menahan langkah Aditya ketika telah sampai di pintu utama."Kenapa?" Aditya menjeda langkahnya. "Bolehkah saya mengajak Fatih? Saya khawatir Fatih menangis seperti tempo lalu. Saya tidak bisa meninggalkannya terlalu lama," pinta Raya.Aditya mematung dalam beberapa detik kemudian ia menganggukan kepalanya. "Boleh," jawabnya akhirnya. Raya pun menyeringai senang. Dia segera meminta izin kepada Anita. Setelah mengantongi izin, Raya pun segera menggendong Fatih.Kebetulan hari ini memang hari minggu, Mereka terlihat seperti keluarga kecil yang hendak piknik."Semoga jalan-jalannya me

  • Bukan Ibu Susu Palsu   79 Menagih Jawaban

    "Maksudnya untuk apa? Ini terlalu mewah untuk saya, Pak." Raya bertanya lagi. Ia melayangkan tatapannya pada Aditya.Aditya segera meraih sebelah tangan Raya lalu diusapnya dengan lembut. Perlakuan Aditya itu membuat Raya semakin salah tingkah."Saya ingin kamu menjadi ibu pengganti untuk Fatih. Bukan lagi ibu susunya," pinta Aditya, mengutarakan isi hati secara langsung."Apa!" Namun Raya malah terkejut. "Maksudnya?" Dia tercengang."Saya ingin kamu menjadi istri saya," pinta Aditya memperjelas.Seketika Raya menarik tangannya. Melepaskan tangannya dari genggaman Aditya. Dia terkesiap. Ucapan Aditya barusan bisa jadi hanya gurauan saja untuk Raya."Jangan bercanda, Pak. Itu tidak lucu." Raya mengusap pipinya sendiri. Dia menjadi gugup."Saya serius, Raya." Aditya kembali menegaskan. "Maukah kamu menjadi istri saya?"Raya kian terlihat gugup. Keringat dingin seketika membanjiri tubuh. Raya mengusap-usap tangannya sendiri. Gugup tak bisa dikendalikan."Kamu kenapa?" Aditya pun menjad

  • Bukan Ibu Susu Palsu   78 Tempat Romantis

    Pemilik toko bunga tersebut segera memutar rekaman CCTV yang terjadi pada kemarin sore di saat Aditya memesan bunga. Di salah satu ruangan yang hanya beberapa orang saja bisa masuk ke sana, pemilik toko, Aditya dan 3 orang saksi sudah siap menyaksikan hasil rekaman CCTV yang terjadi saat kemarin. Apa yang telah diucapkan pelayan toko, ternyata benar adanya. Dia bekerja dengan sebaik-baiknya sesuai dengan perintah Aditya. Namun keteledoran terjadi ketika Selin datang dan mengubah semuanya. Tetap saja pelayan toko yang disalahkan karena telah teledor sehingga orang lain memanipulasi keadaan. Aditya tampak mengepalkan sebelah tangannya. "Selalu saja Selin! Mengapa dia jadi menyukai kekacauan. Dia selalu saja membuatku geram," desisnya pada diri sendiri. Aditya tidak pernah menyangka kalau kejadian di toko bunga itu adalah ulah Selin. Kalau saja dia tidak menghormati mertua, mungkin Aditya sudah melabrak sang adik ipar dan membuat perhitungan dengannya. Aditya meminta maaf kepada pem

  • Bukan Ibu Susu Palsu   77 Marah

    Belum sempat Raya membuka dan membaca tulisan pada secarik kertas itu, tiba-tiba suara Anita terdengar memanggil nama Raya."Raya!" Suara Anita terdengar begitu keras memanggil nama Raya. Raya segera menutup kembali kertas di tangannya itu, lalu dikembalikan pada buket bunganya. "Sebentar, Pak Aditya. Tante Anita memanggil saya, khawatir ada yang penting." Raya segera beranjak dari tempat duduknya. "Bunganya saya bawa ke kamar, nanti tulisannya saya baca di sana ya, Pak," tuturnya, kemudian pergi meninggalkan Aditya dengan membawa buket bunga di tangannya.Aditya hanya mengangguk saja sambil mengulum senyum tipis. Padahal dia sudah tidak sabar ingin mendengar jawaban Raya. Tapi mau bagaimana lagi, Aditya sudah bisa menebak pasti Fatih menangis meminta digendong oleh Raya.Akhirnya Aditya termenung sendirian di taman belakang di pinggir kolam renang. Hingga satu jam kemudian dia memutuskan untuk masuk ke dalam rumah. Sebelum masuk ke kamarnya, Aditya terlebih dahulu menengok Fatih.

  • Bukan Ibu Susu Palsu   76 Tidak Sabar

    "Saya pernah jatuh cinta kepada seorang wanita, saya sangat menyayanginya bahkan melebihi apapun. Wanita itu sangat baik, lembut dan penuh dengan perhatian. Tak bisa saya bayangkan hidup tanpanya, terasa takkan ada arti. Tapi, ketika rasa sayang ini yang semakin hari semakin bertambah banyak, wanita itu pergi untuk selamanya. Seketika hati saya remuk, jantung saya seakan berhenti berdegup. Saya hidup namun serasa mati, tapi wanita itu menitipkan saya seorang anak yang pintar dan tampan yakni Fatih. Awalnya saya berpikir lebih baik mati saja mengikuti jejaknya, tapi saya melihat Fatih adalah titipan Tuhan untuk saya melalui wanita yang saya sayangi. Saya berusaha menguatkan diri, berusaha untuk tegar menerima ketentuan-Nya." Aditya memulai ceritanya. Wajahnya seketika terlihat sendu. Dia bercerita apa adanya. Rasa cinta pada almarhum Sarah yang memang tidak pernah pudar hingga detik ini."Apakah wanita itu adalah almarhum ibunya Fatih?" Raya bertanya karena penasaran.Aditya mengangguk

  • Bukan Ibu Susu Palsu   75 Mengungkapkan Isi Hati

    Hari itu di kantor Fadillah group, Aditya terlihat semangat saat menyelesaikan pekerjaannya. Raut wajahnya terlihat berseri-seri. Dalam bayangannya terus saja berseliweran wajah Raya. Nampaknya Aditya memang tengah jatuh cinta.Bahkan ketika ada seorang wanita yang bekerja sebagai sekretaris di kantor, masuk ke ruangan Aditya untuk melaporkan berkas hasil meeting hari ini. "Raya!" Aditya terkejut dengan kedatangan sekretarisnya. Dia sampai mengira sang sekretaris adalah Raya. Nampaknya dia sudah gila dengan rasa cinta yang tengah menggebu di dalam dada. "Maaf, Pak. Saya bukan Raya," bantah wanita itu dengan cepat. Pada tangannya terlihat memegang beberapa file. Diletakkannya segera file itu di atas meja kerja Aditya. "Saya ingin menyerahkan dokumen hasil meeting siang tadi."Aditya segera mengerjapkan kelopak matanya. "Oh ya ampun, maaf saya tengah melamun. Saya akan segera memeriksa dokumen ini," kata Aditya seraya memijat hidungnya. Ah bener-bener sudah gila. Aditya mengetuk kepa

  • Bukan Ibu Susu Palsu   74 Salah Tingkah

    Raya terlihat masih berdiri di depan mata Aditya. Wanita berbulu mata lentik itu mengukir senyuman paling indah dalam pandangan Aditya.Aditya segera bangkit dari tempat tidurnya. Dia kini sudah berhadapan dengan Raya. Keduanya saling memandang satu sama lain. "Aku sangat mencintaimu Pak Aditya." Suara lembut itu berdesis tepat di dekat telinga Aditya. Bibir Raya yang penuh dengan aroma khas, masih berada di dekat telinga Aditya.Aditya seperti terkesima. Ucapan Raya barusan, membuat Aditya membeku. Lidahnya kelu seperti sulit untuk berbicara. Debaran jantungnya bahkan lebih kencang daripada biasanya. Raya sudah berada dekat sekali dengan Aditya, jarak diantara keduanya hanya beberapa sentimeter saja. Suara dag dig dug jantung terdengar semakin kencang saja."Pak Adit kenapa diam saja? Kenapa tidak jawab perasaan saya? Pak Adit tidak cinta sama saya?" Raya bertanya lagi masih dengan suara manja yang meluluhkan hati."Bukan seperti itu. Saya merasa ini seperti mimpi. Apakah ini mimpi

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status