Home / Rumah Tangga / Bukan Ibu Susu Palsu / 50 Membuatnya Kecewa

Share

50 Membuatnya Kecewa

Author: Miss_Pupu
last update Last Updated: 2025-04-21 22:12:52

Raya melihat tubuh Wati digotong oleh beberapa orang ke pinggir jalan. Wanita berbulu mata lentik itu segera keluar dari kendaraan dan langsung mendekat pada Wati. Ia melangkah melewati beberapa orang yang berkerumun.

"Permisi!"

Dada Raya bergetar cemas. Debaran jantung terasa berdegup lebih kencang dari biasanya.

Tepat di depan mata Raya, Wati tergeletak dengan beberapa luka di sekujur tubuhnya. Bukan hanya mantan mertua, Raya juga melihat Raihan—mantan suami yang turut menjadi korban kecelakaan tunggal pada hari itu.

"Saya mengenal mereka, saya akan segera membawa mereka ke rumah sakit." Raya menjadi panik. Ia pun langsung berbicara pada beberapa orang yang berdiri mengelilingi Wati dan Raihan.

Melalui sambungan telepon Raya segera menghubungi ambulans untuk membawa Wati dan Raihan ke rumah sakit.

"Ma, bertahan ya." Air mata Raya menetes manakala naik mobil ambulans menamani Wati yang tak sadarkan diri.

Karena panik dan tergesa-gesa, Raya sampai lupa menitipkan ponsel Aditya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Bukan Ibu Susu Palsu   51 Sempoyongan

    Aditya terlihat kacau. Sang Presdir tak mampu mengendalikan emosinya. Ia juga lupa bahwa wanita yang telah dimarahi adalah ibu susu anaknya. Aditya terduduk sambil memasang wajah sinis dan berpangku tangan. Dia juga memalingkan tatapan ke arah yang lain, enggan untuk membalas tatapan Raya padanya. "Maafkan saya, Pak. Saya memang bersalah." Raya menundukan kepalanya. Dia melihat emosi Aditya persis seperti saat pertama bertemu dahulu.Ucapan maaf Raya tidak mendapat respon. Setelah meletakkan ponsel pintar milik Aditya di atas meja, Raya segera keluar dari ruangan Aditya. "Saya pamit," ucapnya sebelum berlalu. Akan tetapi Aditya masih tertuju dalam pandangan yang sama, seolah tak peduli dengan Raya.Raya sudah keluar dari ruangan Aditya, langkah pelannya sesekali berhenti. Raya menoleh ke arah belakang, tak ada Aditya di sana. Nampaknya sang presdir tak lagi perduli dengan perasaannya hingga tak mau mengejar langkah Raya."Dari mana kamu?" Raya tersentak, tiba-tiba saja Seline sudah

    Last Updated : 2025-04-22
  • Bukan Ibu Susu Palsu   52 Tak Percaya

    Sampai malam hari, Raya masih tertidur pulas akibat efek dari obat yang tercampur dalam minuman dingin berwarna merah di cafe tadi siang.Obat terlarang yang dimasukkan Selin ke dalam minuman Raya, langsung bereaksi hingga membuat Raya kehilangan akal."Saya harap, Ibu Raya tidak boleh memberikan ASI kepada bayinya. Pengaruh dari obat terlarang yang dikonsumsi dapat membahayakan bayi dan dapat menular melalui ASI." Penjelasan Dokter pribadi yang sengaja dipanggil oleh Anita sangat mengejutkan.Anita dan Aditya nampak terkejut. Keduanya merasa tak percaya jika memang selama ini Raya telah mengkonsumsi obat-obatan terlarang. "Dokter, apa ini serius? Rasanya Raya tidak mungkin mengkonsumsi obat-obatan terlarang." Anita berusaha membantah keadaan."Saya sudah memeriksanya. Semua tanda-tanda yang dialami oleh ibu Raya, adalah bagian dari pengaruh obat-obatan terlarang yang sudah dikonsumsi."Lagi-lagi Anita dibuat tercengang. Nafasnya terasa tersengal di tenggorokan. Ia duduk lesu di so

    Last Updated : 2025-04-22
  • Bukan Ibu Susu Palsu   53 Fitnah Yang Menyakitkan

    Satu hari setelah kejadian malam itu, semua orang berkumpul di ruang tengah kediaman Aditya. Di sana ada Anita, Aditya dan juga Raya. Berita mengejutkan itu telah sampai ke telinga Raya yang saat ini sudah sadar dari mabuknya."Tidak, Tante. Saya tidak pernah mengkonsumsi barang haram. Apalagi sebuah pil ekstasi. Melihat jenisnya saja saya tidak pernah. Sungguh saya bersumpah, saya tidak bohong." Raya menautkan kedua telapak tangannya di depan Anita dan Aditya. Dia berusaha membela diri, menepis hasil laboratorium di tangan Aditya. "Tapi kenyataannya kamu telah berbohong, Raya. Kenapa kamu melakukan ini? Apa karena gara-gara Saya marah kemarin kamu berbuat nekat?" Aditya menimpali.Raya pun mengalihkan pandangannya pada Aditya. Dia segera menggelengkan kepala. "Saya tidak pernah berbuat nekat. Saya memang kecewa, kenapa Pak Aditya sempat marah pada saya. Tapi kepala saya masih waras dan tak berpikir ke jalan pintas," bantahnya lagi. Dihadapan Raya, Anita sampai tak mampu untuk berk

    Last Updated : 2025-04-23
  • Bukan Ibu Susu Palsu   54 Luka Tak Berdarah

    Anita segera mengejar langkah Raya yang sudah sampai di pintu utama.Langkah beratnya segera Raya hentikan begitu namanya dipanggil. Dadanya semakin terasa melemah. Raya ingin menoleh, tapi begitu berat."Raya, tetaplah tinggal di sini walau bukan lagi menjadi ibu susu Fatih." Anita meminta. Sebelah tangannya tampak meraih tangan Raya. Hingga membuat Raya harus kembali meneteskan air matanya. Raya menoleh pada Anita, menatap wanita paruh baya itu penuh dengan kasih sayang. "Tidak, Tante. Saya harus tetap pergi. Titip Fatih ya, Tante." Raya memeluk Anita. Terasa berat meninggalkan Fatih, tapi fitnah dari Aditya bagai senapan yang menusuk jantungnya. "Tante mohon, jangan pergi," pinta Anita lagi lirih.Namun Raya tetap memilih untuk pergi dari kediaman Aditya. Dia merasa sudah tak dibutuhkan lagi tanpa ASI. Langkah berat Raya kini telah jauh meninggalkan kediaman Fatih.Di bawah teriknya sinar matahari yang membakar kulit, Raya kini tengah duduk di kursi besi berwarna hitam yang ada

    Last Updated : 2025-04-23
  • Bukan Ibu Susu Palsu   55 Dalam Hati Menjadi Rindu

    "Biaya perawatan atas nama Nyonya Wati dan Tuan Raihan sudah ditanggung BPJS kesehatan." Keterangan dari pihak kasir membuat Raya menggelengkan kepalanya. Lagi-lagi Wati berbohong kepadanya, padahal Raya ingin berbaik hati dan berdamai dengan mantan mertuanya. Sebelum Raya berlalu dari rumah sakit, ia kembali ke ruangan Wati. Raya melihat Wati masih menangis di kamarnya, entah tangisan apa yang tengah dikeluarkan oleh Wati. "Kenapa Mama berbohong?" Raya bertanya ketika sudah kembali menghadap Wati.Melihat Raya sudah kembali, Wati pun mendongak terkejut mendengar pertanyaan dari mantan menantunya. "Mama tidak bermaksud membohongi kamu. Jika Mama jujur, kamu tak akan percaya," elak Wati. "Aku sudah menemui pihak kasir. Semua biaya rumah sakit Mama dan Mas Raihan sudah ditanggung BPJS kesehatan." Raut wajah Raya terlihat kecewa. "Maafkan mama, Raya. Mama terpaksa berbohong, agar kamu mau meminjamkan uangmu pada Mama," elak Wati lagi."Sudah, Ma. Tidak apa-apa. Tolong jangan ulan

    Last Updated : 2025-04-24
  • Bukan Ibu Susu Palsu   56 Mencarinya

    Pagi yang menegangkan itu membuat Aditya menunda pekerjaannya untuk pergi ke kantor. Aditya segera membawa Fatih ke Dokter. Perasaannya cemas memikirkan anak semata wayangnya yang tengah mengalami demam yang cukup tinggi pada suhu badannya. "Bisakah lebih cepat, Adit?" Anita yang duduk di kursi belakang di mobil Aditya terlihat resah sambil mengusap-ngusap punggung Fatih yang kini berada pada pangkuannya.Padahal Adit sudah melajukan kendaraan yang dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Anita hanya risau. Iya benar-benar khawatir terjadi sesuatu yang tak diinginkan pada cucunya."Iya, Mah," jawab Aditya dengan singkat sambil fokus ke jalan Raya. Hanya Aditya dan Anita yang membawa Fatih ke rumah sakit. Mereka tidak mengajak Susi, karena pembantu rumah tangga itu masih banyak tugas dan pekerjaan di rumah."Bubu..." rengek Fatih. Dalam tangisannya, anak tampan itu terus saja memanggil nama bubu sebagai sebutan sayangnya kepada Raya. Padahal baru satu hari satu malam Raya meninggalkan

    Last Updated : 2025-04-25
  • Bukan Ibu Susu Palsu   57 Mengadu Domba

    Aditya masih kebingungan di tepi jalan. Ia masih termenung di dalam mobilnya sendirian. Tak ada jalan keluar dari Hani. Jemari tangannya terlihat sibuk menekan kontak bernama Raya pada layar ponselnya. Aditya berusaha menghubungi Raya melalui sambungan telepon.Namun detik itu pula Aditya harus kecewa manakala nomor yang dia tuju sedang tidak aktif atau berada di luar service area.Aditya berdecak kesal. Ia melempar ponselnya ke kursi sebelah. Terlihat sangat menyesal. "Aku tidak menyangka kalau akan seperti ini jadinya. Aku egois. Aku tidak memikirkan hal yang lebih penting daripada mengusir Raya dari rumah," desis Aditya berbicara sendirian penuh rasa sesal.Namun tak lama ponselnya kembali berdering. Panggilan masuk datang dari Selin.Sebenarnya Aditya sangat malas menjawab sambungan telepon dari Selin. Tapi biar bagaimanapun Selin adalah adik iparnya. Akhirnya Aditya tetap menjawab telepon yang masuk dari Selin."Hallo, Mas Aditya. Kamu di mana? Aku datang ingin bertemu Fatih, ta

    Last Updated : 2025-04-25
  • Bukan Ibu Susu Palsu   58 Dihasut

    Aditya tercengang. "Tolong jangan bicara sembarangan, Selin." Dia pura-pura tidak tahu. Aditya hanya khawatir kalau Seline melapor pada orang tuanya mengenai berita Raya yang mengkonsumsi barang haram."Aku tidak sembarangan, Mas. Aku lihat dengan mata kepala sendiri. Kemarin kebetulan aku sedang berada di cafe yang sama, bersama temanku. Temanku sendiri yang mengatakan, pria yang bersama Raya kemarin adalah pengedar narkoba," tekan Seline berusaha meyakinkan Aditya."Mas, kamu jangan membiarkan Raya terus-menerus tinggal di rumah kamu. Wanita pemakai barang haram itu sangat berbahaya. Bisa mengancam keselamatan Fatih. Kamu lihat 'kan buktinya sekarang, aku sudah bisa menebak sakit yang di alami Fatih saat ini. Itu pasti gara-gara air susu dari Raya. Wanita menyusui tidak boleh mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Kita tidak pernah tahu sejak kapan Raya mengkonsumsinya. Jangan ambil resiko, Mas. Ini semua demi kebaikan Fatih," tambah Selin dengan penjelasan yang panjang lebar, berusaha

    Last Updated : 2025-04-26

Latest chapter

  • Bukan Ibu Susu Palsu   76 Tidak Sabar

    "Saya pernah jatuh cinta kepada seorang wanita, saya sangat menyayanginya bahkan melebihi apapun. Wanita itu sangat baik, lembut dan penuh dengan perhatian. Tak bisa saya bayangkan hidup tanpanya, terasa takkan ada arti. Tapi, ketika rasa sayang ini yang semakin hari semakin bertambah banyak, wanita itu pergi untuk selamanya. Seketika hati saya remuk, jantung saya seakan berhenti berdegup. Saya hidup namun serasa mati, tapi wanita itu menitipkan saya seorang anak yang pintar dan tampan yakni Fatih. Awalnya saya berpikir lebih baik mati saja mengikuti jejaknya, tapi saya melihat Fatih adalah titipan Tuhan untuk saya melalui wanita yang saya sayangi. Saya berusaha menguatkan diri, berusaha untuk tegar menerima ketentuan-Nya." Aditya memulai ceritanya. Wajahnya seketika terlihat sendu. Dia bercerita apa adanya. Rasa cinta pada almarhum Sarah yang memang tidak pernah pudar hingga detik ini."Apakah wanita itu adalah almarhum ibunya Fatih?" Raya bertanya karena penasaran.Aditya mengangguk

  • Bukan Ibu Susu Palsu   75 Mengungkapkan Isi Hati

    Hari itu di kantor Fadillah group, Aditya terlihat semangat saat menyelesaikan pekerjaannya. Raut wajahnya terlihat berseri-seri. Dalam bayangannya terus saja berseliweran wajah Raya. Nampaknya Aditya memang tengah jatuh cinta.Bahkan ketika ada seorang wanita yang bekerja sebagai sekretaris di kantor, masuk ke ruangan Aditya untuk melaporkan berkas hasil meeting hari ini. "Raya!" Aditya terkejut dengan kedatangan sekretarisnya. Dia sampai mengira sang sekretaris adalah Raya. Nampaknya dia sudah gila dengan rasa cinta yang tengah menggebu di dalam dada. "Maaf, Pak. Saya bukan Raya," bantah wanita itu dengan cepat. Pada tangannya terlihat memegang beberapa file. Diletakkannya segera file itu di atas meja kerja Aditya. "Saya ingin menyerahkan dokumen hasil meeting siang tadi."Aditya segera mengerjapkan kelopak matanya. "Oh ya ampun, maaf saya tengah melamun. Saya akan segera memeriksa dokumen ini," kata Aditya seraya memijat hidungnya. Ah bener-bener sudah gila. Aditya mengetuk kepa

  • Bukan Ibu Susu Palsu   74 Salah Tingkah

    Raya terlihat masih berdiri di depan mata Aditya. Wanita berbulu mata lentik itu mengukir senyuman paling indah dalam pandangan Aditya.Aditya segera bangkit dari tempat tidurnya. Dia kini sudah berhadapan dengan Raya. Keduanya saling memandang satu sama lain. "Aku sangat mencintaimu Pak Aditya." Suara lembut itu berdesis tepat di dekat telinga Aditya. Bibir Raya yang penuh dengan aroma khas, masih berada di dekat telinga Aditya.Aditya seperti terkesima. Ucapan Raya barusan, membuat Aditya membeku. Lidahnya kelu seperti sulit untuk berbicara. Debaran jantungnya bahkan lebih kencang daripada biasanya. Raya sudah berada dekat sekali dengan Aditya, jarak diantara keduanya hanya beberapa sentimeter saja. Suara dag dig dug jantung terdengar semakin kencang saja."Pak Adit kenapa diam saja? Kenapa tidak jawab perasaan saya? Pak Adit tidak cinta sama saya?" Raya bertanya lagi masih dengan suara manja yang meluluhkan hati."Bukan seperti itu. Saya merasa ini seperti mimpi. Apakah ini mimpi

  • Bukan Ibu Susu Palsu   73 Setuhan Indah

    Malam itu sangat terkesan bagi Aditya. Dia pertama kali makan di pinggir jalan tapi dengan sajian yang sungguh lezat layaknya seperti di restoran bintang 5.Bahkan ketika sampai di rumah dan ketika Aditya sudah membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Dia tetap saja tidak bisa tidur. Matanya masih terbuka, menatap ke arah langit-langit kamar. Senyuman yang indah itu masih terbayang di matanya. Senyuman yang tidak bisa dilupakan itu ternyata milik Raya. "Mengapa senyuman Raya sangat mirip sekali dengan Sarah?" Aditya berbicara sendirian penuh tanda tanya. Dia gelisah, padahal waktu sudah menunjukkan pukul setengah tiga dini hari.Aditya memutuskan untuk bangun dari tempat tidurnya. Dia menggaruk kepala yang tak gatal. Matanya enggan untuk terlelap. Padahal besok pagi dia harus pergi ke kantor untuk mengurus pekerjaan yang sempat tertunda. Aditya kemudian keluar dari kamarnya, dia akan pergi ke dapur untuk mengambil air minum guna melegakan tenggorokan. Ketika telah sampai di dapu

  • Bukan Ibu Susu Palsu   72 Pertama Kali Makan di Pinggir Jalan

    Aditya tak jadi makan di restoran itu. Dia lebih memilih menuruti permintaan Raya untuk kembali ke mobilnya."Harusnya kamu jangan diam aja, kalau Selin kembali menghina kamu seperti itu, kamu harus lawan dia," kata Aditya kepada Raya. Dia belum menyalakan mesin mobil dan masih menenangkan hatinya yang masih terasa emosi."Untuk apa dilawan, Pak? Di mata yang membenci, kita akan selalu salah. Bagaimanapun cara kita membela diri. Apalagi kalau sampai saya melawan Non Selin, tentu saya akan semakin buruk di matanya. Biarkan saja Non Selin dengan kebenciannya pada saya, suatu saat ketika hatinya sudah terbuka, Saya yakin Non Selin akan menjadi baik pada saya," tutur Raya dengan begitu tenangnya. Tidak seperti Aditya yang masih terasa emosi akibat kelakuan adik iparnya di depan semua orang.Aditya semakin kagum kepada Raya. Dia menatap Raya begitu dalam. "Kamu memang baik, Raya. Tapi anehnya, mengapa Selin malah tidak menyukaimu," gumamnya. "Lupakan saja, Pak. Yang penting saat ini, kita

  • Bukan Ibu Susu Palsu   71 Turut Berduka Cita

    "Kenapa tidak menjawab?" Aditya bertanya lagi. Rupanya dia masih menunggu jawaban dari Raya.Raya terlihat mengatur nafasnya terlebih dahulu. "Kalau saya masih mencintai Mas Raihan, untuk apa waktu itu menggugat cerai? Saya hanya turut bersedih atas duka yang tengah dialami Mas Raihan. Bukan apa-apa, biar bagaimanapun dia pernah menjadi bagian dari hidup saya. Itu saja," jelasnya sambil menurunkan tatapan."Maafkan kalau saya telah lancang bertanya seperti itu pada kamu." Aditya menjadi tidak enak hati."Tidak apa-apa, Pak." Raya masih menunduk.Aditya segera melajukan kendaraan meninggalkan area rumah Wati.Langit terlihat sudah gelap, Raya dan Aditya masih dalam perjalanan pulang. Jarum pada benda bundar yang melilit pergelangan tangan. Aditya sudah menunjukan pukul sebelas malam. Perutnya terdengar mengaluarkan suara.Kruekkk kruekkk!Raya mendengar suara dari perut Aditya barusan. Dia menoleh. Ternyata perut Presdir setampan Aditya bisa mengeluarkan bunyi laparnya.Aditya tampak

  • Bukan Ibu Susu Palsu   70 Buket Bunga

    Sadar akan kedatangan Aditya, Raya segera menghapus air matanya dengan jari tangannya."Kenapa, Raya?" Aditya bertanya lagi, terlihat mencemaskan Raya."Baru saja saya mendapatkan kabar melalui telepon, Mama Wati baru saja meninggal," jawab Raya. "Kenapa kamu sedih? Bukankah selama ini Wati selalu jahat sama kamu?" Aditya menjadi heran."Tidak, Pak. Jangan katakan seperti itu. Mama Wati tidak jahat, mungkin dia hanya sedang khilaf saja. Semoha Tuhan mengampuni dosanya," bantah Raya.Aditya pun tak bisa proses lagi. Dia sadar bahwa Raya memang wanita yang berhati baik dan mulia. Raya mudah memaafkan seseorang yang bahkan telah menyakitinya."Jikalau kamu ingin melayat, saya bisa mengantarkan kamu." Aditya pun langsung menawarkan diri."Tidak usah, Pak. Pak Adit baru saja tiba dari kantor, pasti masih capek. Pak Adit harus istirahat karena saya bisa pergi sendiri untuk melayat," tolak Raya dengan lembut. Dia memang tidak mau merepotkan Aditya, atau siapapun. "Tidak apa-apa, Raya. Saya

  • Bukan Ibu Susu Palsu   69 Miris

    Tubuh Raihan sudah terlihat rapih. Setelah mempersilahkan Raya masuk, Dia pun langsung terduduk di kursi plastik di dekatnya. "Kedatanganku ke sini ingin menjenguk Mama. Bagaimana dengan kabar mama?" Raya bertanya setelah duduk di kursi yang terlihat sudah lapuk."Keadaan mama kian memburuk. Kini beliau hanya bisa tertidur di atas kasur. Tidak berdaya," jawab Raihan dengan suara lemah, seperti ada yang menghalangi di tenggorokan."Jika diperbolehkan, aku ingin melihat mama sekarang," pinta Raya terenyuh hatinya."Boleh. Mama ada di kamar. Mari aku antar." Raihan berusaha bangkit dari tempat duduk. Kakinya terlihat gemetar. Berjalan pun nampak pelan."Mas, kamu sakit?" Raya menjadi bertanya melihat keadaan Raihan yang miris itu.Raihan menahan langkahnya. Ia menoleh kembali pada Raya, kemudian menganggukan kepala."Sudah lama, Mas? Apa karena kecelakaan itu, kamu menjadi sakit?" Raya bertanya lagi karena penasaran. Bagaimana tidak penasaran melihat tubuh Raihan yang kurus kering itu.

  • Bukan Ibu Susu Palsu   68 Kembali Lagi

    Raya menjadi histeris, kembali menangis ketakutan di dalam mobil Aditya. Menggeleng-gelengan kepalanya, menutup kedua telinga dengan telapak tangan. "Tidak mau! Jangan!" pekiknya.Melihat Raya yang nampak ketakutan, membuat Aditya menjadi terenyuh. Jahatnya pria tadi sehingga membuat Raya menjadi trauma."Tenanglah, saya di sini akan menjaga kamu," tutur Aditya dengan lembut. Namun Raya tetap saja menangis histeris.Hingga pada besok harinya Aditya memutuskan untuk membawa Raya ke psikolog, guna menyembuhkan traumanya. ***Di atas pusara anak kecil, Raya sudah menekuk lututnya. Pagi itu, Raya sengaja datang ke makam anaknya. Raya mengusap nisan anaknya sambil membendung air mata. Bibirnya bergetar tatkala kesedihan itu kembali teringat di benaknya. Selesai dari psikolog, Raya memang meminta untuk mampir ke makam anaknya."Maafkan Mamah, Nak. Sudah lama Mamah tidak menengok kamu. Mamah rindu sekali sama kamu, Nak. Mamah ingin bertemu denganmu, Mamah ingin melihat wajahmu." Pada akhirn

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status