Share

Bab 7. Kejadian Saat Hujan

Ketika sore hari menjelang. Hujan lebat mengguyur kota Jakarta dengan derasnya. Membuat seorang gadis dengan kepayahan memarkirkan motornya di salah satu halte bus agar tubuhnya bisa berteduh. Dia lupa membawa jas hujan di motornya sehingga membuat dia terpaksa basah-basahan. Meski sudah menepi tetap saja gamis yang dikenakannya terkena cipratan air hujan.

Apalagi di halte bus itu dia mendapatkan tempat berteduh yang paling ujung. Berkali-kali badannya tersenggol orang lain yang sedang berdesakan dengan niat yang sama. Melindungi tubuh mereka agar tak kebasahan.

Setengah jam sudah hujan belum juga reda. Membuat Indira merasa kedinginan. Apalagi gamis yang dipakainya kini sudah hampir setengahnya basah. Mau meneruskan pulang pun tak mungkin karena dia memang tak bisa sama sekali terkena hujan. Tubuhnya akan langsung sakit jika memaksakan diri.

Sedangkan orang lain yang tadi ikut berdesakkan bersamanya sudah sedikit demi sedikit berkurang. Mereka ada yang memilih naik bus, angkot, bahkan menerjang hujan. Sudah pukul lima sore satu jam dari terakhir dia pulang. Membuat Indira sedikit gelisah karena takut orang tuanya cemas.

Tiba-tiba saja sebuah mobil berhenti. Kacanya terbuka menampakkan laki-laki tampan yang sejak tadi memperhatikan dari kejauhan. Kini mobilnya ada di hadapan gadis itu.

“Masuk, Ra!” perintah laki-laki itu.

Indira mendongak netranya tertuju pada seorang pria di dalamnya. ‘Kenapa kami selalu bertemu? Sekuat tenaga aku menghindar kenapa dia selalu ada saat aku dalam kesulitan?’ batin gadis itu.

“Ya ...?” Dia masih tak mengerti apa yang diucapkan pria itu.

“Masuk. Hujannya sangat lebat. Biar kuantar kamu pulang!” teriak lelaki itu. Hujan sangat lebat sehingga membuat suaranya tak bisa terdengar kalau dengan nada biasa.

“Enggak usah, Mas. Biar nunggu hujan reda saja. Lagi pula motorku nanti siapa yang bawa,” tolak Indira.

“Jangan keras kepala, Ra. Hujannya sangat lebat. Saya enggak tahu kapan ini akan berhenti. Nanti kamu enggak bakal bisa pulang. Apalagi orang tuamu pasti menunggu dengan cemas.”

“Tapi ....”

Benar juga yang dikatakannya. Indira memang sejak tadi gelisah takut orang tuanya mengkhawatirkannya. Dengan terpaksa dia menuruti apa yang diperintahkan pria itu. Masuk ke dalam mobil di sebelah kemudi.

“Tapi ... motor saya bagaimana, Mas?” tanyanya lirih.

“Biar nanti saya suruh orang untuk mengambilnya. Yang penting kamu aman. Kamu itu bagaimana. Kautahu, kan, kalau kamu tak bisa kehujanan dan kedinginan. Apalagi tubuhmu alergi dingin.”

Indira terkejut dengan ucapan Aryo. Bagaimana mungkin dia tahu kalau dirinya punya riwayat alergi dingin? Alis gadis itu bertaut.

“Mas Aryo tahu dari mana saya alergi dingin?” cecarnya. Indira yakin ada sesuatu yang dirahasiakan Aryo.

“Hmm ... i-itu. Saya hanya menebak saja. Tadi saya melihatmu menggigil kedinginan. Nanti kamu malah sakit,” kilah Aryo.

Secepat mungkin dia menutupi segala kegugupan di wajahnya. Mengingat gadis di sebelahnya yang terlihat pucat karena menahan dingin. Aryo berinisiatif memberikan jasnya untuk gadis itu.

“Ini, pakailah biar kamu tak kedinginan.”

Lagi-lagi Indira heran dengan sikap Aryo. Namun, karena memang dia sedang membutuhkan sesuatu untuk menghangatkan tubuhnya. Gadis itu menerima dan memakainya, membuat pria di sebelahnya mengulaskan senyum.

Selama perjalanan tak ada percakapan di antara mereka. Sama-sama canggung serta gugup yang dirasa. Indira hanya memandang hujan dari kaca jendela di sebelahnya. Sedangkan Aryo fokus menyetir. Meski ada sesuatu yang aneh yang mereka rasakan ketika sama-sama berada dalam mobil yang sama.

Setelah sampai di halaman rumah Indira Aryo memarkirkan.

“Makasih, Mas sudah memberikan tumpangan untuk saya.”

Aryo mengangguk lalu gadis itu turun. Saat sudah menutup pintu mobil Aryo melihat gadis itu pingsan di sebelah mobilnya. Seketika itu pula pria itu keluar dari mobil serta berlari melihat Indira.

Matanya terbelalak ketika melihat gadis itu sudah tak sadarkan diri. Dia memangku tubuh gadis itu ala bridal style. Selanjutnya membawanya ke rumah Indira. Mengetuk pintu agar ada yang membukanya. Ibu gadis itu terkejut ketika melihat putrinya pulang dalam keadaan tak sadar.

Sedang di sudut ruang tamu sana. Ada seseorang yang lebih terkejut dari semuanya. Aryo memaku tak bergerak ketika dia secara tak sengaja melihat orang itu.

Siapakah orang yang dimaksud?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status