Satu jam sebelumnya.
Adskhan sedang sibuk dengan laporan di hadapannya. Karena Lucas masih berada di Turki. Semua pekerjaan kini ada di tangannya. Hal itu sebenarnya sudah biasa. Namun entah bagaimana belakangan ini, bekerja bukan menjadi prioritasnya lagi. Dan dia merasa sedikit jenuh menghabiskan waktu bersama benda-benda mati yang sebenarnya menghasilkan banyak angka nol ke dalam rekeningnya.
Ia mendongak ketika melihat pintu ruangannya terbuka begitu saja. Anastasia berdiri di sana dengan sekretarisnya yang tampak sedang mencoba menahan wanita itu untuk masuk.
"Maaf, Sir. Nona ini terus memaksa masuk." Ujar sekretarisnya. Adskhan mengibaskan tangannya dan menyuruh sekretaris itu kembali ke tempatnya. Sementara itu Anastasia masuk ke dalam dengan gaya bak ratu nya dan duduk di sofa yang ada disana
"Apa yang kamu inginkan? Apa yang aku katakan sebelumnya belum cu
Ruang kerjanya tampak ramai ketika Caliana dan Gita kembali selepas makan siang. Para karyawan wanita tampak berkerumun dalam satu kubu, memperhatikan benda persegi yang semua orang jelas tahu apa."Ngapain sih loe pada? Ngegosip ya? Bukannya malah kerja." Gita berkomentar. Seperti halnya Caliana, Gita pun enggan memasuki kerumunan itu dan memilih untuk duduk di kursinya dan menekuni pekerjaannya."Ini, Git. Gosip hangat." Jawab salah satu rekan se-divisinya. "Katanya disini si model Anastasia udah putus sama pengusaha ternama yang selama ini menjadi kekasihnya.” Gita mendekat dan membaca artikel yang dibaca oleh temannya itu. “Udah jelas kan kalau dia itu selama ini kencan sama Sir Adskhan. Tapi kenapa gosip bilang mereka putus, sementara hubungan mereka berdua kayaknya lagi panas-panasnya gitu.”Gita kembali menegak dan mengedikkan bahu. Entah itu berarti dia tak tahu atau tak peduli.
Mobil sudah masuk ke parkiran belakang rumah. Adskhan masuk setelah mengucap salam. Di halaman belakang sudah ada Syaquilla dengan teman baiknya, Carina. Dan seorang lagi bocah yang tak Adskhan kenal. Ketiga remaja itu tampak sedang asyik membahas sesuatu."Papa!" Seru gadis itu. Tubuh mungilnya berjalan mendekat dan ia meraih tangan Adskhan seraya mencium punggung tangannya. "Papa pulang cepat." Kalimat itu bagai cambukan sendiri bagi Adskhan. Karena memang harus ia akui bahwa 'lembur' adalah kebiasaannya selama ini."Iya. Kerjaan Papa gak terlalu banyak." Jawab Adskhan jujur. Tak mungkin dia mengatakan kalau dia pulang cepat supaya bisa pulang bersama dengan Caliana yang sayangnya tak bisa ia lakukan. Karena selain fakta bahwa Caliana membawa kendaraannya sendiri, gadis itu juga tampak akan menolak seandainya Adskhan menawarinya pulang bersama. Jelas sekali, terlihat dari sikapnya yang dingin. "Itu teman kamu?" Adskhan bertanya pada sosok
Carina menopang dagunya di atas meja bar. Matanya memperhatikan gerak-gerik sang tante yang saat itu tengah memasak hidangan makan malam mereka."Mata kamu gak pusing apa Cuma lihatin doang? Gak mau gitu ngambil pisau trus ngiris sesuatu?" Tantenya bicara tanpa sedikitpun mengalihkan perhatiannya dari tumisan yang sedang diaduknya."Carin kan tamu. Dimana-mana, tamu itu disuguhin. Bukannya malah disuruh bantu-bantu." Jawabnya dengan santai. Caliana hanya bisa menggelengkan kepala. Kalau saja bukan keponakannya, mungkin dia sudah memukul bibir Carina dengan spatula. Beruntung saja Carina itu keponakannya.Caliana berbalik dan meletakkan tumisan yang masih mengepul itu di atas meja. Setelahnya ia mengambil piring lain yang akan ia isi dengan ayam goreng tepung yang sudah ia tiriskan sebelumnya. ia kemudian meletakkan piring berisi ayam itu di meja yang sama dan kemudian kembali berbalik untuk mengulek sambal dalam cobek ba
Keesokan harinya Caliana masih dibuat kesal karena pernyataan Carina mengenai menjadi mama Syaquilla. Alhasil, hal itu membuatnya mendelik setiap kali ia melihat Adskhan. Gita yang tampaknya melihat perbedaan aura dari sahabatnya itu bahkan tak ingin bertanya karena takut kena cipratan amarahnya. Ya, Caliana memang semenakutkan itu kalau sedang marah.Sementara Carina, saat ia mengatakan yang sebenarnya pada sahabatnya, ia benar-benar merasa kasihan karena ekpresi wajah sahabatnya itu langsung berubah sedih.Carina dan Syaquilla sedang duduk di ruang tengah kediaman Syaquilla saat mereka mendengar pintu depan dibuka dan muncullah sepasang lanjut usia mengucap salam.“Granny! Baba!” Syaquilla seketika menegak dan berlari menyongsong kedatangan kakek dan neneknya. Ia memeluk kedua paruh baya itu dengan sangat antusias. Menghilangkan rindu karen sudah berhari-hari tidak bertemu. “Kenapa pulang lebih awal?&
Divisi Caliana sedang ramai karena adanya pengumuman bahwa salah satu rekan kerja mereka akan menikah di akhir pekan ini. “Bakalan ada pesta lajang?” tanya seorang pria di divisi mereka.“Mepet bro, waktunya.” Ucap Chandra, si tokoh utama. “Sorry, tapi sebagai gantinya, besok malem sebelum gue balik, gue bakalan traktir kalian pada.” Janjinya yang mendapat sorakan dari teman-temannya.“Ada apa ini?” Bu Shelly yang baru saja kembali dari rapat diluar kantor bersama bos besar mereka memandang anak buah divisinya bergantian.“Teruntuk Bu Shelly tercinta, disini saya ingin mempersembahkan sebuah undangan.” Chandra mendekati atasannya itu dengan gaya berlebihan.“Undangan? Undangan apa?” Bu Shelly menerima undangan berwarna silver itu dengan terkejut sebelum kemudian senyum terkembang di wajahnya. “Ya Allah, akhirnya umpan kamu
"Gile aje spa sampe ke Hongkong. Cucu Sultan, loe?" Gita berkomentar. Caliana hanya tertawa saja. Faktanya, saat itu mereka tidak sedang melakukan spa atau perawatan apapun. Mereka justru sedang dalam perjalanan meninggalkan Bandung untuk menghadiri pernikahan Chandra yang akan diadakan esok hari.“Bebas, mulut gue ini yang ngomong.” Jawab Caliana datar.“Loe lagi berantem sama si kembaran beda umur?” tanya Gita ingin tahu. Lagi-lagi Caliana mengedikkan bahu. Gita hanya bisa geleng-geleng kepala. Dia tidak bisa memaksa Caliana untuk banyak bicara jika memang gadis itu tidak menginginkannya. Ahirnya ia memilih untuk mengalihkan pembicaraan. "Enak banget si Ican. Dia milih kawin di tanggal cantik." Komentarnya seraya membalikkan kartu undangan di tangannya.Caliana yang masih fokus menyetir mengerling dengan sebelah alis terangkat memandang rekan kerjanya."Loe kurang vita
"Ngapain kalian disini?" Pertanyaan itu tak bernada ramah sama sekali."Liburan." Jawab Carina santai. Syaquilla ikut menganggukkan kepalanya, tampak antusias."Sama siapa?" Tanyanya lagi."Uncle." Jawab Syaquilla. Entah kenapa mendengar kata 'Uncle', sejenak membuat Caliana bernapas lega. Caliana tahu uncle yang dimaksud Syaquilla adalah Lucas. Atasannya yang sudah cukup lama ia kenal.Jadi, pria itu hadir juga? Tentu saja, Lucas dikenal akrab dengan para karyawannya, jadi tidak aneh jika dia ada di acara penting seperti saat ini."Uncle nya mana?" Caliana kini celingukan mencari sosok pria tinggi berwajah tampan khas pria Indonesia-Turki."Nyimpen tas dulu di kamar." Jawab Syaquilla lagi. Ia mengangguk. Sementara itu si pengantin pria datang mendekat."Kamu kenal?" Tanya pria itu. Matanya mengarah pada dua remaja bukan kembar namun sela
Mereka benar-benar kembali ke penginapan. Adskhan memarkirkan mobilnya di tempat yang berbeda karena tempat awalnya sudah diisi dengan mobil lainnya. Mereka kemudian turun dan setelah menggumamkan terima kasih, Caliana dan Gita kembali ke kamarnya. Caliana sendiri tidak peduli dimana Carina tidur karena jelas mereka yang membawa keponakannya itu harus bertanggung jawab penuh untuk mengakomodasinya."Lo tuh kenapa sih, senewen banget?" Tanya Gita tak lama setelah pintu kamar mereka tertutup."Gak kenapa-napa." Jawab Caliana datar. Ia melepas kaus dan celana jeans nya lalu kembali menggantinya dengan celana tidurnya. Gita pun tampak melakukan hal yang sama."Loe gak suka sama siapa sih? Setahu gue kan loe deket sama Sir Lucas. Sir Adskhan juga bukannya anaknya deket sama Carina. Gue pikir karena anaknya sama keponakan loe sohiban, hubungan loe juga deket. Apa loe kesel sama Sir Erhan? Dia kelihatan playboy sih, tapi