Carina menopang dagunya di atas meja bar. Matanya memperhatikan gerak-gerik sang tante yang saat itu tengah memasak hidangan makan malam mereka.
"Mata kamu gak pusing apa Cuma lihatin doang? Gak mau gitu ngambil pisau trus ngiris sesuatu?" Tantenya bicara tanpa sedikitpun mengalihkan perhatiannya dari tumisan yang sedang diaduknya.
"Carin kan tamu. Dimana-mana, tamu itu disuguhin. Bukannya malah disuruh bantu-bantu." Jawabnya dengan santai. Caliana hanya bisa menggelengkan kepala. Kalau saja bukan keponakannya, mungkin dia sudah memukul bibir Carina dengan spatula. Beruntung saja Carina itu keponakannya.
Caliana berbalik dan meletakkan tumisan yang masih mengepul itu di atas meja. Setelahnya ia mengambil piring lain yang akan ia isi dengan ayam goreng tepung yang sudah ia tiriskan sebelumnya. ia kemudian meletakkan piring berisi ayam itu di meja yang sama dan kemudian kembali berbalik untuk mengulek sambal dalam cobek ba
Keesokan harinya Caliana masih dibuat kesal karena pernyataan Carina mengenai menjadi mama Syaquilla. Alhasil, hal itu membuatnya mendelik setiap kali ia melihat Adskhan. Gita yang tampaknya melihat perbedaan aura dari sahabatnya itu bahkan tak ingin bertanya karena takut kena cipratan amarahnya. Ya, Caliana memang semenakutkan itu kalau sedang marah.Sementara Carina, saat ia mengatakan yang sebenarnya pada sahabatnya, ia benar-benar merasa kasihan karena ekpresi wajah sahabatnya itu langsung berubah sedih.Carina dan Syaquilla sedang duduk di ruang tengah kediaman Syaquilla saat mereka mendengar pintu depan dibuka dan muncullah sepasang lanjut usia mengucap salam.“Granny! Baba!” Syaquilla seketika menegak dan berlari menyongsong kedatangan kakek dan neneknya. Ia memeluk kedua paruh baya itu dengan sangat antusias. Menghilangkan rindu karen sudah berhari-hari tidak bertemu. “Kenapa pulang lebih awal?&
Divisi Caliana sedang ramai karena adanya pengumuman bahwa salah satu rekan kerja mereka akan menikah di akhir pekan ini. “Bakalan ada pesta lajang?” tanya seorang pria di divisi mereka.“Mepet bro, waktunya.” Ucap Chandra, si tokoh utama. “Sorry, tapi sebagai gantinya, besok malem sebelum gue balik, gue bakalan traktir kalian pada.” Janjinya yang mendapat sorakan dari teman-temannya.“Ada apa ini?” Bu Shelly yang baru saja kembali dari rapat diluar kantor bersama bos besar mereka memandang anak buah divisinya bergantian.“Teruntuk Bu Shelly tercinta, disini saya ingin mempersembahkan sebuah undangan.” Chandra mendekati atasannya itu dengan gaya berlebihan.“Undangan? Undangan apa?” Bu Shelly menerima undangan berwarna silver itu dengan terkejut sebelum kemudian senyum terkembang di wajahnya. “Ya Allah, akhirnya umpan kamu
"Gile aje spa sampe ke Hongkong. Cucu Sultan, loe?" Gita berkomentar. Caliana hanya tertawa saja. Faktanya, saat itu mereka tidak sedang melakukan spa atau perawatan apapun. Mereka justru sedang dalam perjalanan meninggalkan Bandung untuk menghadiri pernikahan Chandra yang akan diadakan esok hari.“Bebas, mulut gue ini yang ngomong.” Jawab Caliana datar.“Loe lagi berantem sama si kembaran beda umur?” tanya Gita ingin tahu. Lagi-lagi Caliana mengedikkan bahu. Gita hanya bisa geleng-geleng kepala. Dia tidak bisa memaksa Caliana untuk banyak bicara jika memang gadis itu tidak menginginkannya. Ahirnya ia memilih untuk mengalihkan pembicaraan. "Enak banget si Ican. Dia milih kawin di tanggal cantik." Komentarnya seraya membalikkan kartu undangan di tangannya.Caliana yang masih fokus menyetir mengerling dengan sebelah alis terangkat memandang rekan kerjanya."Loe kurang vita
"Ngapain kalian disini?" Pertanyaan itu tak bernada ramah sama sekali."Liburan." Jawab Carina santai. Syaquilla ikut menganggukkan kepalanya, tampak antusias."Sama siapa?" Tanyanya lagi."Uncle." Jawab Syaquilla. Entah kenapa mendengar kata 'Uncle', sejenak membuat Caliana bernapas lega. Caliana tahu uncle yang dimaksud Syaquilla adalah Lucas. Atasannya yang sudah cukup lama ia kenal.Jadi, pria itu hadir juga? Tentu saja, Lucas dikenal akrab dengan para karyawannya, jadi tidak aneh jika dia ada di acara penting seperti saat ini."Uncle nya mana?" Caliana kini celingukan mencari sosok pria tinggi berwajah tampan khas pria Indonesia-Turki."Nyimpen tas dulu di kamar." Jawab Syaquilla lagi. Ia mengangguk. Sementara itu si pengantin pria datang mendekat."Kamu kenal?" Tanya pria itu. Matanya mengarah pada dua remaja bukan kembar namun sela
Mereka benar-benar kembali ke penginapan. Adskhan memarkirkan mobilnya di tempat yang berbeda karena tempat awalnya sudah diisi dengan mobil lainnya. Mereka kemudian turun dan setelah menggumamkan terima kasih, Caliana dan Gita kembali ke kamarnya. Caliana sendiri tidak peduli dimana Carina tidur karena jelas mereka yang membawa keponakannya itu harus bertanggung jawab penuh untuk mengakomodasinya."Lo tuh kenapa sih, senewen banget?" Tanya Gita tak lama setelah pintu kamar mereka tertutup."Gak kenapa-napa." Jawab Caliana datar. Ia melepas kaus dan celana jeans nya lalu kembali menggantinya dengan celana tidurnya. Gita pun tampak melakukan hal yang sama."Loe gak suka sama siapa sih? Setahu gue kan loe deket sama Sir Lucas. Sir Adskhan juga bukannya anaknya deket sama Carina. Gue pikir karena anaknya sama keponakan loe sohiban, hubungan loe juga deket. Apa loe kesel sama Sir Erhan? Dia kelihatan playboy sih, tapi
Caliana memilih untuk berenang demi menghilangkan kesalnya. Kalau bukan karena Carina dia tidak akan se-bad mood ini. Ia berenang sebanyak dua putaran sebelum menghentikan aksinya di salah satu sisi kolam renang. Menyandarkan punggungnya dan mendongakkan kepala untuk menerima pancaran sinar matahari yang sebenarnya ia tahu tidak baik untuk kulitnya.“Masih bad mood?” suara seseorang membuat Caliana membuka mata. Seketika Caliana bertatapan dengan mata coklat yang tertunduk ke arahnya. Tampak sama basahnya. Jelas sekali ia juga selesai berenang. Caliana mengabaikannya. Memilih untuk kembali menutup mata. Gelombang air memberitahu Caliana kalau pria itu juga sudah masuk ke dalam kolam. “Aku mewakili mereka untuk minta maaf.” Lanjut Adskhan ketika tak mendapat respon dari Caliana.“Maaf untuk apa?” tanyanya sinis, sedikitpun tak berniat membuka mata.“Untuk s
Gita melirik jam tangannya. Ia juga melirik Caliana. Belum waktunya mereka check out dari penginapan namun sahabatnya itu dengan segera membereskan pakaiannya setelah selesai mandi. Wajahnya yang tampak cemberut membuat Gita tak banyak bertanya dan memilih mengikuti apa saja yang dilakukan sahabatnya. Ia tidak mau ditinggalkan Caliana di kota yang tidak ia kenal.Caliana benar-benar pergi, bahkan ia tidak berpamitan atau mengkhawatirkan keponakannya. Gita mengekorinya saja tanpa ingin bertanya karena takut.Waktu menunjukkan pukul setengah enam sore ketika Caliana menepikan mobilnya di jalan sebelum lingkar Nagreg, tempat yang beberapa waktu ini menjadi trending di media sosial karena dijadikan tempat berfoto. Gita bertanya-tanya sendiri apakah sahabatnya itu hendak melakukan hal narsis dengan ikut berfoto di sana? Tapi waktu sebentar lagi gelap, apa yang ingin ditunjukkan gadis itu di fotonya?Namun ternyata Gita salah. Karena Caliana menepi bukan untuk berself
Caliana sampai di rumahnya pada pukul sepuluh malam. Sebelumnya dia mengantarkan Gita ke kontrakan gadis itu. awalnya Caliana meminta gadis itu untuk menginap di rumahnya. Namun setelah berpikir cukup lama, Gita akhirnya menolak karena dia tidak mau repot bolak-balik ke kontrakannya besok sebelum pergi ke kantor. Dan kini Caliana merasa bersyukur sahabatnya itu tidak ikut menginap di rumahnya, karena saat Caliana membuka pintu gerbang, mobil Gilang sudah ada di sana.Kembarannya itu memang memiliki pintu cadangan kediaman Caliana, jadi Caliana tidak terkejut melihat keberadaannya disana.Caliana membuka pintu depan setelah selesai kembali mengunci gerbang rumahnya. Kakak kembarnya itu sedang menonton televisi dengan semangkuk mie instan di tangan. “Darimana?” tanyanya tanpa repot-repot menoleh.“Kondangan temen di kota sebelah.” Jawabnya. Ia memilih duduk di samping kakaknya dan meminta mie yang ada di tangan kakaknya. Gilang tidak menola