Share

Bab 02

Author: Sukafiksi02
last update Last Updated: 2024-05-30 21:30:23

Seketika Mirna kembali teringat akan kondisi dari putri pertamanya, lalu satu orang yang seketika Mirna tatap tidak lain adalah Chakra.

"Chakra, kamu anter Alora ke ruangan Dokter cepat!" Tutur Mirna membuyarkan lamunan Chakra yang cukup tertegun saat baru pertama kali melihat adik dari istrinya.

"Iya Mah..."

"Ayo ikut aku." 

Ucap Chakra menjawab lalu di lanjut berbicara kearah Alora dan mengajaknya untuk ke ruangan Dokter, selama langkah menyusuri lorong rumah sakit Alora mencoba untuk menahan gejolak perasaan yang tiba-tiba merasa tidak karuan ketika melihat Chakra dan tanpa di sadari itu juga yang di rasakan oleh Chakra.

Sesampainya di ruangan dan bertemu dengan Dokter, Alora segera diperiksa keadaan dan darahnya yang dimana akan di donorkan kepada Alara. Setelah melewati pemeriksaan dan hasilnya baik, Dokter pun segera melakukan pendonoran darah.

Berbaring bersama dengan sang Kakak dan hanya berbeda bed petient, Alora mencoba menoleh menatap lekat kearah sang Kakak. Air matanya tiba-tiba saja menetes melihat Kakaknya yang masih tidak sadarkan diri.

"Aku harap setelah ini, Kakak bisa membaik. Aku kangen sama Kakak, dan Kakak harus menepati janji Kakak jika kita akan mengasuh putri kecil Kakak bersama." Gumam Alora menatap sedih.

****

Setelah Alara di pindahkan di ruang perawatan, semuanya kini tengah menunggunya untuk siuman, dan terlihat Alora yang terus berada di samping sang kakak sembari menggenggam tangannya berharap Alara segera membuka matanya.

Beberapa saat semua orang seketika langsung memfokuskan tatapannya pada Alara ketika sudah membuka matanya sempurna, sampai dimana Chakra semakin mendekat dan mengambil alih genggaman tangan Alara dari Alora.

"Apa ada yang masih sakit sayang?" Tanya Chakra penuh kekhawatiran, refleks tangannya mengelus pucuk kepala Alara.

"Aku ingin bicara dengan Alora." Katanya, suaranya masih terdengar lemah.

Chakra segera menggeser posisinya, dan mempersilahkan Alora untuk menggantikan posisinya duduk di samping Alara.

Setelah posisi Alora sudah sangat dekat, Alara merentangkan satu tangannya dan langsung Alora mengerti, ia pun segera menghambur ke dalam pelukan sang Kakak yang memelukanya cukup erat.

"Kakak kangen." Kata Alara setelah melerai pelukannya.

"Aku juga."

"Dek," panggil Alara.

"Hmmm." Jawab singkat Alora.

"Kakak boleh minta sesuatu?"

"Boleh, katakan aja kak."

"Menikahlah dengan Mas Chakra." Kata Alara seperti tanpa beban, yang seketika mengubah raut wajah Alora.

"Alara!" Panggil Chakra yang terkejut akan perkataan dari istrinya itu, dan semua yang ada di dalam ruangan pun tidak luput merasakan hal yang sama.

"Aku tau ini sangat mengejutkan, anggap saja ini sebagai permintaan terakhirku karna aku cuman bisa tenang jika kamu yang mengasuh putriku." Jelas Alara kembali yang tentu semakin mengiris perasaan Alora.

Beberapa saat Alora hanya terdiam bibirnya terasa kelu untuk menanggapi apa yang Kakaknya katakan, dan dengan tetap diam ia langsung keluar dari ruangan itu.

"Apakah dia marah?" Gumam Alara ketika melihat Alora tiba-tiba keluar tanpa bicara apapun.

"Jelas dia marah, karna permintaanmu sungguh tidak masuk akal." Jawab Chakra kesal.

"Maas! Aku hanya meminta hal sederhana," jelas Alara.

"Hal sederhana kamu bilang!, ini bukan hal sederhana sayang. Ini hal yang cukup besar bahkan sangat sulit." Nada bicara Chakra tanpa sadar mulai meninggi.

"Jika memang ini hal besar dan cukup sulit, apakah kamu dan Alora tidak bisa melakukannya untukku. Untuk terakhir kalinya." Alara masih kekeh dengan keinginannya.

Chakra yang mendengar jawaban istrinya yang masih kekeh terhadap permintaan bodoh itu, ia hanya bisa menggusar rambutnya kasar. Lalu Chakra menghampiri Mirna dan Bagas.

"Pah, Mah, aku akan keluar terlebih dahulu dan aku minta tolong pada Papah dan Mamah untuk menjelaskan apa yang di inginkannya itu tidak mungkin!" Ucap Chakra, yang langsung di angguki oleh mertuanya dan setelah mengatakannya ia langsung keluar.

"Alara, apa permintaanmu tidak salah?" Ujar Mirna menghampiri putrinya.

"Tidak Mah, justru permintaanku ini demi kebaikan anakku. Karna setelah kepergianku aku hanya ingin anakku di rawat oleh Alora."

"ALARA!" dari teriakan Mirna, Alara sedikit terperanjat karna terkejut. Tidak luput dengan bayi mungil di sampingnya yang langsung menangis.

Melihat Mirna yang terbawa emosi, Bagas segera menghampiri istrinya lalu mencoba untuk menenangkannya. Sedangkan Sarah, ibu dari Chakra bergegas menggendong bayi yang tengah menangis karna terkejut.

"Apa kamu tidak bisa berkata yang baik saja Ra, setidaknya perkataan baik yang keluar dari bibirmu itu menjadi hadiah kecil untuk kami semua yang sedari kemarin mengharapkan terbukanya matamu." Kata Mirna sedikit menekankan setiap kata yang keluar.

Sedangkan di luar ruangan rawat, Chakra yang keluar untuk menahan emosinya agar kembali stabil. Tanpa sengaja melihat keberadaan Alora di taman rumah sakit, Chakra tentu mencoba melihat lebih dalam lagi dengan apa yang Alora lakukan, dan ternyata tidak lain Alora tengah menangis. Sesuatu hal yang wajar jika mengingat apa yang baru saja menimpa dirinya, bagaimana Alora tidak menangis ketika sang Kakak yang baru saja siuman setelah masa kritisnya. Tiba-tiba meminta permintaan yang tidak masuk akal yang jelas cukup terasa sakit bagi Alora yang sangat menyayangi sang Kakak.

Cukup lama Chakra menetapkan kefokusannya dalam menatap Alora, beberapa saat kemudian kefokusannya membuyar ketika dering ponsel milik Alora berbunyi dan terlihat dengan cepat Alora menghapus air matanya sebelum menerima panggilan yang masuk.

Tampak saat Alora menatap layar senyumannya di paksa untuk mengembang, dan saat itu juga Chakra mulai mengerti jika yang tengah menghubungi Alora tidak lain adalah kekasihnya. Tidak ingin mendengar obrolan sepasang kekasih itu Chakra akhirnya memutuskan untuk meninggalkan tempat itu dan kembali menemui sang istri.

Setelah memutuskan sambungannya dengan Damian, rasa nyeri yang bersarang di pahanya mulai terasa dan Alora mulai meringis menahan perih. Lalu dengan pelan Alora mencoba melihat ke arah pahanya yang tertutupi oleh baju yang memiliki panjang hingga menutup sampai ke lutut dan betapa terkejutnya Alora ketika ia membuka balutan kain yang memperlihatkan luka di pahanya yang cukup parah. Saat itu juga ia berpikir untuk harus menemui dokter mencoba memeriksakan lukanya, ia berharap semua akan baik-baik saja.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bukan Istri Pengganti Yang Sebenarnya Ā Ā Ā Bab 75

    Tangis histeris memenuhi ruang rawat Alora, ketika dia baru mendapatkan kenyataan yang sangat menyakitkan dimana janinnya tidak berhasil di selamatkan dan harus terpaksa di relakan.Tapi perasaan ibu mana yang bisa langsung menerima saat kehilangan anaknya, dan itulah yang membuat Alora tidak bisa tenang meski kedua orang tuanya berusaha untuk menenangkannya.Damian yang mendengar teriakan histeris itu, buru-buru ia menghampiri ruangan Alora dan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu ia itu dapat menenangkannya. Tanpa memperdulikan apapun lagi, Damian langsung membawa Alora ke dalam pelukannya."Ra! Tenang Ra!" Ucapnya mencoba menangkan Alora.Alora menggelengkan kepalanya, dan tangannya mencengkram erat lengan kekar Damian. "Bagaimana bisa aku tenang! Sedangkan anakku sudah pergi Dam!" Jawabnya terisak, terdengar sangat menyayat."Aku tau Ra! Aku tau, bagaimana perasaanmu saat ini, karna meski tidak sesakit yang kamu rasakan, aku juga merasakannya Ra! Bagaimana hancurnya kamu aku menge

  • Bukan Istri Pengganti Yang Sebenarnya Ā Ā Ā Bab 74

    Kekhawatiran kembali di rasakan oleh Mirna dan Bagas ketika mendapat kabar dari Damian, dan kini keduanya tengah berjalan cepat menuju ke ruangan Alora.Damian segera berdiri ketika sudah melihat kehadiran orang tua Alora. "Apa yang sudah terjadi dengan putriku!?" Tanyanya tanpa sadar Mirna menggenggam tangan kekar Damian.Belum sempat Damian menjawab seorang Dokter menghampiri mereka. "Dengan keluarga pasien Alora?" Tanya Dokter itu, secara bersamaan Mirna dan Bagas mengangguk."Boleh ikut dengan saya, karna ada hal penting yang harus saya sampaikan." Pinta Dokter itu dan tanpa berpikir panjang Mirna dan Bagas segera mengiyakan.Dokter itu mempersilahkan kedua orang tua Alora untuk mengikuti langkahnya, dan kembali memperkenalkan mereka untuk duduk setelah berada dalam ruangannya.Sangat fokus Mirna dan Bagas mendengarkan penjelasan dari Dokter, perubahan reaksi Mirna dan Bagas sangat jelas terlihat ketika keduanya mendapati kebenaran tentang kondisi Alora saat ini."Takut kondisi ya

  • Bukan Istri Pengganti Yang Sebenarnya Ā Ā Ā Bab 73

    Senyuman di bibir Alora seketika sirna ketika tanpa sengaja matanya menangkap sosok Chakra bersama wanita yang pernah ia temui tengah berjalan mendekat ke arahnya, dan perubahan dari ekspresi Alora dapat Damian sadari, membuatnya seketika mengikuti kemana arah fokus mata Alora, dan ia langsung mengetahui alasannya.Tidak lama langkah Chakra dan Anggika berhenti tepat di depan Damian dan Alora duduk. "Apakah kembali bersama mantan saat mempunyai masalah dengan suami itu adalah keputusan yang menurutmu sudah sangat tepat?" Kata Chakra memancing reaksi dari orang-orang yang berada disana.Mendengar itu Alora segera berdiri karna ia tidak bisa membiarkan Chakra melakukan hal lebih jauh lagi, menyadari jika kini mereka tengah menjadi tontonan banyak orang."Mas, bisa kita bicarakan di lain tempat karna disini banyak orang." Ucap Alora menurunkan egonya mengalah agar Chakra dapat mendengarkannya.Chakra terkekeh. "Kenapa? Kamu malu karna banyak orang yang menonton, biarlah Ra biarkan orang

  • Bukan Istri Pengganti Yang Sebenarnya Ā Ā Ā Bab 72

    Setelah Alora menyetujui untuk tinggal di apartemen Damian, dimana hanya itu pilihan yang menurutnya sangat aman mengingat bagaimana ia sangat mengerti sikap Damian padanya.Di dapur Alora tengah memasak untuk sarapan, di tengah kegiatannya yang tengah fokus pada masakannya tanpa ia sadari Damian memperhatikannya dengan tatapan yang sama seperti tatapannya yang dulu penuh cinta."Kesini lah Dam, aku yakin dengan hanya menatapku tidak akan membuatmu menjadi kenyang." Kata Alora saat mulai sadar akan kehadiran Damian dan juga tatapannya.Damian tersenyum, lalu segera menghampiri Alora yang mulai menata makanan di meja makan. "Aku hanya terlalu rindu dan hanya dengan menatapmu rinduku dapat berkurang." Kata Damian sembari mendudukkan bokongnya di kursi.Alora terkekeh. "Ayolah Dam, pagi-pagi gini lebih enak sarapan dari pada harus menggombal." Jawab Alora mencoba menyembunyikan salah tingkahnya, tapi Damian dapat melihat semu merah di pipi Alora.Merasa gemas Damian meraih tangan Alora m

  • Bukan Istri Pengganti Yang Sebenarnya Ā Ā Ā Bab 71

    Anggika mengedarkan pandangannya saat memasuki kediaman Chakra, dan tanpa menunggu waktu lama ia seketika jatuh hati pada kediaman Chakra dan tanpa menunggu lama ia masuk lebih dalam mengikuti langkah lelaki di depannya.Tepat di depan pintu kamar langkah Chakra dan Anggika berhenti, lalu Chakra merogoh sakunya dan segera membuka pintu dengan kunci yang telah ia bawa."Ayo masuk Gi." Ajak Chakra mempersilahkan untuk Anggika masuk ke dalam kamar."Kamar ini adalah kamar tamu, dan bisa kamu gunakan dulu karna hanya kamar ini yang terjaga kebersihannya, setelah kamarku dan Alora." Jelas Chakra saat keduanya sudah berada di dalam kamar."Terimahkasih Chak telah mau membantuku." Ucap Anggika, yang beruntung mendapatkan kebaikan dari Chakra."Sama-sama, yaudah sekarang kamu istirahat dulu dan aku akan memanggil pelayan untuk memasakkan makan siang untuk kita." Ujar Chakra tanpa di sadari itu membuat Anggika kagum ketika ia menganggap jika itu adalah perhatian lebih dari Chakra.Setelah di r

  • Bukan Istri Pengganti Yang Sebenarnya Ā Ā Ā Bab 70

    Di tengah-tengah Damian dan Alora menikmati baksonya, ketika Alora hendak menyuapkan kembali sendok ke dalam mulutnya tiba-tiba perutnya terasa bergejolak membuatnya reflek meletakkan sendok nya.Melihat ada yang berbeda Damian menatap ke arah Alora yang tiba-tiba diam. "Ra, kamu kenapa?" Tanyanya mulai khawatir.Alora menggeleng, merasa perutnya semakin terasa tidak karuan tanpa berkata apapun Alora segera bangkit dan meninggalkan Damian, melihat sikap aneh Alora membuat Damian segera mengikutinya.Setelah berjalan cukup jauh dan tepat di sebuah pohon besar, Alora yang sudah tidak dapat menahan gejolak di dalam perutnya tanpa bisa di tahan lagi ia langsung memuntahkan semua yang ada dalam perutnya.Damian semakin khawatir ketika melihat Alora terus muntah, bahkan Alora terus muntah meski yang keluar kini hanya cairan saja.Setelah rasa ingin muntahnya telah mereda, Alora kembali menegakkan tubuhnya. Namun, tubuhnya terasa sangat lemah sampai ia hampir kehilangan keseimbangan tubuhnya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status