Share

Bukan Istri Pengganti Yang Sebenarnya
Bukan Istri Pengganti Yang Sebenarnya
Penulis: Sukafiksi02

Bab 01

Penulis: Sukafiksi02
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-30 21:27:29

Setelah acara saling berpelukan dan saling melemparkan tuturan lembut, akhirnya Bagas dan Mirna segera melenggang pergi menuju pesawat yang akan keduanya tumpamgi, dan Alora tersenyum tipis sembari menatap kepergian kedua orang tuanya yang sudah mulai menghilang dari pandangannya.

"SAYANG!" Panggil Damian sembari berlari kecil menghampiri Alora.

"Damian," Alora langsung memeluk tubuh sang kekasih.

"Dam, maafin Papah ya yang sampai saat ini masih belum bisa menerima kamu dan hubungan kita." Kata Alora, ketika Damian tidak bisa mengantar kepergian orang tuanya ke bandara karna restu yang masih belum keduanya dapatkan.

"Tidak masalah sayang, tidak perlu terlalu di pikirkan." Kata Damian tersenyum mencoba menyembunyikan rasa sedihnya yang pasti ada.

"Supaya kamu tidak terlalu sedih lebih baik kita ke London Eye, kita habisin waktu disana karna aku nanti akan sangat merindukanmu ketika kamu kembali ke Indonesia." Tutur Damian mencoba untuk mengalihkan kesedihan kekasihnya.

Seketika kesenduan yang tergambar di raut wajah Alora Sirna dan tergantikan oleh senyuman yang melengkung lebar, Lalu di lanjutkan Alora menautkan tangannya pada lengan Damian.

"Baiklah, sepertinya aku harus segera membawamu kesana. Karna aku tidak mau kehilangan senyuman itu." Damian lalu menarik lembut tangan Alora, lalu di tengah langkahnya Alora berteriak.

"Aaaahh Damiaaannn!!" Dalam satu gerakan Damian berhasil menggendong Alora secara tiba-tiba, dan cukup mengejutkannya.

"Kebiasaan banget sih." Protes kecil Alora, sembari menatap lekat wajah kekasihnya yang mulai melangkah.

"Tapi kamu menyukainya kan?" 

Sejenak Alora seakan berpikir, lalu senyuman kembali ia suguhkan pada Damian. "Sepertinya iya, aku menyukai setiap hal yang kamu lakukan."

"Nanti kalau kita udah pisah, apa kamu gak akan nengokin aku kesana?" Tanya Alora di tengah-tengah kefokusan Damian dalam menyetir, yang kini keduanya sudah berada di dalam mobil.

Sesaat Damian refleks menoleh, lalu bibirnya tersenyum tipis ketika mengembalikan pandangannya fokus ke jalanan. "Aku tidak bisa sekuat itu untuk menahan kerinduanku padamu sayang, tentu nanti aku akan terbang ke Indonesia untuk menemui mu." Jawab Damian.

Alora yang mendapat jawaban cukup manis, langsung memeluk dari samping lengan kekar Damian dan menyandarkan kepalanya disana mencari kenyamanan sembari melihat pada arah yang sama dengan Damian.

****

Alora segera menyalakan ponselnya setelah pesawat landing dan dirinya sudah keluar dari pesawat, lalu Alora mencoba untuk menghubungi beberapa anggota keluarganya. Namun sayangnya tidak ada satupun yang menjawab panggilannya, tidak ada pilihan lain Alora pun memutuskan untuk memesan taksi online.

Di tengah perjalanan hendak menuju rumahnya, Alora mengalami kendala ketika jalanan begitu macet. Awalnya Alora tidak mempermasalahkan hal itu hingga akhirnya, ponsel Alora berbunyi dan tertera jika sang Mamah tengah menelfon dirinya.

"Halo Mah."

"Kamu sekarang ada dimana Ra?" Dengan nada panik, Mirna langsung menanyakan keberadaannya.

"Ini Lora masih di jalan Mah, udah perjalanan ke rumah. Apa ada sesuatu Mah?" Alora bertanya dengan sedikit kekhawatiran kala dapat mendengar suara mamahnya yang terdengar cukup panik.

"Kakakmu Ra, a-anaknya udah lahir ta-tapiiii..." Tidak dapat melanjutkan Mirna tidak dapat menahan isak nya.

"Tapi apa Mah?, Kakak kenapa!?" Alora menjadi panik, mendengar isakan Mamahnya.

"Kakakmu udah melahirkan nak, tapi dia sekarang kritis karna pendarahan dan dia tengah membutuhkan pendonor darah." Jelas Mirna akhirnya.

"Apakah kamu bisa secepatnya ke rumah sakit?" Lanjut Mirna, suaranya terdengar mulai rendah.

"Alora usahakan Mah, yaudah Alora matikan telfonnya dan Mamah kirim alamat rumah sakitnya."

Sambungan telfon itu akhirnya terputus, dan kini Alora langsung melihat ke arah jalanan yang ternyata mobil yang di tumpanginya semakin terjebak dalam kemacetan.

"Pak, apa masih lama macetnya?" Tanya Alora ambigu, karna jelas ia dapat melihat kendaraan yang sangat padat memenuhi jalan.

"Iya Mbak, karna bisa Mbak lihat sendiri ini padat sekali." Jawab supir itu.

Setelah mendapat jawaban itu, Alora sejenak terdiam mencoba berpikir langkah apa yang harus dia ambil. Lalu setelah mendapatkan langkah apa yang harus segera di ambil Alora segera membuka tasnya seraya berbicara pada supir taksi itu.

"Berapa pak?, saya mau turun disini aja." Tanyanya sembari membuka dompet.

Alora segera membayarkan jumlah uang yang di sebutkan oleh supir taksi lalu tanpa menunggu lama lagi Alora segera membuka pintu mobil dan keluar tidak lupa supir taksi itu pun membantu Alora mengeluarkan kopernya.

Akhirnya Alora dengan sedikit kesusahan harus cepat-cepat sampai di trotoar dengan berjalan di sela-sela kemacetan mobil, sampai dimana Alora dapat sedikit merasa lega ketika kakinya berhasil memijak trotoar. Tanpa membuang waktu lebih lama lagi Alora kembali berlari dan kini langkahnya semakin di percepat berharap dirinya segera tiba di rumah sakit.

"Aaahhh!!" Tiba-tiba teriakan itu terdengar bersamaan dengan badan Alora menunduk dan tangan yang reflek memegang pahanya dan genggamannya melepaskan kopernya.

Terlihat darah cukup deras mengalir meski sudah Alora tahan, karna tidak lain luka dari sebab ranting yang cukup tajam telah berhasil menggoresnya sampai menciptakan luka yang cukup dalam.

"Ya tuhan, ada apa lagi ini!" Keluh Alora melihat darahnya yang semakin deras, tidak memperdulikan lukanya. Alora bergegas merogoh tasnya untuk mengambil sarung tangan dan cepat-cepat ia balut ke lukanya.

Setelah berhasil membalut lukanya dan mengehentikan darah yang keluar, Alora kembali melanjutkan langkahnya. Meski terasa masih sakit ia trus berusaha berjalan sampai usaha itu tidak sia-sia ketika ia sudah sampai di jalanan yang mulai lenggang. Sadar ada kesempatan bagus ia segera memesan taksi kembali.

Setelah tiga belas menit perjalanan, sampailah Alora di rumah sakit sesuai dengan alamat yang Mamahnya berikan. Dengan terburu-buru Alora kembali mengeluarkan beberapa lembar uang lalu segera ia berikan pada supir taksi itu.

Nafasnya sudah terdengar tergesa kekhawatiran semakin di rasakan Alora, tampak langkahnya tidak bisa pelan dan semakin cepat sampai langkah itu menciptakan suara yang menggema, sampai dimana Alora menghentikan langkahnya ketika tidak jauh didepan terlihat semua keluarganya berkumpul dan tampak khawatir.

"Mamah." Panggil Alora, suaranya terdengar menggema. Berhasil menarik perhatian semua orang yang kini menoleh dan melihat kearahnya tidak terkecuali Chakra.

"Loraa." Ucap sang Mamah menyebut lirih nama putrinya, lalu setelahnya Alora segera berlari dan berhambur memeluk Mirna.

"Gimana keadaan Kakak?" Tanya Alora setelah mengurai pelukan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bukan Istri Pengganti Yang Sebenarnya    Bab 75

    Tangis histeris memenuhi ruang rawat Alora, ketika dia baru mendapatkan kenyataan yang sangat menyakitkan dimana janinnya tidak berhasil di selamatkan dan harus terpaksa di relakan.Tapi perasaan ibu mana yang bisa langsung menerima saat kehilangan anaknya, dan itulah yang membuat Alora tidak bisa tenang meski kedua orang tuanya berusaha untuk menenangkannya.Damian yang mendengar teriakan histeris itu, buru-buru ia menghampiri ruangan Alora dan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu ia itu dapat menenangkannya. Tanpa memperdulikan apapun lagi, Damian langsung membawa Alora ke dalam pelukannya."Ra! Tenang Ra!" Ucapnya mencoba menangkan Alora.Alora menggelengkan kepalanya, dan tangannya mencengkram erat lengan kekar Damian. "Bagaimana bisa aku tenang! Sedangkan anakku sudah pergi Dam!" Jawabnya terisak, terdengar sangat menyayat."Aku tau Ra! Aku tau, bagaimana perasaanmu saat ini, karna meski tidak sesakit yang kamu rasakan, aku juga merasakannya Ra! Bagaimana hancurnya kamu aku menge

  • Bukan Istri Pengganti Yang Sebenarnya    Bab 74

    Kekhawatiran kembali di rasakan oleh Mirna dan Bagas ketika mendapat kabar dari Damian, dan kini keduanya tengah berjalan cepat menuju ke ruangan Alora.Damian segera berdiri ketika sudah melihat kehadiran orang tua Alora. "Apa yang sudah terjadi dengan putriku!?" Tanyanya tanpa sadar Mirna menggenggam tangan kekar Damian.Belum sempat Damian menjawab seorang Dokter menghampiri mereka. "Dengan keluarga pasien Alora?" Tanya Dokter itu, secara bersamaan Mirna dan Bagas mengangguk."Boleh ikut dengan saya, karna ada hal penting yang harus saya sampaikan." Pinta Dokter itu dan tanpa berpikir panjang Mirna dan Bagas segera mengiyakan.Dokter itu mempersilahkan kedua orang tua Alora untuk mengikuti langkahnya, dan kembali memperkenalkan mereka untuk duduk setelah berada dalam ruangannya.Sangat fokus Mirna dan Bagas mendengarkan penjelasan dari Dokter, perubahan reaksi Mirna dan Bagas sangat jelas terlihat ketika keduanya mendapati kebenaran tentang kondisi Alora saat ini."Takut kondisi ya

  • Bukan Istri Pengganti Yang Sebenarnya    Bab 73

    Senyuman di bibir Alora seketika sirna ketika tanpa sengaja matanya menangkap sosok Chakra bersama wanita yang pernah ia temui tengah berjalan mendekat ke arahnya, dan perubahan dari ekspresi Alora dapat Damian sadari, membuatnya seketika mengikuti kemana arah fokus mata Alora, dan ia langsung mengetahui alasannya.Tidak lama langkah Chakra dan Anggika berhenti tepat di depan Damian dan Alora duduk. "Apakah kembali bersama mantan saat mempunyai masalah dengan suami itu adalah keputusan yang menurutmu sudah sangat tepat?" Kata Chakra memancing reaksi dari orang-orang yang berada disana.Mendengar itu Alora segera berdiri karna ia tidak bisa membiarkan Chakra melakukan hal lebih jauh lagi, menyadari jika kini mereka tengah menjadi tontonan banyak orang."Mas, bisa kita bicarakan di lain tempat karna disini banyak orang." Ucap Alora menurunkan egonya mengalah agar Chakra dapat mendengarkannya.Chakra terkekeh. "Kenapa? Kamu malu karna banyak orang yang menonton, biarlah Ra biarkan orang

  • Bukan Istri Pengganti Yang Sebenarnya    Bab 72

    Setelah Alora menyetujui untuk tinggal di apartemen Damian, dimana hanya itu pilihan yang menurutnya sangat aman mengingat bagaimana ia sangat mengerti sikap Damian padanya.Di dapur Alora tengah memasak untuk sarapan, di tengah kegiatannya yang tengah fokus pada masakannya tanpa ia sadari Damian memperhatikannya dengan tatapan yang sama seperti tatapannya yang dulu penuh cinta."Kesini lah Dam, aku yakin dengan hanya menatapku tidak akan membuatmu menjadi kenyang." Kata Alora saat mulai sadar akan kehadiran Damian dan juga tatapannya.Damian tersenyum, lalu segera menghampiri Alora yang mulai menata makanan di meja makan. "Aku hanya terlalu rindu dan hanya dengan menatapmu rinduku dapat berkurang." Kata Damian sembari mendudukkan bokongnya di kursi.Alora terkekeh. "Ayolah Dam, pagi-pagi gini lebih enak sarapan dari pada harus menggombal." Jawab Alora mencoba menyembunyikan salah tingkahnya, tapi Damian dapat melihat semu merah di pipi Alora.Merasa gemas Damian meraih tangan Alora m

  • Bukan Istri Pengganti Yang Sebenarnya    Bab 71

    Anggika mengedarkan pandangannya saat memasuki kediaman Chakra, dan tanpa menunggu waktu lama ia seketika jatuh hati pada kediaman Chakra dan tanpa menunggu lama ia masuk lebih dalam mengikuti langkah lelaki di depannya.Tepat di depan pintu kamar langkah Chakra dan Anggika berhenti, lalu Chakra merogoh sakunya dan segera membuka pintu dengan kunci yang telah ia bawa."Ayo masuk Gi." Ajak Chakra mempersilahkan untuk Anggika masuk ke dalam kamar."Kamar ini adalah kamar tamu, dan bisa kamu gunakan dulu karna hanya kamar ini yang terjaga kebersihannya, setelah kamarku dan Alora." Jelas Chakra saat keduanya sudah berada di dalam kamar."Terimahkasih Chak telah mau membantuku." Ucap Anggika, yang beruntung mendapatkan kebaikan dari Chakra."Sama-sama, yaudah sekarang kamu istirahat dulu dan aku akan memanggil pelayan untuk memasakkan makan siang untuk kita." Ujar Chakra tanpa di sadari itu membuat Anggika kagum ketika ia menganggap jika itu adalah perhatian lebih dari Chakra.Setelah di r

  • Bukan Istri Pengganti Yang Sebenarnya    Bab 70

    Di tengah-tengah Damian dan Alora menikmati baksonya, ketika Alora hendak menyuapkan kembali sendok ke dalam mulutnya tiba-tiba perutnya terasa bergejolak membuatnya reflek meletakkan sendok nya.Melihat ada yang berbeda Damian menatap ke arah Alora yang tiba-tiba diam. "Ra, kamu kenapa?" Tanyanya mulai khawatir.Alora menggeleng, merasa perutnya semakin terasa tidak karuan tanpa berkata apapun Alora segera bangkit dan meninggalkan Damian, melihat sikap aneh Alora membuat Damian segera mengikutinya.Setelah berjalan cukup jauh dan tepat di sebuah pohon besar, Alora yang sudah tidak dapat menahan gejolak di dalam perutnya tanpa bisa di tahan lagi ia langsung memuntahkan semua yang ada dalam perutnya.Damian semakin khawatir ketika melihat Alora terus muntah, bahkan Alora terus muntah meski yang keluar kini hanya cairan saja.Setelah rasa ingin muntahnya telah mereda, Alora kembali menegakkan tubuhnya. Namun, tubuhnya terasa sangat lemah sampai ia hampir kehilangan keseimbangan tubuhnya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status