Home / Romansa / Bukan Jodoh Idaman / 4 — Kontrak Apa Yang Kalian Maksud?

Share

4 — Kontrak Apa Yang Kalian Maksud?

Author: Inthary
last update Last Updated: 2024-01-13 07:05:19

"Injak?" tanya Adara bingung. Apa yang dia injak? Tapi melihat suaminya menutupi bagian sensitif miliknya, akhirnya wanita itu sadar. "Sorry."

Felicia menahan tawanya melihat muka Ansel yang tidak bersahabat sama sekali. Raut wajah wanita itu kembali normal saat Adara menoleh ke arahnya. "Lanjutkan saja. Mama mau tidur."

Adara serta merta memburu Felicia, "Tunggu , Ma! Mama jangan salah paham." Dia lupa statusnya sekarang sebagai istri Ansel. Untuk apa mengatakannya?

"Salah paham juga nggak masalah, Dara. Kalian suami istri bebas melakukan apapun. Lebih bagus lagi kalau sering-sering. Duh, kalau selucu ini mama yakin kalau anak kalian malah lebih lucu lagi. Sampai bertemu besok, Sayang. Tidur yang nyenyak," ucap Felicia penuh kepercayaan diri kalau akan ada sesuatu yang terjadi nanti malam.

"Mereka pasti akan sibuk. Syukur banget aku pindahin sofanya. Kata Nenek Dianti emang harus begitu kalau mau punya cucu dalam sebulan. Aku harus berterimakasih nih," gumam Felicia senang sembari melangkah turun. Ternyata sering berkomunikasi dengan Dianti menambah panjang umurnya.

Adara menepuk jidatnya. "Masa aku lupa kalau aku udah nikah? Dara, Dara, pakai kata-kata norak lagi. Ketahuan nggak ya?" Wanita itu masuk kembali ke kamarnya dengan mulut meruncing kemana-mana.

"Minta maaf!" tuntut Ansel. Dia duduk di tepi ranjang masih menutupi sesuatu itu. Tatapannya sangat tajam dan tidak sabar.

"Sakit ya?" tanya Adara mencari tahu.

"Kamu kira enak?"

"Ya mana aku tahu."

Senyum smirk Ansel muncul bersamaan dengan berdirinya pria itu. "Biar aku tunjukkan sakitnya seperti apa."

Ansel menarik Adara hingga istrinya berbaring bersamanya. Dia melakukan posisi yang persis dilakukan Adara tadi, malah jaraknya tidak terlihat.

"Kamu mau apa?" tanya Adara khawatir. Kalau memang rasanya sesakit itu, bagaimana dia bisa mengatasinya?

"Duplikat," ucap Ansel tajam. "Atau kamu mau pilih yang lain? Kamu mau tangan, kepala atau mulut?"

"Jangan macam-macam ya! Di kontrak nggak ada yang beginian," ketus Adara yang berusaha mendorong musuh sekaligus partner menikahnya itu. Tapi Ansel tidak akan merelakan apa yang sudah dia dapatkan susah payah.

Memangnya mudah memeluk Adara? Kalau wanita itu sudah berontak bisa-bisa seluruh tubuhnya bakalan remuk. Sekali jalan langsung saja lakukan sesuatu. Lagi pula kalau wanita itu mengadu pada orangtuanya, mereka malah mendukung Ansel.

"Makanya, jangan nyerang duluan," sungut Ansel.

"Lepasin nggak? Aku teriak nih?"

"Teriak aja," tantang Ansel.

Adara sedang memikirkan seribu cara ketika ponsel suaminya berdering. Ansel ingin mengabaikan tapi dia mengurungkan niatnya. Dia berdiri bersamaan dengan umpatan istrinya.

Ansel mengacuhkan Adara. Melihat nama Emma di layar ponselnya, membuat dia segera beralih pada benda itu. "Iya, Beb."

[Bisa kamu kemari? Aku ingin ditemani]

"Tapi aku ada di rumah mama. Nanti mama curiga kalau aku pergi malam-malam."

Ansel duduk di tepian ranjang sembari melihat Adara yang beringsut ke sisi yang lain.

[Aku takut sendirian. Kamu tahu nggak kalau ada orang yang menguntitku setiap hari? Atau kamu nggak mau tahu lagi tentang masalahku? Gara-gara pernikahan bodoh itu kamu melupakanku?]

"Penguntit?" tanya Ansel cemas. Dia membuka lemarinya, mengambil jaket. Panggilan itu masih tersambung. "Aku ke sana sekarang. Kamu kunci pintu, jangan dibuka untuk siapapun. Nanti aku masuk sendiri."

[Terimakasih, Beb]

Sebelum Ansel meraih gagang pintu, Adara menghalangi. "Aku bukannya mau ikut campur masalah kamu dan Emma tapi kita di rumah mama. Mama kamu! Tante Felicia! Kalau mama tahu kamu pergi, apa dia nggak akan curiga?"

Ansel menyingkirkan Adara dari hadapannya. "Cari saja alasan yang tepat. Urgent soalnya. Aku nggak bisa meninggalkan Emma sendirian di saat genting begini." Pria itu keluar dari kamar tanpa memperdulikan Adara yang berusaha menahannya.

Adara yang tidak mau repot-repot memberikan alasan hanya berharap Felicia benar-benar sudah tidur. Jadi wanita itu tidak perlu membohongi mertuanya.

°°°

'Mampus! Suara siapa itu?' batin Adara. Dia baru ingin tidur tapi mendengar suara langkah kaki mendekat dia membuka matanya kembali. Suaranya terdengar seperti sandal rumahan yang bunyinya mirip mainan karet anak kecil.

"Ansel?" gumam Adara.

Tapi sepertinya bukan. Seingat Adara, Ansel tidak memakai sandal rumahan. Lalu siapa?

"Kalau ketahuan bisa gawat," gumam Adara panik. Pikirannya tertuju pada asisten rumah tangga mertuanya yang kebetulan lewat atau paling sial Felicia melakukan sidak malam.

Adara melihat jam dinding. Pukul dua belas malam tepat. Wanita itu memutar otaknya yang terlihat linglung. Secepat kilat tanpa menimbulkan suara, dia mengunci pintu dengan menarik kunci gesernya. Wanita itu berdiri di belakang pintu berniat mendengarkan.

Langkah kaki orang di luar sana makin dekat dan berhenti di depan pintu kamar yang Adara tempati. Tidak ada suara apapun. Apa yang dia lakukan?

'Apa mungkin hantu?' batin Adara takut. Tapi sekali lagi otaknya masih bisa dikondisikan. Hantu tidak mungkin kakinya bisa napak lantai apalagi ada bunyinya.

"Kok sepi." Akhirnya suara yang ditunggu muncul. Meskipun pelan tapi Adara yakin itu suara Felicia. Apa yang dilakukan mama mertuanya? Apa wanita itu ingin tahu apa yang dilakukan Adara dan Ansel semalaman?

Adara menahan gejolak ingin ke kamar mandinya. Dia mengutamakan keingintahuannya.

"Jangan-jangan Ansel pergi? Aku kok kayak dengar suara motor Ansel tadi ya?" gumam Felicia lagi. Sepelan apapun suaranya pasti akan terdengar berisik jika di malam hari.

Adara sudah berpikir ribuan kali untuk mengiyakan suara hatinya. Dia hanya ingin melindungi pernikahannya bukan melindungi Ansel.

"Argh, ya Tuhan Ansel," desah Adara menirukan suara yang pernah dia dengar. Kening wanita itu mengerut dalam. Malu rasanya mendengar suaranya sendiri apalagi ketahuan mendesah sendirian.

'Gila!'

"Eh, ada suara Dara. Jadi tadi belum masuk ya baru pemanasan?" Lagi-lagi Felicia menyuarakan isi kepalanya yang terdengar senang.

Kalau mau Felicia cepat pergi, Adara harus banyak berakting lagi. Wanita itu menahan gelinya karena harus mengeluarkan suara menjijikan itu. Berkat teman-teman Ben yang sering menonton film-film aneh, kepalannya jadi terkontaminasi.

"Ya Tuhan, apa ini?"

"Ansel, please."

Berselang dua menit, orang yang diduga Felicia tadi akhirnya pergi. Adara menghembuskan napas kasar dan kesal. "Awas kalau besok kamu nggak bisa pulang pagi-pagi, aku bakalan hajar kamu tanpa ampun."

Kalau hanya soal itu Adara tidak perlu khawatir. Yang perlu dikhawatirkannya hanyalah godaan sang mertua ketika sarapan besok. Lihat saja!

°°°

Adara berharap Ansel pulang pagi-pagi sekali bukannya saat matahari sudah di atas kepala. Tidakkah dia tahu kalau Adara perlu memutar otak untuk mencari alasan kenapa Ansel pergi?

"Loh, urusan pagi-pagi sekali tanpa ijin mama sama papa? Heran sama itu anak. Pengantin baru kok ya masih suka keluyuran. Nanti kalau dia pulang, bilang kalau mama mencarinya! Mama hajar dia," sungut Felicia marah.

Adara bersyukur karena seseorang mewakilinya untuk memarahi Ansel. Wanita itu harusnya kesal, mengamuk lebih tepatnya.

Tapi karena dia ada di satu tempat yang dilarang keras menunjukkan bahwa dia marah besar pada suami yang baru dia nikahi itu, akhirnya mulutnya terkunci rapat.

Hingga...

"Malam ini aku menginap lagi di rumah Emma. Tolong mengarang bebaslah agar mama nggak..,"

Sebelum ucapan itu selesai, barang-barang milik Ansel terlempar ke udara.

Pyar!!!

"Putuskan kontrak sialan itu!"

Tiga detik sebelum perang pecah, suara di pintu menghentikan mereka.

"Kontrak apa yang kalian maksud?"

°°°

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bukan Jodoh Idaman   108 — Serrani Permata Khairi

    "Mas, saya mau barang yang ini tapi jangan yang dipajang di etalase ya? Tolong pilihkan yang paling bagus dan nanti kirimkan saja ke alamat yang akan saya berikan. Pokoknya harus yang sesuai yang saya mau ya, Mas?" ucap Adara pada pelayan toko pria yang melayani dirinya. Wanita itu datang ke sebuah pusat elektronik dan perlengkapan rumah tangga terbesar di kotanya untuk melihat apakah dia bisa membeli sesuatu yang berharga untuk kado pernikahan Emma. Tentu saja suaminya ikut serta karena suaminya harus terus mengawasi apa yang dilakukan oleh Adara. Daripada nanti kelelahan lagi, bisa-bisa dia bingung sendiri.Pelayan pria yang memiliki name tag Putra itu mengangguk pelan. "Siap, Mbak. Kami akan memberikan barang terbaru yang ada di gudang kami. Silakan ikut saya ke bagian pembayaran sekaligus kami ingin mencatat alamat yang dituju.""Baik, Mas."Adara menyeret suaminya untuk segera mengikuti pelayan tersebut. Dia sangat antusias dalam memilih barang-barang. Buktinya lebih dari satu

  • Bukan Jodoh Idaman   107 — Ya Tuhan, Dia Benar-benar Akan Menikah?

    Rencana liburan ke Cappadocia harus dibatalkan karena kondisi Adara tiba-tiba melemah. Mungkin karena efek kelelahan seharian beraktivitas. "Harusnya kemarin aku nggak ikut kelas memasak dulu ya, Mas? Jadinya kan sekarang aku harus bedrest," ucap Adara lemah. Dokter menyarankan dia untuk istirahat beberapa minggu ke depan agar kondisi kehamilannya menjadi lebih baik. Meskipun dia mendapatkan suplemen penguat kehamilan dan juga vitamin, dia masih harus mengistirahatkan tubuhnya. "Nggak apa-apa, Sayang. Nggak perlu disesali begitu. Lagi pula kalau kita jalan-jalan ke luar negeri kalau kamu sudah punya baby malah lebih bagus," ujar Ansel sembari mengusap puncak kepala istrinya. Dari kemarin mood Adara benar-benar tidak bisa diprediksi. Terkadang senang lalu tiba-tiba menjadi sedih. Sejauh ini mood yang paling dominan adalah kesedihan. "Tapi gimana tiket pesawat kita, Mas? Kalau di cancel juga belum tentu bisa.""Kalau masalah itu aku punya solusinya."Adara menatap suaminya dengan ser

  • Bukan Jodoh Idaman   106 — Apa Ini Yang Namanya Ngidam Aneh-aneh?

    "Iya," jawab Emma santai. Seakan apa yang dilakukan itu benar, dia hanya mengangkat bahunya, "tapi itu semua sudah berlalu. Aku akan memberikan rekaman aslinya agar kita nggak punya hubungan lagi. Aku udah malas berbuat iseng sama kalian. Lagi pula aku pernah berterima kasih sama kamu waktu itu kan? Sama seperti waktu itu, aku juga tulus minta maaf sekarang.""Kamu serius?" ejek Adara. "Serius.""Kalau begitu, aku minta ucapan permintaan maaf secara resmi melalui video. Ayo!" tarik Adara dengan susah payah. Mereka keluar dari kerumunan orang-orang untuk menyingkir ke tempat yang lebih sepi. Ansel mengikuti langkah istrinya dengan bersusah payah. Dia tidak bisa melerai karena wajah Adara seakan menginginkan dukungan. Langkahnya melambat pada anak tangga menuju lantai dua. Tempat riskan yang harus dilalui dengan hati-hati oleh ibu hamil adalah tangga. Jangan sampai terjatuh ataupun terpeleset! Tapi posisinya sekarang Adara sedang menarik Emma. Bagaimana kalau Emma menyakiti Adara den

  • Bukan Jodoh Idaman   105 — Jadi Dengan Itu Kamu Mengancam Mimi?

    "Kamu sih, Mas. Kita terlambat kan?" dumel Adara kesal. Mereka baru sampai ke tempat acara setelah menghindari macet yang tidak kunjung habis. Wanita itu terus saja memperlihatkan kekesalannya karena suaminya malah dengan santainya meminta maaf. "Yang punya acara kan keluarga kita, Mas. Harusnya datang lebih awal dong bukannya malah telat begini.""Sayang, nggak papa lah telat sedikit. Pasti mereka juga tahu kalau jalanan macet," sergah Ansel. Dia berusaha menenangkan hati istrinya dengan memeluk pinggang berisi itu dengan erat sembari membawanya masuk. Rumah keluarga Marina di dekorasi secara sederhana. Mereka tidak menyewa gedung atau ballroom hotel demi kenyamanan bersama. Konsep menikah secara diam-diam yang sesungguhnya adalah seperti ini. Tapi mereka tetap menggunakan jasa wo dan juga waiters yang siap melayani mereka. "Masuk, Dara. Kenapa baru datang?" ujar Felicia.Adara melirik suaminya dengan kesal. Mertuanya saja datang lebih awal kenapa mereka malah terlambat? "Taukk tuh

  • Bukan Jodoh Idaman   104 — Ya Tuhan, Suamikuuu!

    "Terima kasih," ucap Candra singkat. hanya itu dan tidak ada kata-kata lain yang diucapkan oleh wanita yang baru saja keluar dari rumah sakit itu. "Untuk apa?" tanya Adara bingung. Tiba-tiba datang tentu saja tidak hanya mengucapkan terima kasih. "Untuk ya itu pokoknya soal mama. Pernikahanku dibatalkan dan aku boleh memilih calon suami yang aku suka. Makanya aku datang kemari untuk Ya begitulah pokoknya. Intinya aku sudah balas budi. Satu lagi, ini," ucap Candra yang kemudian memberikan sekotak perhiasan pada Adara. "Ini dari koleksi terbaru buatanku dan belum launching di Indonesia. Jadi kamu orang pertama yang memilikinya.""Kalau mendesain perhiasan?" tanya Adara penasaran. Tidak ada pembicaraan mengenai ini dari Gina waktu itu. "Kupikir kamu hanya menjalankan bisnis orang tua kamu.""Aku nggak sebodoh itu kali. Nih! Terima! Pokoknya aku nggak mau ada kata balas budi lagi. Aku sudah membalasnya," tegas Candra. Dia menarik tangan Adara agar segera menerima pemberiannya. "Ini eksl

  • Bukan Jodoh Idaman   103 — Misi Selesai!

    "Selamat ya," ucap Adara senang. Apa usahanya berhasil? "Ini gara-gara kakak kan?"Melihat senyum dikulum Adara, Mimi yakin kalau Adara pelaku utamanya. "Maaf ya, Mi," ucap Adara sungguh-sungguh. "Sebenarnya kakak cuma mau dia bertanggungjawab. Maksudnya bukan bertanggungjawab menikahi kamu tapi seenggaknya meminta maaf atas apa yang dia lakukan."Mimi mengerti dengan tujuan Adara, tapi dia belum siap menikah. "Aku masih muda, Kak. Gimana kalau aku hamil disaat aku belum siap untuk mempunyai bayi?""Kakak tahu kalau kesiapan mental itu penting. Hanya saja kamu akan dewasa pada waktunya," jelas Adara bijak. "Kalau kamu nggak ada kerjaan, gimana kalau ikut ke rumah Tante Felicia? Kita obrolin di sana."Mimi seharusnya sudah ada di kantor sekarang. "Sebentar saja ya, Kak? Soalnya aku ada pekerjaan.""Iya. Naik mobil sendiri-sendiri?"Mimi mengangguk."Baiklah."°°°Adara tertawa terbahak-bahak mendengar cerita Mimi. Dia sama sekali tidak mengira kalau Carlo akan datang dan membawa nama

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status