Share

BAB 3

Author: Pryshilla
last update Last Updated: 2021-09-27 20:59:28

Sesampainya Wailea di kantor, terlihat di atas meja reception sudah berdiri sebuah kotak makan berwarna merah jambu. Isinya ternyata seporsi nasi goreng dihiasi dengan taburan bawang goreng dan irisan sosis sapi. Kelihatannya lezat, pikirnya sambil mengendus aroma dari celah-celah tutup kotak makan itu. Terlintas dalam benaknya jika makanan itu berasal dari Helix, lalu dengan cepat ia kembali menaruh kotak itu di atas meja.

“Jangan lupa dimakan” kata Helix yang tiba-tiba sudah berada di samping Wailea.

Wajah Wailea berubah muram, terlihat begitu kesal. Dia mendorong kotak nasi kearah Helix tanpa memandangnya.

“Bawa saja! Aku tidak mau” tegas Wailea.

“Kamu menghindariku ?” tanya Helix.

“Tolong jauhi aku. Aku ini sudah punya suami” mata Wailea mulai berkaca-kaca. Hatinya terasa berat menjauhi Helix.

Banyak hal yang membuat Wailea merasa berat menjauhi Helix. Wailea merasa sudah terlalu banyak menyusahkan atau pun berutang budi kepada Helix. Salah satunya adalah pada waktu itu, sehari setelah pertemuan mereka di Lobby. Saat itu Wailea sedang berjalan kaki hendak menyebrangi jalan menuju kantor. Ada seorang pemuda dengan motor besar terlihat lasak di jalanan dan hampir saja menabraknya. Untunglah pada saat itu Helix dengan sigap membanting stir mobilnya dan mencegat sang pengendara motor itu.

Taruhannya saat itu adalah mobil Helix rusak parah, motor sang pengendara juga ringsek. Masih ada untungnya sang pengendara motor hanya terpental dan tak menyebabkan suatu hal yang fatal. Andai Helix tak menghadang, mungkin Wailea sudah berada di tempat yang sangat jauh saat itu.

Akhirnya Helix dimintai keterangan oleh polisi dan tak lama ia pun bisa bebas karena ada rekaman cctv yang meringankannya. Mulai dari hari itu banyak hal yang mereka lewati bersama sebagai sepasang sahabat.

“Memangnya aku melakukan apa? Hanya memberi dan tidak lebih dari itu bukan ?” tanya Helix.

“Harus bagaimana lagi caranya supaya kamu mengerti? Aku sudah tidak mungkin lagi dekat dengan kamu. Apa kata orang nanti ?” Wailea mulai merengek.

“Dulu statusmu juga istri orang, tetapi kamu mau dekat denganku. Sekarang apa yang berbeda? Bukankah kamu tidak menyambut perasaanku dan orang lain juga tidak tau tentang perasaanku?” tanya Helix dengan tatapan begitu dalam.

Wailea terdiam. Dia sadar jika ucapan Helix memang ada benarnya. “Aku tau, tetapi tetap saja. Tolong jauhi aku!” tegas Wailea.

“Semakin keras kamu memintaku untuk menjauhimu, semakin keras usahaku untuk dapatkan hatimu” kata Helix dengan tegas sambil berlalu meninggakan Wailea.

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Wailea masih terlihat sibuk dengan berbagai telepon dan juga tamu yang berdatangan. Terdengar suara langkah kaki dari arah belakang.

“Lea, berhubung partner kerjamu masih cuti. Saya mohon untuk makan siang di tempat saja. Jangan tinggalkan meja ini karena presdir akan datang tak tentu jamnya dan akan ada meeting besar dengan berbagai department” suara itu terdengar begitu berat dan tegas. Dia adalah Brandon, general manager di perusahaan Sumber Cahaya tempat Wailea bekerja.  Wailea yang mendengarnya hanya bisa mengangguk dan tak bergeming.

“Cukup bagus hari ini, kamu ternyata sudah bawa bekal” lanjut Brandon.

Ingin rasanya Wailea menjawab bahwa itu bukan bekalnya. Namun, tak sampai bibirnya untuk berucap. Apa perdulinya juga dia kalau memang ini bukan punyaku, gerutunya dalam hati. Wailea yang merasa sangat tidak ingin menyantap nasi goreng lezat di hadapannya itu kemudian mengambil ponsel dan memesan makanan via ojek online.

Kira-kira sudah tiga puluh menit Wailea menunggu pesanannya itu namun tak kunjung tiba. Sesekali Wailea melihat ponselnya dan melihat status keberadaan sang driver. “Lo, seharusnya dia sudah sampai” kata Wailea. Kemudian dia mencoba menelepon si driver dan ternyata makanan yang ia pesan sudah diambil oleh seorang pria tampan. Tanpa perlu berfikir lama, Wailea mengangkat gagang telepon dan menghubungi nomor extention Helix.

“Kembalikan makananku!” kata Wailea.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bukan Jodoh Tapi Takdir   BAB 92

    Dengan situasi ini membuat Helix yakin untuk menceritakan semuanya. Helix pun mulai menceritakan awal mula dirinya bertemu dengan Wailea. Melihat Wailea kala itu membuatnya berani untuk jatuh cinta lagi usai tersakiti oleh mantannya itu. Helix pun menceritakan usahanya untuk mencari Wailea bertahun-tahun lamanya, hingga akhirnya bisa bertemu Wailea namun ternyata dia sudah berstatus istri orang. Helix mengatakan jika dia melihat kejanggalan antara Rezo dan Wailea, ditambah beberapa kejadian aneh yang menimpa Wailea, inilah yang membuatnya berkomitmen untuk tetap menjaga Wailea hingga saatnya nanti Rezo bisa menjadi orang yang Wailea paling andalkan, saat itulah Helix akan menjauhi Wailea. Mendengar semua perjuangan dan usaha Helix untuk melindungi Wailea membuat Ruben tak mampu berkata-kata. Dia menyesal telah memukul Helix tanpa tahu ternyata orang yang dia pukul adalah orang yang selama ini menjaga menantunya. Lixy pun sangat terharu mendengar perjuangan anaknya. Begitu tulus dan s

  • Bukan Jodoh Tapi Takdir   BAB 91

    Lea menjelaskan dengan sangat tulus jika awalnya dia berfikir jika Rezo dan dirinya akan sama-sama belajar mencintai, semua ini sebelum Wailea tahu jika ternyata Rezo masih memiliki hubungan dengan masa lalunya yang belum pernah berakhir. Sampai akhirnya disaat dia tahu, dia memutuskan untuk tetap bertahan demi kebahagiaan ibu dan juga ayah mertuanya. Wailea tetap berusaha untuk mempertahankan pernikahannya yang sebenarnya mustahil. Mendengar semua penjelasan Wailea ini seolah menyanyat hati Ruben dan juga Weni yang masih mendengarkan percakapan mereka dari kejauhan. Ruben dan Weni pun lemas dan merasa menjadi orang tua yang sangat buruk."Papa jangan sedih lagi ya. Semua ini hasil dari keputusan Lea yang harus Lea terima. Namun pada akhirnya Lea datang kesini itu memang karena batas kemampuan hati Lea sudah diujung. Ini juga keputusan yang Lea ambil. Papa jangan merasa bersalah, karena semua ini bukan salah papa atau siapapun." Wailea mencoba menenangkan Ruben.------Pagi hari yang

  • Bukan Jodoh Tapi Takdir   BAB 90

    "Aku minta maaf sebesar-besarnya padamu Weni. Aku pun menyesali apa yang telah dilakukan Rezo." kata Ruben memohon maaf kepada Weni. Ruben memang sungguh menyesali untuk itu. Semuanya ini membuatnya merasa gagal menjadi seorang ayah, ayah mertua dan juga seorang sahabat bagi Weni."Bukan hanya dijaman dulu ya, Ben. Bahkan setelah berpuluh-puluh tahun pun kamu masih hebat dalam menyakiti perasaan orang" kata Lixy dengan sangat ketus. Perkataan ini membuat semua terheran dan bingung, apakah maksudnya?"Aku minta maaf untuk apapun yang kulakukan dahulu padamu Lixy dan apapun yang terjadi kini pada kamu Weni. Hanya itu yang bisa kuucapkan, tidak ada yang bisa kukatakan lagi selain maaf" kata Ruben dengan penyesalan yang mendalam.Keheningan terasa begitu mengcekam saat ini. Situasi sulit dan pelik yang bahkan tiada satupun bisa mengubahnya. Kebingungan dan pertanyaan yang semakin banyak terus menghantui masing-masing pribadi. Tetapi Weni sadar jika dia adalah sebagai tuan rumah yang sehar

  • Bukan Jodoh Tapi Takdir   BAB 89

    Senja yang indah, dihiasi dengan suara burung yang saling bersahutan. Weni dan Lixy terlihat sibuk sedari tadi setelah mereka sampai di rumah. Wailea yang sudah mendapatkan penanganan dari rumah sakit pun kini sedang beristirahat di dalam kamar Weni.Hari mulai gelap, Wailea pun terbangun dan beranjak dari kasur menuju ruang tamu. Terlihat Weni dan Lixy yang sedang asik menata makanan diatas meja. Wailea berjalan perlahan dan menggapai Weni. Dia memeluknya begitu erat dari belakang. Weni tersenyum dan menghentikan aktifitasnya itu.Setelah puas, Wailea pun melepaskan pelukannya dan Weni berbalik menghadap Wailea. "Apakah tidurmu nyenyak, nak?" tanya Weni sembari mengusap lembut pipi Wailea. Lixy hanya tersenyum melihat keromantisan antara ibu dan anak di depannya itu sambil terus menata piring pada posisi meja masing-masing."Lea pikir Lea hanya bermimpi sedang berada di rumah mama" sahut Wailea melow."Kamu tidak bermimpi nak. Sekarang kamu duduk dan kita makan ya. Kamu tunggu disini

  • Bukan Jodoh Tapi Takdir   BAB 88

    Pertemuan Weni dan Lixy bermula dari ketidaksengajaan. Setelah bertahun-tahun tahun lamanya mereka tidak saling tahu kabar masing-masing, akhirnya takdir mempertemukan mereka berdua.Kira-kira satu bulan yang lalu, ketika itu Weni sedang berbelanja kebutuhan rumah tangga di salah satu toko grosir terbesar di daerah rumahnya itu. Dari kejauhan Weni merasa tidak asing saat melihat wanita yang jaraknya sekitar lima meter di depannya itu, yang tengah memegang botol minuman soda sambil terlihat mencari-cari harga pada rak di depannya. Dengan segera Weni mendorong kereta belanjanya mendekati wanita yang dia curigai adalah Lixy. Saat dia sampai tepat di samping wanita itu, suara gemetar terdengar saat dia memanggil nama sang wanita "Lixyyy!!" Disaat itu juga Lixy terkejut bak mendapat undian kemenangan. Tangisan yang tidak bisa terbendung lagi disaat mereka memeluk satu sama lain. Suasana dipenuhi keharuan dan tangisan bahagia. Pertemanan yang sudah cukup lama dan akrab ini sudah tercipta da

  • Bukan Jodoh Tapi Takdir   BAB 87

    Suasana mencekam terjadi di kantor polisi. Satu demi satu pertanyaan berikan oleh pihak kepolisian dengan tujuan agar setidaknya mendapat titik terang dalam kasus ini. Helix menjelaskan dengan sangat lugas kejadian yang dia tahu berdasarkan info yang dia dapatkan dari Luna. Ditengah ketegangan, ponsel Helix terus bergetar tanpa henti. Dua puluh dua kali panggilan tak terjawab dari sang ibunda yang membuatnya tak nyaman sedari tadi.Setelah akhirnya menyelesaikan proses bersama dengan pihak kepolisian, Ruben dan Helix kembali ke parkiran. Saat memasuki mobil, Helix sambil membuka notif ponselnya dan melihat puluhan panggilan tak terjawab itu lalu disambung dengan membuka pesan suara dari sang ibu."Heelllllllll, kenapa sih gak angkat-angkat, mama mau cerita looh" teriak sang ibu kesal. Dengan tenang Helix langsung menghubungi sang ibu. "Halo ma, ada apa?""Mama sudah kirimkan alamat mama saat ini, kamu harus datang segera ya" kata sang ibu bersemangat."Mama sakit? Mama kenapa?" tany

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status