Share

Bab 240

Author: Ayesha
[ Halo, Bu Brielle, ini Niro. Aku boleh menyimpan nomormu, 'kan? ]

Brielle membuka WhatsApp dan melihat ternyata Niro yang mengiriminya pesan. Dia pun menyimpan kontak Niro dan membalas boleh.

Brielle masuk ke mobil Syahira. Tak lama kemudian, WhatsApp-nya berbunyi lagi. Dia membuka ponselnya untuk melihat.

[ Bu Brielle, maaf mengganggumu. Izinkan aku memperkenalkan diri secara resmi. Namaku Niro, 27 tahun. Saat ini menjabat sebagai mayor jenderal di Distrik Militer Kesembilan. Aku belum menikah, nggak punya kebiasaan buruk. Senang sekali bisa mengenalmu. ]

Brielle tertegun. Syahira melongok ke arah ponselnya, lalu tiba-tiba tertawa. "Lihat, 'kan? Kubilang juga apa. Kamu nggak percaya sih."

Brielle agak canggung, sesaat tidak tahu harus menjawab apa. Dia akhirnya meletakkan ponselnya kembali ke dalam tas. Syahira pun terkejut, "Kok nggak balas?"

"Aku nggak tahu mau balas apa." Brielle menutup tasnya.

Sambil mengemudi, Syahira menggeleng. "Hei, dia itu putra menteri lho! Masih muda suda
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Renadwijo
pesona Brielle mmg ruarrr biasahhh...
goodnovel comment avatar
Renadwijo
Raka raka..kemana aja lu selama ini? Ngga sadar pesina Brielle..Sebentar lagi tambah banyak sainganmu..Saingan berat yg ga bisa disepelekan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 318

    "Beritahu Profesor Madeline, kita adakan rapat sore ini! Dan tolong minta dia panggil Raka untuk hadir juga."Zondi pun keluar. Brielle bersandar pada meja laboratorium dengan wajah tegang. Pikirannya kembali terbayang pada seorang ibu di rumah sakit yang sedang menunggu obat baru ini. Tatapan penuh harap untuk tetap hidup itu membuat hatinya terasa berat.Pukul tiga sore, suasana di ruang rapat laboratorium terasa muram. Profesor Madeline dan Profesor Louie sudah lebih dulu hadir, keduanya sedang membicarakan data eksperimen dengan suara rendah.Brielle duduk di kursi utama, jemarinya mengetuk ringan permukaan meja dan sesekali matanya melirik ke arah pintu. Hanya satu orang yang belum datang dan rapat ini tak bisa dimulai tanpanya."Pak Raka sudah sampai." Zondi mendorong pintu masuk.Gerakan tangan Brielle terhenti, kemudian dia mengangkat wajah.Raka melangkah masuk ke ruang rapat. Seakan baru saja keluar dari sebuah pertemuan resmi, dia mengenakan setelan jas rapi, rambut hitamnya

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 317

    Tatapan Brielle tanpa sadar sempat melirik ke arah meja seberang. Raka sedang berbincang dengan para tamunya. Seolah merasakan tatapan itu, dia pun menoleh ke arahnya, membuat Brielle buru-buru mengalihkan pandangan.Selesai makan, Niro mengantar Fina pulang. Namun, dia sengaja menciptakan kesempatan agar keduanya bisa lebih banyak berduaan."Niro, ajaklah Nona Brielle pergi minum kopi atau sekadar jalan-jalan sebentar. Nenek mau tidur siang," ucap Fina."Baik, Nek. Nenek istirahatlah," jawab Niro."Brielle, lain kali datang lagi ya, bawa putrimu bermain ke rumahku," tambah Fina."Baik, Nek." Brielle mengangguk sopan.Keluar dari rumah, Brielle menoleh ke arah Niro. "Kamu sibuk nggak? Kalau sibuk ....""Nggak sibuk," potong Niro cepat.Belum sempat dia melanjutkan, ponsel Brielle berdering. Ternyata Zondi yang menelepon. "Aku angkat dulu ya," katanya.Niro mengangguk.Setelah mendengarkan beberapa kalimat dari seberang, wajah Brielle seketika berubah serius. Niro memandangnya dengan ce

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 316

    "Kalian sudah sampai pada tahap saling dikenalkan ke orang tua?" tanya Raka datar.Brielle enggan menanggapinya. Baru saja dia hendak melewati pria itu dan pergi, suara Raka yang tenang kembali terdengar, "Menurutmu, Anya sudah siap memanggil orang lain dengan sebutan Papa?"Kalimat itu seperti sebilah pisau yang menusuk ke titik paling rapuh di hati Brielle. Putrinya adalah kelemahannya. Napasnya tertahan sejenak."Urus saja dirimu sendiri!" Brielle tidak ingin memperpanjang masalah. Namun, tiba-tiba sebuah lengan panjang mengadang di depannya.Brielle hampir menabraknya. Dia refleks mundur selangkah, lalu akhirnya mendongak menatap pria yang selalu membuatnya terikat ini. "Kamu mau apa sebenarnya?"Tatapan Raka tampak tajam. "Kamu tahu siapa sebenarnya Niro? Ayahnya seorang menteri kabinet, pamannya wali kota. Keluarga seperti itu, apakah benar-benar mau menerima seorang janda yang membawa anak? Pikirkan baik-baik."Brielle terkekeh dingin. "Setidaknya mereka tahu cara menghormatiku.

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 315

    Setelah menutup telepon, Niro tersenyum. "Nenek sudah lama menanti kedatanganmu di rumah. Sepertinya dia sudah menyiapkan banyak makanan enak untuk menyambutmu."Kemudian, mereka memasuki kompleks perumahan bergaya villa. Niro mengajak Brielle masuk ke rumah dua lantai dengan halaman kecil di depannya. Di ambang pintu, seorang wanita tua berambut putih sudah berdiri menunggu.Brielle langsung mengenalinya sebagai nenek yang pernah dia selamatkan sebelumnya.Begitu melihat Brielle, Fina bergegas maju dan menggenggam tangannya dengan hangat. "Aduh, ini pasti Nona Brielle, penyelamat nyawaku! Ternyata jauh lebih cantik dari yang terlihat di foto.""Anda terlalu memuji saya. Panggil saya Brielle saja." Brielle menyerahkan kantong hadiah. "Sedikit cenderamata, nggak seberapa."Fina sempat tertegun. "Anak baik, kamu bisa datang saja aku sudah senang sekali, kenapa repot-repot bawa hadiah? Niro bilang kamu sangat sibuk, bisa meluangkan waktu hari ini saja sudah luar biasa."Niro duduk di sofa

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 314

    Malam itu, Brielle baru bisa tidur nyenyak setelah memeluk putrinya di dalam dekapan.Keesokan paginya, dia menerima beberapa pesan, dari Lambert maupun Niro. Lambert mengucapkan selamat atas penghargaan yang dia raih di pertemuan tahunan kedokteran semalam. Dia sendiri sedang dinas ke luar kota, sedangkan Vivian sudah dibawa kembali ke rumah neneknya di luar negeri. Lambert berjanji, bila ada waktu pulang ke tanah air, dia akan mengajak Brielle makan bersama.Sementara itu, Niro mengabarkan bahwa dia sudah dalam perjalanan untuk menjemputnya.Pagi itu juga, Brielle meminta Frederick membawakan beberapa kotak suplemen mahal sebagai hadiah.Syahira sebenarnya berniat mengajaknya makan siang. Namun setelah tahu Brielle harus menghadiri jamuan makan Keluarga Harmawan, dia malah menawarkan diri untuk menjaga Anya."Pergilah! Kalau perlu makan malam juga bisa sekalian di rumah Keluarga Harmawan," kata Syahira sambil tersenyum.Brielle tak bisa menahan tawa kecil. "Makan sekali saja sudah cu

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 313

    Deru mesin menggema, Porsche Cayenne putih melesat keluar dari garasi bawah tanah. Brielle menggenggam erat setir, di telinganya masih terngiang suara putrinya yang memanggil "Bibi Devina" dengan polos. Dada Brielle terasa sesak."Berengsek!" Brielle meninju setir, emosinya benar-benar tak terkendali.Dia menurunkan kaca jendela, membiarkan angin malam yang dingin menyapu wajahnya dan berusaha menghapus bayangan kotor di pikirannya. Devina menginap di rumah Raka? Saat Anya juga ada di sana? Bagaimana mungkin Raka tega!Sekalipun dia punya kebutuhan, sekalipun dia sedang dilanda gairah, apakah dia tidak bisa menahan diri satu malam saja?Brielle menekan pedal gas, kecepatan mobil melonjak cepat hingga 80 km/jam.Ponsel mobil berdering. Panggilan masuk dari Raka. Dia menekan tombol jawab.Suara Raka terdengar jelas dari speaker mobil yang tertutup rapat, "Tadi kamu telepon aku?""Aku datang menjemput Anya pulang." Suara Brielle terdengar ketus.Di seberang sana hening sejenak, lalu berka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status