Bude Siti semakin emosi melihat Zafirah yang hanya bergeming. Lipstiknya yang merah menyala semakin menambah kesan serem di wajah sangarnya. "Ada apa sih, Bu? Tolong jangan bikin keributan disini!" Seorang lelaki yang berpakaian seperti ajudan menegur Bude Siti yang sedang mencak-mencak. Wanita itu langsung memasang tampang sangar kepada lelaki yang menegurnya. "Kamu siapa? Saya mertuanya Jefri. Kamu berani ya sama saya! Jangan sampai saya suruh anak saya untuk memecat kamu!" Bentak Siti kepada lelaki itu. Lelaki itu hendak bersuara lagi, namun Zafira memberi kode untuk diem. Lelaki itu langsung pergi dari situ. "Lihat kan? Mendengar nama menantuku saja sudah ketakutan begitu, dasar bab* rendahan!" Wanita itu berucap sarkas. Mungkin sudah menjadi kebiasaan. Sehingga bisa dengan mudahnya ucapan kotor seringkali meluncur dari mulutnya tanpa disaring dulu. Wanita paruh baya itu mendonggakan dagu arogan.Ternyata Bude Siti juga dibohongi sama Alisya kalau itu rumahnya Alisya. Se
"Ini bukan rumah Ibu, pasti mereka salah orang," ucap Ningsih kepada menantunya. Dirinya merasa tidak pernah membangun rumah. Apalagi rumah semegah ini. Jangankan membangun rumah, merenovasi rumahnya saja dia merasa tidak mampu, apalagi membangun rumah semegah ini. Adinda langsung memegang kedua bahu mertuanya lalu menatap dalam netra wanita di hadapannya. "Ini rumah Ibu. Hadiah istimewa dari Mas Adnan untuk Ibu, sebagai bentuk baktinya kepada Ibu. Kami sengaja merahasiakan ini agar menjadi kejutan istimewa buat Ibu," tutur Zafira lembut. "Doakan agar kami dibangunkan istana yang megah di syurga sebagai balasan bakti kami kepada Ibu," sambung wanita yang bergelar menantu itu sambil mencium takzim tangan Ibu Mertuanya. Manik legam Ningsih yang tampak sayu itu mulai berkaca-kaca. Wanita itu seketika langsung bersimpuh di kaki menantunya. Zafira kaget dan reflek mengangkat bahu Ibu mertuanya. Lalu memeluk wanita yang sudah membesarkan suaminya itu. Zafira langsung memeluk Ibu
"Alisya?!" Suara bariton itu membuat Alisya langsung terkejut bukan main. Siapa lagi kalau bukan Pakde Rusdi. Lelaki itu terkejut berpapasan dengan anaknya di hotel itu."Papa?! Papa ngapain disini?" tanya Alisya dengan mimik wajah panik. Wanita itu takut tiba-tiba lelaki tua beristri yang masih ada di dalam kamar itu tiba-tiba keluar. "Lah? Kamu ngapain disini?" Tanya Pakde Rusdi kepada putri bungsunya itu. Lelaki itu juga tampak was-was. Matanya celingak-celinguk tak tenang. "Papa, Lagi ada urusan kerjaan disini. Iya lagi ada urusan kerjaan," jawab Lelaki itu."Kamu sendiri ngapain disini? Sama Jefri?" Tanya Lelaki itu sambil mencari-cari keberadaan menantunya."Kerjaan apa? Mau jual tanah lagi? Jangan lupa jatah buat Alisya," sagut Wanita itu sumringah."Ennnggg… Iya, Papa mau jual tanah yang di dekat jalan raya itu." Rusdi berbohong kepada Putrinya. Tiba-tiba dari kamar yang sama, keluar lelaki tua yang tadi bersama Alisya. "Heyy Beby, kok masih disini?" tanya lelaki itu da
"Sayang, I'm Come."Sambil berlenggak lenggok, Wanita itu langsung berjalan menghampiri suaminya. Seketika wajahnya langsung pias melihat ada mertuanya juga disana. "Ma-Mama kapan datang? Kenapa nggak kabarin dulu?" ujar wanita seksi itu sok akrab. Wanita yang bergelar mertua itu langsung menarik nafas dalam lalu menghembuskan. "Baru sampai Nduk?" tanyawanita itu lembut."Kamu dari mana?" tanya wanita dengan hijab dusty itu."Abis main sama temen, Ma," sahut wanita itu lalu berjalan mengambil air di kulkas."Main kok pake baju kayak begitu Nduk? Kalau keluar rumah usahakan pake baju yang tertutup. Kamu itu bukan wanita lajang lagi, kamu sudah bersuami Nduk. Masa rumahnya sampai berantakan gini? Kasihan, suamimu sudah mencari nafkah. Masa pulang harus kerja lagi di rumah? Mau jalan-jalan bareng teman boleh, tapi rumah dirapikan dulu, biar enak di pandang. Ini bungkus jajan dimana-mana di wastafel banyak piring kotor. Masa kmu tinggalin gitu aja?" Wanita itu sedah berusaha menahan e
Alisya langsung turun dari mobil cepat dan langsung menghempaskan pintu mobil kuat karena emosi. Lupa dia siapa pemilik mobil itu. Semua mata langsung tertuju ke arah wanita itu. "Kamu ngapain kesini hah?" bentak Alisya garang. Wanita itu berjalan sampai menghadap tepat di depan wajah Zafira. Wajahnya penuh dengan gurat kemarahan dan rasa benci. Wanita berparas ayu dan berperawakan tenang itu hanya bergeming sambil melipat tangan di dada."Apa-apaan sih kamu Alisya! Jangan bikin masalah lagi deh! Bukannya langsung liat mama, malah ngamuk-ngamuk nggak jelas kayak orang kesurupan disini!" Jefri langsung menarik tangan Alisya dan meminta maaf kepada Zafira, atasannya di perusahaan."Kamu belain dia Mas?! Kamu belain dia?! Kamu suka kan sama Dia? Jangan-jangan Kamu ada main ya sama dia! Makanya kamu sampai segitu belain perempuan ini! Dasar pelakor!" pekik Alisya dengan emosi yang tak terkontrol. "Siapa yang belain? Emang kamu yang salah kok! Udah jangan bikin ulah lagi. Tujuan kita
Lelaki itu hanya bisa memandang mobil yang semakin menjauh itu dengan perasaan tak karuan. Dia mengusap wajahnya frustasi. Alis lelaki itu seketika tertaut melihat banyaknya panggilan tak terjawab dari nomer istrinya. Wajahnya langsung berubah panik. Apakah Siti sudah mengetahui kalau dia berselingkuh? Tidak biasanya Siti menelpon sampe sebanyak itu. "Semua ini pasti ulah Alisya!" Geram Lelaki paruh baya itu. "Papah, gimana keadaan Mama?" Lelaki itu terkejut. Sedari tadi dia melamun hingga tak menyadari keberadaan Aira. "Keadaan Apa?" Dahi Lelaki itu mengerinyit bingung."Tadi Aira di telpon Tante Mala, katanya Mama Pingsan," Wajah Aira tampak keheranan melihat wajah papanya yang biasa aja. Tidak ada gurat kekhawatiran. "Pantes aja, tadi banyak panggilan tak terjawab, rupanya ini masalahnya. Kenapa nggak mati sekalian aja, biar aku bisa menikah dengan Inem," Monolog lelaki itu dalam hati. Lelaki itu sudah dibutakan oleh pesona Inem. Dihatinya hanya di penuhi dengan wajah pemb
Lelaki itu mengusap wajahnya kasar.Kemudian menggelengkan kepala menghempaskan pikiran buruknya. Lelaki itu masih berharap bisa merubah perilaku istrinya itu. Dia ingin membuktikan kepada orang tuanya bahwa dia bisa merubah perilaku buruk Istrinya. Dia hendak masuk dan berpamitan pulang. Dia merasa kehadirannya disini, sudah tak dibutuhkan lagi. Karena Aira juga sudah datang dan Papa mertuanya juga sudah pulang. Bertiga bisa gantian menjaga mertuanya. Baru sampai di ambang pintu, tampak Alisya keluar dari dalam rumah dengan terburu-buru. Sontak wanita langsung itu kaget melihat keberadaan suaminya. Dia pikir suaminya sudah pulang. "Ngapain masih disini? Sana cari kerjaan sampingan kek, biar menghasilkan banyak uang! Aku muak hidup melarat bersamamu!" Bentak Wanita itu sambil berusaha menyembunyikan kekagetannya. Wanita itu pandai berakting. "Alisya! Bisakah sedikit saja kamu hargai Aku sebagai suamimu? Aku memperjuangkan restu orang tuaku mati-matian loh untuk bisa menikahi k
Zafira berdiri di ambang pintu."Silahkan masuk dulu Bude," ajak Zafira berusaha lembut padahal emosi sudah mulai menguasai."Halahh, nggak perlu! Dasar penghancur rumah tangga orang!" Bentak Alisya dengan suara yang menggelegar."Apa maksudmu?" Zafira terpancing emosinya. Seperti biasa tetangga sudah menjadi penonton setia saat mendengar susara pertengkaran. "Maksudku? Kamu masih bertanya maksudku? Kamu sudah menjadi duri dalam rumah tanggaku! Nggak usah menafik deh! Nggak usah pura-pura nggak tau! Dasar pelakor!" Alisya membalas sengit. Seakan-akan dia melihat di depan mata Jefri berselingkuh dengan Zafira. "Mana buktinya?" Wanita itu terlihat mulai menguasai emosinya lagi. Wajahnya terlihat tenang. "Bukti? Kamu meminta bukti? Dasar tak tau malu! Sudah selingkuh masih menyangkal? Dasar sund*l!" Pekik Alisya dengan suara lantang. Adnan, Amura dan Ningsih keluar dari dalam rumah. "Ada apa ini? Ada apa lagi?" Tanya Adnan.Lelaki itu mengerinyit heran. Kenapa sih Bude Siti ini sel