Dengan fokus tingkat tinggi, Leon membaca beberapa berkas yang sudah menumpuk di meja kerja."Permisi, Kak Leon," ucap Felix menyapa sang kakak dengan penuh kesopanan."Ada perlu apa?" tegas Leon sembari membaca berkas-berkas tersebut.Dengan percaya diri Felix memberikan beberapa dokumen lain yang harus Leon tanda tangani."Baiklah. Letakkan saja di situ. Akan aku kerjakan secepat mungkin," balas Leon bernada datar.Tak mau mengganggu kakaknya lagi, Felix segera berbalik badan dan hendak pergi meninggalkan ruangan Leon.Di saat yang bersamaan, Leon memanggil Felix dan membuat sang adik menghentikan langkahnya sejenak."Nanti kamu pulang bareng aku saja," ajak Leon masih dengan penuh keseriusan.Felix yang tidak merasa keberatan sama sekali pun tak menolak. Secepat mungkin ia pergi meninggalkan ruangan tersebut untuk melanjutkan pekerjaan lainnya.Dengan sangat teliti, Leon mulai menandatangani seluruh dokumen yang Felix berikan barusan. Tentu baginya ini cukup melelahkan. Tapi yang n
Di salah satu minimarket yang tidak jauh dari rumah Leon, Laura sedang mencari sabun cuci wajah yang biasa dia pakai selama ini.Satu, dua, hingga tiga putaran sudah Laura lakukan dengan mengelilingi minimarket tersebut tapi tak kunjung menemukan apa yang dia cari.Laura bingung harus membeli yang mana karena takut sabun wajah merek lain tidak cocok untuk kulitnya yang lumayan sensitif."Astaga, kemasan ini lucu sekali," ujar Laura sambil meraih salah satu facial wash yang belum pernah dia pakai."Seandainya kulitku cocok dengan semua jenis skincare, maka aku akan membeli sabun wajah mana pun yang aku suka. Tapi sayangnya itu tidak mungkin, karena kulitku mudah kering jika salah pakai," ucap Laura."Lagipula sabun wajah yang biasa aku beli juga selalu menjadi incaran banyak orang karena harganya jauh lebih terjangkau," lanjutnya.Si kasir yang sedang memantau keadaan, terus mengawasi Laura dari kejauhan. Penampilan Laura memang sama sekali tak mencurigakan. Hanya saja tingkah lakunya
Saat makan malam tiba, seluruh anggota keluarga Halton terlihat sedang berkumpul bersama di meja makan.Dengan sangat sopan Angel memberikan sepiring buah Naga pada Felix yang ternyata benar-benar melakukan apa yang Leon katakan tadi pagi."Untukku mana?" tanya Damian merasa iri.Menerima pertanyaan yang terdengar di telinganya, Angel langsung merasa tidak enak dan meminta maaf karena buah tersebut sudah habis."Jika Tuan mau, saya akan membelikannya lagi malam ini," ucap Angel dengan sangat lembut."Tidak usah. Saya juga sedang tidak ingin makan buah-buahan, karena di depan saya sudah ada yang jauh lebih manis."Damian menggoda Angel di hadapan semua orang."Angel, aku sarankan kamu segera kembali ke dapur sekarang juga. Jika tidak, mungkin kamu akan merasa trauma kalau terus-terusan ada di dekatnya," sahut Felix."Apa kamu bilang? Memangnya aku ini apa?" bantah Damian yang tidak terima."Playboy kelas atas," balas Felix santai."Cih! Dasar bocah menyebalkan!" kesal Damian yang terus
Hari ini, tepatnya pukul 6 sore, Leon yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya hendak beranjak menuju rumah salah satu mantan karyawati yang tadi malam baru saja membuat janji dengannya.Setibanya di rumah itu, Leon langsung disambut baik oleh wanita bernama Reta. Tidak hanya itu saja, bahkan Reta juga mengajak kedua orang tuanya untuk menemui Leon juga.Hal ini tentu membuat Leon keherananan dan merasa Reta terlalu berlebihan."Bu, Pak, ini atasan Reta dulu waktu Reta masih bekerja di perusahaan Halton Group. Beliau juga yang sering membantu Reta untuk memenuhi kebutuhan keluarga kita dengan cara melebihkan gaji bulanan Reta," jelasnya di hadapan Leon."Oh, ini Nak Leon. Terima kasih ya atas kebaikanmu pada Reta selama ini," kata ibunya Reta.Leon tak tersenyum, tapi dia menundukkan kepala untuk menunjukkan rasa hormatnya pada kedua orang tua tersebut."Senang bertemu kalian," kata Leon dingin."Astaga, kami juga sangat senang bertemu dengan Anda. Benar-benar keberuntungan yang lua
Beberapa hari kemudian, kalung yang Leon pesan sudah jadi.Merasa tidak percaya dengan orang lain karena harga barang yang mau dikirim terlalu mahal, Reta memutuskan untuk datang sendiri ke rumah Leon.Leon juga sudah memberinya izin, dan kebetulan Leon sedang berada di rumah saat itu."Terima kasih, Reta. Tidak salah saya memesannya padamu. Saya benar-benar puas dengan hasilnya. Sekali lagi, terima kasih banyak," kata Leon."Iya, Tuan. Sama-sama. Justru ini sudah menjadi kewajiban saya untuk membuatnya sebaik mungkin. Apalagi ini untuk pasangan Anda," balas Reta sambil meledeknya.Leon ingin tersenyum karena tersipu malu.. Tapi ia mengurungkan niat dan tetap memasang ekspresi wajah profesional.Setelah memenuhi keinginan Leon dan menerima sisa bayaran, Reta langsung pulang karena ada pekerjaan susulan yang harus ia kerjakan."Oke, kalau begitu ... saya pamit dulu ya, Tuan. Jangan lupa orderan selanjutnya. He-he-he," kata Reta sambil bercanda.Leon berkata bahwa ia berjanji akan memes
Hingga satu hari kemudian, sakit tenggorokan Laura tak kunjung sembuh. Justru suaranya semakin berubah, jauh berbeda dibanding yang kemarin.Menyadari akan hal itu, Leon yang sudah siap berangkat ke kantor pun mengajak Laura untuk pergi bersama ke rumah sakit."Tidak usah, Leon. Nanti juga sembuh sendiri," balas Laura.Laura sangat tau betul bahwa Leon sedang terburu-buru. Apalagi biasanya jam segini Leon sudah berangkat ke kantor lebih awal."Kenapa? Apa kamu tidak mau sembuh? Atau kamu mau tenggorokanmu terus-terusan sakit seperti itu?" tanya Leon."Bu---bukan itu maksudku. Tentu aku mau untuk pergi ke dokter karena rasa sakit ini benar-benar mengganggu aktivitasku. Tapi ... aku tau kamu sedang terburu-buru, 'kan? Jadi lebih baik kita undur saja nanti," jelas Laura. Matanya tak berani menatap mata tajam Leon.Dalam hati Leon, ucapan Laura sama sekali tidak salah. Dia memang sedang ada tugas dadakan yang harus diselesaikan secepat mungkin.Tapi bagi Leon kesehatan Laura adalah yang p
Di suatu hari yang cerah, Laura terlihat sudah sangat rapi dengan gaun merah di atas lutut dan riasan wajah yang membuatnya semakin mempesona.Laura sama sekali tidak mengerti mengapa Angel mendadani dirinya seperti ini. Setiap kali Laura bertanya, Angel selalu menjawab, "Tidak tau, Nona. Ini adalah perintah."Sekarang Laura sedang berdiri di tengah-tengah sebuah taman besar yang sangat indah.Tidak hanya keindahan alami, bahkan dekorasi khusus pun ikut berperan dalam menghiasi.Laura sama sekali tidak ingat bahwa ini adalah hari perempuan sedunia. Ya, itu berarti Leon akan menyatakan perasaan padanya di hari ini juga.Sudah hampir lima menit Laura berdiri, ia pun merasa bosan dan memutuskan untuk jongkok saja. Ia bahkan tidak tahu siapa yang sedang dia tunggu."Semoga tidak ada yang lihat," kata Laura yang langsung jongkok di tempat dengan pakaian serta riasan mewah yang ia kenakan.Tapi tidak lama kemudian Leon datang dan berjalan santai menuju ke arah Laura. Spontan, Laura segera
"Leon, terima kasih untuk segalanya. Aku tak akan pernah melarangmu jika kamu ingin menganggap bahwa aku adalah wanita terburuk, wanita keji, atau apa pun itu.""Tidak, Laura. Aku tidak akan mungkin menganggapmu seperti apa yang baru saja kamu sebutkan. Justru aku salut pada kesetiaanmu terhadap pasangan.""Oh ya, satu lagi. Karena kemungkinan besar perpisahan ini akan menjadi selamanya dan kita tidak akan bertemu lagi, jadi aku hanya punya satu kesempatan untuk menyampaikan sebuah permintaanku padamu. Apa kamu keberatan untuk memenuhinya?""Tidak, Leon. Tidak! Aku berjanji akan memenuhinya untukmu. Karena selama ini kamu sudah sangat baik padaku," balas Laura dengan penuh keyakinan."Baiklah. Aku ingin kamu terus menjadi Laura yang aku kenal. Menjadi wanita yang selalu berbuat baik pada siapa pun, tidak boleh telat makan dan selalu menjaga kesehatan di mana pun kamu berada.""Hanya itu saja?" tanya Laura.Leon mengedipkan kedua matanya serentak. Menandakan bahwa tebakan Laura benar.