Home / Urban / Bukan Pemuas Nafsu / Tatapan Nafsu Gery!

Share

Tatapan Nafsu Gery!

Author: Rhienz
last update Huling Na-update: 2021-09-15 16:43:04

Tak terasa waktu hampir sepertiga malam. 

"Sayang, semoga usaha kita kali ini membuahkan hasil, ya! Aku ingin segera memiliki keturunan darimu! Rasanya tak sabar ingin melihatmu mengandung anak kita," ucap Anto berbisik di telingaku yang tengah terbaring kelelahan di sampingnya. 

"Amin, semoga ya sayang! Aku juga nggak sabar ingin segera dapat momongan," jawabku sembari menatap wajah Anto yang juga terlihat kelelahan sehabis bertempur barusan. 

Kita berdua pun tertidur. 

☆☆☆☆☆☆☆

Matahari mulai terbit ke permukaan, waktu menunjukan pukul tujuh pagi. Aku pun terbangun dan segera mengambil kemeja yang semalam ku lempar di atas kursi. Setelah berhasil memasang kemeja itu di tubuhku, aku bergegas  membersihkan diri dan menyiapkan sarapan untuk Anto, Ayu dan juga Bagas. 

Setelah sarapan Anto segera berangkat ke kantor dengan motor maticnya. Tinggal lah Aku, Ayu dan Bagas di rumah. 

"Tin, aku pamit pulang dulu 'ya! Makasih kamu uda ijinin aku nginep disini," ucap Ayu yang sudah siap siap untuk pulang. 

"Loh ... ko pulang, Yu? Emang kamu yakin mau pulang ke rumah Gery? Mending kamu dan Bagas tinggal saja dulu disini untuk sementara waktu. Aku khawatir sama kamu dan Bagas." ucapku meyakinkan Ayu. 

Sesungguhnya hati ini masih khawatir dengan mereka berdua. Gak kebayang kalau Gery sampai berbuat kasar lagi kepada Ayu. Tapi, Ayu sangat kekeh dengan keputusannya untuk pulang ke rumah Gery. 

"Tenang saja Tin, aku sangat yakin dengan keputusanku untuk kembali kerumah Gery! Bagaimanapun juga Gery adalah suamiku. Aku gak mungkin berlama lama meninggalkan Gery dirumah sendirian, dia pasti kebingungan mencariku," jawab Ayu yakin. 

"Mamy Na! Bagas pulang dulu, ya" ucap anak ganteng itu sambil memeluk ku. Wajahnya terlihat enggan untuk kembali ke rumah Ayah tirinya itu.

"Aku pulang dulu ya, Tin! Sekali lagi makasih, ya."

Ayu dan Bagas pun pulang dengan mobil mewahnya. Mobil yang dibelikan Gery sebagai hadiah ulang tahun pernikahan mereka. 

☆☆☆☆☆☆☆

Aku pun kembali melanjutkan tugasku sebagai ibu rumah tangga. Hari ini aku berencana untuk masak makanan kesukaan Anto. Sebelum mulai memasak aku harus segera membereskan kamar tamu yang masih berantakan.

Disaat ku mengganti sprei bekas semalam tiba tiba aku teringat ucapan Anto tadi malam. 

"Ah ... Andai saja aku segera dikasih kepercayaan untuk memiliki momongan pasti rumah ini tidak akan sepi seperti ini." gumamku dalam hati. 

Ku lihat kalender yang terpampang di tembok, 

"Lima hari lagi jadwal ku menstruasi. Mudah mudahan aku telat." batinku penuh harap. 

☆☆☆☆☆☆

"Beres beres sudah, masak juga sudah, Ahh-sekarang waktunya istirahat sambil menunggu Anto pulang kerja dua jam lagi"

Kring!!! Kring!!!kring!!!

Dering ponsel yang ku taruh di atas meja, membangunkanku yang hampir tertidur. Sebuah panggilan dari Ayu. 

"Hallo kenapa, Yu?" tanyaku pada Ayu di seberang sana. 

"Mamy Na! Bagas takut. Bunda nangis terus dari tadi, Bunda gak mau keluar kamar, ia gak mau ngomong sama Bagas. Mamy Na cepet kesini, ya! Bagas takut!"

Tut..tut..tut..! Panggilan dimatikan. 

Aku yang mendengar suara Bagas ketakutan langsung panik dan khawatir, membayangkan apa yang aku takutkan selama ini terjadi. 

"Ya Tuhan apa yang harus aku lakukan? Aku benar benar bingung" 

Akhirnya kuputuskan untuk pergi ke rumah Ayu. Walau hati ini rasanya berat.

Sesampainya di pintu gerbang rumah mewah bak istana itu aku hanya berdiri mematung. Berat sekali kaki ini untuk melangkah masuk ke dalam rumah. Selama Ayu menjadi istri Gery tak pernah sekalipun aku masuk ke istana mereka ini. Jangankan untuk masuk ke dalam, membayangkan nya pun aku tak sanggup.

'Tapi ini demi Ayu dan Bagas, Aku harus berani aku gak boleh egois'

Aku Pun memberanikan diri untuk masuk. 

"Maaf Non, cari siapa, ya?"  tanya Pak satpam yang menjaga rumah Gery. 

"Saya cari Ayu pak. Ayu nya ada? Saya temannya"

"Oh, Non Ayu! Ada Non, silahkan masuk!" jawab pak satpam ramah. 

Aku pun diantar nya sampai kedepan pintu rumah yang terbuka lebar. 

"Silahkan masuk Non! Non Ayu ada di dalam,"

 "Iya Pak, terima kasih!" jawabku.

Pak satpam pun kembali ke gerbang depan. Aku ditinggalkan seorang diri. 

Rumah ini benar benar luas dan mewah, semua barang yang bertengger di dalam rumah terlihat antik dan mahal sangat berkualitas, kulihat banyak sekali pilar-pilar yang tinggi menjulang. 

'Banyak sekali pintu di rumah ini? 

Entah disebelah mana kamarnya Ayu,'

Gery memang anak seorang pengusaha terpandang di negeri ini, Dia merupakan satu satunya pewaris kekayaan sang Ayah, Pantas saja di usianya yang masih sangat muda dia sudah memiliki rumah seperti istana.

"Tina! ... "

Seseorang memanggilku dengan lantang,Suara yang tak asing di telingaku.

Tiba tiba jantungku berdetak kencang. Perasaanku tidak karuan, inginku berbalik badan tapi aku takut.

"Hai Tina, lama tak jumpa. Ada angin apa kamu mendatangi istanaku?"

Suara itu semakin mendekat dan ternyata benar itu Gery, itu suara Gery!. Dia langsung menghampiriku dan berdiri tepat di hadapanku. 

Keringat dingin mulai membasahi keningku, dadaku terasa sakit, jantungku seolah berhenti. 'Ya tuhan ... setelah hampir dua tahun aku tidak bertemu dengan Gery dan hari ini aku bertemu dengan laki laki bejat ini'

Ingin rasanya aku lari pergi keluar dan menjauh dari laki laki ini, tapi Ayu ... Ayu dan Bagas butuh aku. 

"Ternyata kamu masih sama seperti dulu! Cantik, mempesona dan menggairahkan" ujar Gery sambil memandangi tubuhku dari atas sampai bawah. 

wajahnya saat menatapku seperti singa yang sedang kelaparan, Aku yang saat itu mengenakan mini dress berwarna merah dengan sepatu high heels berwarna silver membuatnya tak henti menatapku dengan bringas.

Tubuhnya berjalan semakin mendekat ke arahku seolah akan menerkamku.

Jantungku semakin tak terkendali, bibirku seolah membeku, kaki dan tanganku lemas tak berdaya. Teringat kejadian saat itu. 

Kejadian menjijikkan yang membuat hidupku berantakan. 

Bersambung

🌸Sambil nunggu update, yuk baca juga novel Author yang lain💗

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Bukan Pemuas Nafsu   TAMAT

    Hari ini aku sudah boleh pulang, Gery mengantarku ke rumah, karena Papa ada urusan bisnis yang tidak bisa ditinggal. “Makasih ya, Ger! kamu sudah mau mengantar kami sampai rumah!” ucapku pada Gery yang sedang sibuk menurunkan barang-barangku dari bagasi mobilnya. Mama menyuruh Gery masuk, dan mengajaknya untuk makan siang bersama. Sepertinya Gery dan Mama mulai akrab semenjak Gery menemani kami di rumah sakit. Selesai makan aku menemani Vino yang tertidur di dalam box bayi. “Tin, kamu disini?” ucap Gery menghampiriku. “Ger! sudah selesai makannya?” “Sudah, enak banget masakan asisten kamu!” “Syukurlah kalau kamu suka, Ger! oh ya Ger, makasih ya, kamu sudah mau nemenin aku selama dirumah sakit!” “Santai aja kali, Tin! Justru aku yang berterimakasi

  • Bukan Pemuas Nafsu   Pecah ketuban

    Aku mulai mempersiapkan semua barang-barang yang akan kubawa, disana aku akan memulai semuanya dari awal. Membuka lembaran baru dan melupakan masa lalu. Hari ini aku akan bertemu dengan Reo untuk perpisahan. Dia pasti sudah menungguku di bawah, aku harus segera menemuinya. “Hai, Re! Maaf lama menunggu!” sapaku pada Reo yang sudah menunggu di taman belakang rumahku. “Gak ko, Tin! Santai saja. Aku tau kamu pasti repot, kan?” jawab Reo datar. “Re! Makasih ya, selama ini kamu uda banyak membantuku, kalau gak ada kamu, aku gak tau gimana nasibnya hidupku ini!” “Ngomong apa sih, Tin! Santai aja kali. Oh ya Tin, kamu tau gak berita baru tentang Ayu dan Anto?”

  • Bukan Pemuas Nafsu   Pergi ke Singapore

    Dengan langkah gontai Anto pun terpaksa pergi dari sini, dia pergi bersama gundiknya. Terlihat penyesalan yang teramat dalam dari wajahnya. Namun, itu tidak akan merubah keputusanku. Sakit? Tentu! Ini benar-benar menyakitkan. Rumah tangga yang kubangun dengan penuh cinta kini hancur begitu saja karena kehadiran orang ketiga. Seandainya kamu tau, saat ini ada anakmu di dalam rahimku, aku yakin kamu pasti tidak akan mau bercerai denganku. Tapi itu tak mungkin terjadi. Karena kamu harus bertanggung jawab dengan anak yang ada di rahim Ayu. Ayu pergi dengan tatapan sinis, raut kebencian terlihat jelas di wajahnya. Begitu juga dengan Gery dan keluarganya, mereka pun berpamitan untuk pulang. Aku lelah, benar-benar lelah, aku ingin segera istirahat. **** Malam semakin larut, semua tamu undangan sudah pulang, begitu juga dengan Reo dan Beca, mereka berdua p

  • Bukan Pemuas Nafsu   Pergi dari sini sekarang juga!

    Kulihat jam di dinding sudah menunjukan pukul tujuh malam, aku harus segera turun ke bawah, kudorong tubuh Anto agar aku bisa terlepas darinya, dia benar-benar nafsu malam ini. “Uda sayang! Kita harus segera turun!” ucapku mengurai pelukan Anto. “Hmm, kalau malam ini bukan acara pesta ultahmu, aku mau kita bercinta malam ini! Kamu terlihat sempurna,” ucap Anto sambil membersihkan lipstik yang belepotan di bibirku. Aku segera merapikan penampilanku di depan cermin, dan memilih untuk tidak menanggapi ucapan Anto. Kami pun segera keluar dari kamar dan turun ke bawah untuk menemui para tamu undangan. Semua orang dirumah ini sudah bersiap, Mama sudah terlihat cantik mengenakan baju couple dengan Papa,

  • Bukan Pemuas Nafsu   Melumat bibirku dengan penuh nafsu

    Pagi hari>>>> Sebelum semua orang dirumah ini bangun, aku sudah terlebih dulu bangun, aku bergegas mandi dan sarapan sepotong roti gandum dengan selai stroberi. Aku juga telah mengirim pesan pada Gery agar menyuruh Ayu pulang, aku tidak ingin rencanaku gagal karena keberadaannya disini. “Selamat ulang tahun sayang!” ucap Mama yang baru turun dari kamar, ia memeluk dan menciumku, lalu menyodorkan sebuah paper bag berisi ponsel keluaran terbaru. “Makasih, Ma!” jawabku lalu mempererat pelukanku. Tak lama kemudian, Papa dan Alika turun membawa kue tart kecil di tangannya. “Selamat ulang tahun, Kak Tina!” ucap Alika memelukku.

  • Bukan Pemuas Nafsu   Akhirnya aku bisa tidur nyenyak malam ini

    “Lepasin, Ger! jangan macem-macem, jangan cari-cari kesempatan!” ucapku langsung menarik tangan yang sedang di sentuh Gery.Beberapa kali ponsel Gery berdering. Namun, Gery tidak menghiraukannya, dia pun tidak menjawab saat aku tanya panggilan itu dari siapa, dia terkesan acuh dan tak peduli.Hari semakin sore, aku harus segera pulang ke rumah Mama. Aku harus segera menyiapkan segala sesuatunya untuk acara besok malam.“Ger! aku pamit pulang dulu!” ucapku berpamitan pada Gery.“Biar aku antar kamu, Tin!” jawab Gery sambil beranjak dari kursinya dan berdiri tepat disampingku.“Gak usah, Ger! aku gak

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status