Perkataan Keysa seakan-akan terus berputar di dalam benak Kirana. Rasanya sangat sulit bagi Kirana untuk menerima dan percaya dengan apa yang dikatakan oleh Keysa. Apakah mungkin Kaivan memang sekejam itu hingga berencana untuk menjadikan dirinya sebagai rahim pengganti. Kirana yang teringat dengan semua perhatian dan tindakan penuh kasih yang ditunjukkan Kaivan padanya, merasa jika Keysa hanya mengatakan omong kosong. Atau lebih tepatnya berusaha untuk berpikri seperti itu.Kirana berusaha untuk tersenyum meremehkan dan berkata, “Apa kau pikir aku akan percaya dengan perkataanmu? Jelas itu hanyalah omong kosong.”“Kau jelas harus percaya. Karena sejak awal, sudah menjadi rencana bagi Kaivan menjadikanmu pengantin pengganti. Kaivan memintaku untuk menunggu hingga kau melahirkan, dan setelah itu Kaivan akan menceraikanmu dan menikah denganku. Selain itu, kami akan merebut anakmu yang nantinya akan Kaivan jadikan sebagai penerus. Karena sejak awal, aku sudah mengatakan pada Kaivan ia t
Helga dan Rama berlari memasuki kediaman putra mereka yang tiba-tiba terlihat beraura suram. Keduanya terlihat begitu cemas hingga keduanya memasuki aula luas yang biasanya difungsikan untuk tempat diselenggarakannya pesra. Di sana, terlihat Kaivan yang beridiri di hadapan para pelayan dan pengawal yang berbaris dengan kepala tertunduk. Helda dan Rama jelas bisa melihat bahwa jika saat ini Kaivan tengah marah besar. Kemarahan yang belum meluap dan masih menunggu waktu kapan meledak.Citra, sang kepala pelayan berkata, “Maafkan kami, Tuan.”Namun, Kaivan tidak menjawab dan hanya melihatnya dengan dingin. Hingga Joan pun menyadari kehadiran kedua orang tua Kaivan dan menyapa keduanya dengan hormat. “Selamat datang Tuan dan Nyonya,” ucap Joan membuat Kaivan sedikit rileks lalu berbalik untuk menatap kedua orang tuanya.“Ibu kenapa ada di sini?” tanya Kaivan lembut.Meskipun terkenal sebagai seseorang yang dingin dan terkadang bersikap kejam, tetapi Kaivan adalah seorang putra yang berbak
“Hati-hati di jalan, Tika,” ucap seorang pemilik kafe pada Tya.Benar, kini Tya memiliki nama Tika. Ia sengaja melakukan hal itu menyembunyikan identitasnya. Karena upayanya dan Kirana untuk melarikan diri dari Kaivan, salah satu cara yang mereka gunakan adalah mengganti nama mereka untuk mengaburkan jejak. Karena pengalaman hidup bertahun-tahun di jalanan ketika dirinya masih muda, Tya tahu cara seperti apa yang harus ia gunakan untuk menghindari pengejaran serta mengaburkan jejaknya.Saat Tya mendengar cerita Kirana mengenai rencana Kaivan, Tya saat itu merasa begitu marah. Ia pikir, Kaivan adalah pria baik yang bisa membahagiakan Kirana. Meskipun mereka menikah dengan cara yang tidak terduga, Tya berharap bahwa Kaivan memang bisa membahagiakan Kirana pada akhirnya nanti. Namun sayangnya, semua harapan dan ekspektasi Tya untuk Kaivan hancur begitu saja. Rasanya, Tya ingin menghajar pria itu ketika mendengar cerita Kirana. Namun, Tya tahu jika ada hal yang lebih penting yang perlu ia
“Tuan, sudah bisa dipulihkan,” ucap seorang pria berkacamata pada Kaivan yang tengah duduk dengan menutup matanya dengan erat di sebuah ruangan yang salah satu sisi dindingnya dipenuhi oleh monitor komputer canggih.Sebelumnya, Kaivan sibuk kepalang. Ia membuat bisnis keluarga Wirasana satu per satu mengalami kemerosotan yang tajam. Sebenarnya itu bukan hal yang sulit bagi Kaivan. Ia bisa membuat perusahaan lawannya dengan mudah hancur begitu saja karena sudah berani menghalangi jalannya. Namun, Kaivan memerlukan upaya yang lebih keras, untuk menghancurkan bisnis-bisnis keluarga Wirasana. Sebagai seorang kepala keluarga yang belum tergantikan, Nadya ternyata memiliki kendali sepenuhnya pada semua bisnis dan semuanya tertata rapi.Saking tertata rapinya, Kaivan bahkan hampir mustahil untuk menemukan celah. Namun dengan kemampuan dan pengalamannya, Kaivan berhasil untuk menemukan celah yang susah payah ditutupi oleh Nadya. Kaivan tentu saja tidak membuang waktu untuk memborbardir semua
Kirana tampak pucat pasi, dan hal itu membuat Tya sangat cemas. Kirana yang menyadari hal itu tentu saja tersenyum lalu berkata, “Jangan merasa cemas seperti itu. Aku baik-baik saja.”Tya menggeleng dan menggenggam tangan Kirana dengan erat. “Kakak sama sekali tidak baik-baik saja. Ini sudah kelima kalinya Kakak muntah, dan Kakak sampai sekarang belum makan dengan benar. Jika seperti ini terus, kondisi Kakak pasti akan semakin memburuk. Lebih baik kita pergi untuk memeriksa kondisi Kakak,” ucap Tya sama sekali tidak bisa menyembunyikan kecemasan yang tengah dirasakan olehnya.Kecemasan Tya bukannya tanpa dasar. Saat ini kondisi Kirana memang cukup buruk. Selain terus muntah dan tidak bisa makan dengan baik, terkadang suhu tubuh Kirana melonjak ketika tengah malam tiba. Namun, Kirana berkata jika kondisinya sama sekali tidak perlu dicemaskan. Itu adalah efek dari kehamilannya yang memang sudah menginjak usia delapan bulan.Tanpa sadar, sudah dua bulan lamanya Tya dan Kirana hidup dalam
Kirana membuka kedua matanya yang terasa begitu berat. Secara perlahan, Kirana berkedip untuk beradaptasi dengan cahaya yang masuk ke dalam retinanya. Setelah beberapa saat, Kirana pun sadar jika dirinya saat ini tengah berada di rumah sakit. Selain ruangan serba putih yang mengingatkannya dengan tempat tersebut, aroma yang hanya bisa ditemukan di rumah sakit kini tengah memenuhi rongga pernapasannya. Agak kurang nyaman, tetapi Kirana yang tengah lemah tidak bisa mengatakan ketidaknyamanan yang tengah ia rasakan dengan leluasa. Hingga, Kirana mendengar sebuah suara yang cukup familier di telinganya.“Astaga, menantu cantik Ibu sudah bangun,” ucap Helga lalu terburu-buru mendekat ke ranjang rawat Kirana.Sementara Rama yang melihat Kirana sudah sadar segera menghubungi dokter dan suster yang bertanggung jawab terhadap Kirana. Lalu Rama mendekat pada Kirana dan berkata, “Tenanglah. Sekarang kau dan janin dalam kandunganmu telah aman.”“A—“ Kirana tidak bisa melanjutkan perkataannya kare
“Semuanya akan baik-baik saja. Aku berjanji,” bisik Kaivan pada Kirana yang terlihat begitu gelisah.Saat ini, Kirana dan Kaivan tengah berada di ruang bersalin. Karena ternyata proses persalinan Kirana harus segera dilakukan karena kondisi kandungan Kirana yang tiba-tiba mengalami masalah. Beberapa jam setelah Kirana tahu bahwa Kaivan adalah cinta pertamanya, dan semua kebenaran mengenai masalah yang terjadi, tiba-tiba Kirana merasakan kontraksi. Lalu dokter yang bertanggung jawab menyatakan jika proses persalinan harus segera dilakukan. Tentu saja persalinan cesar adalah satu-satunya pilihan untuk mereka.Untungnya, pihak rumah sakit memang sudah bersiap siaga. Persalinan segera dipersiapkan. Kaivan menemani Kirana di dalam ruang persalinan, karena Kirana sama sekali tidak mau melepaskan tangan Kaivan. Sementara Helga, Rama, Joan, dan Tya menunggu di luar ruangan. Keempatnya berdoa dengan khusu untuk keselamatan Kirana dan calon penerus keluarga Maheswara tersebut. Kaivan sendiri se
Perkataan yang ia dengar sepertinya bisa membuat Nadya yang semula terlarut dengan kenangannya sendiri tersadar. Orang yang semula ia kira adalah Sandy, bukanlah putranya, melainkan seorag perempuan muda yang tak lain adalah cucu yang selama ini tidak pernah Nadya akui. Saking tidak mau mengakuinya, Nadya bahkan tidak pernah mau melihat wajahnya setelah kematian putra pertama yang sangat ia sayangi.Jadi, Nadya tidak tahu jika ternyata Kirana, cucu yang tidak ia akui, tumbuh dengan memiliki sorot mata yang begitu mirip dengan Sandy, hingga membuat kerinduan yang selama ini Nadya pendam membuncah begitu saja. Kerinduan yang membuatnya sama sekali tidak bisa menahan air matanya. Jika saat ini Sandy masih hidup, ia tidak mungkin merasa sesedih ini. Jika saja, Nadya bisa mengulang waktu. Nadya mungkin akan belajar menerina kehadiran Gintari di tengah-tengah keluarganya.Semakin dilihat, semakin mirip rasanya Kirana dengan Sandy. Hal itu membuat Nadya yang selama beberapa hari ini tidak bi