Share

Telepon Aneh

“Kau?” tanya Langit heran ketika melihat ke sumber suara. Karena dia sangat hafal dengan wajah itu, wajah yang telah membuatnya masuk ke dalam penjara.

Lelaki yang bernama Dion yang tidak lain adalah mantan suami Jingga itu tersenyum sinis. “Mengapa kau terkejut?”

Langit terdiam, dia segera meminta Biru untuk masuk ke kelas. Dan dia akan menghadapi Dion dan pengawalnya, apapun yang terjadi karena Langit teringat akan perjanjiannya kepada Jingga kalau dia tidak boleh mengabaikan Biru.

Langit baru tahu kalau mantan suami Jingga adalah orang yang pernah bermasalah dengannya. Dan Langit yakin itu adalah alasan Jingga tahu semua tentangnya dan membebaskannya dari penjara.

Langit merasa kesal, karena dia baru sadar kalau telah masuk ke dalam permainan Jingga.

“Perempuan itu ternyata sangat licik. Dia ingin berlindung dari mantan suaminya, dan akulah yang dijadikan umpannya.” Langit membatin dalam hatinya. Apalagi dia tahu kalau Dion akan merebut dan melakukan apa saja untuk mengambil Biru.

“Kenapa kau terkejut?” tanya Dion lagi sambil terkekeh.

“Saya tidak ada urusan denganmu!” jawab Langit.

“Oh tentu ada, karena sekarang kau yang menjadi suami Jingga dan mengantarkan anak saya ke sekolah. Jelas kita ada urusan,” jawab Dion semakin mendekat.

Langit menahan dirinya untuk tidak terpancing dengan Dion, karena itu pastinya akan menimbulkan masalah. Sedangkan ini adalah hari pertama dia menjaga Biru, dan juga dia belum mendapatkan bayarannya sesuai yang dijanjikan oleh Jingga.

“Berikan Biru kepadaku, maka kau akan kulepaskan!” ancam Dion kepada Langit.

“Jangan libatkan saya dalam permasalahan kalian, dan kalau masalah itu silakan hubungi Jingga. Karena yang saya tahu kalau hak asuh Biru jatuh ke tangan Jingga. Dan Jika kau memaksa membawa Biru tanpa sepengetahuan Jingga, maka kau akan dilaporkan kepada pihak yang berwajib dengan tuduhan penculikan!” jawab Langit dengan tegas.

Sontak saja jawaban dari Langit mmebuat Dion meradang, dia ingin menghajar Langit namun teringat kalau tulang rahangnya pernah bergeser akibat serangan dari Langit. Meskipun Langit terlihat sedikit kurus, tapi dia memiliki tenaga yang tidak bisa diremehkan.

“Jadi, jangan pernah mencoba untuk merebut Biru selagi dia sedang bersamaku!” tegas Langit lagi kepada Dion.

Dion mengangkat tangannya untuk menampar wajah Langit, namun dengan cekatan Langit menangkap tangan itu dan memelintirnya dengan keras.

“Jangan mencoba memancingku melakukan kekerasan lagi, apa kau mau kali ini tanganmu ini yang aku patahkan?” tanya Langit sambil melepaskan tangan Dion dengan kasar, membuat lelaki itu meringis menahan sakit.

Dion memberikan kode kepada dua pengawalnya untuk menyerang Langit. Pantang baginya kalah dari orang seperti Langit untuk yang kedua kalinya.

Dengan beberapa kali pukulan dari Langit yang mengenai bagian vital kedua pengawal itu, mereka tumbang dan meringis. Sementara itu, satpam sekolah datang melerai mereka.

“Jangan membuat kekacauan disini!” bentak sang satpam.

“Pak, kalau mereka datang lagi dan menjemput atau mau bertemu dengan Biru jangan berikan izin! Mereka ingin menculik Biru,” ujar Langit sambil menunjuk kea rah Dion dan pengawalnya sehingga membuat orang-orang yang sudah berkerumun mulai menghakimi mereka. hingga akhirnya mereka pergi dengan penuh amarah yang terpancar di wajah Dion.

Langit hanya menghela nafas berat setelah kepergian Dion, dia tidak menyangka akan bertemu lagi dengan lelaki mesum yang sudah merusak masa depan salah satu adiknya, karena merasa malu adiknya akhirnya memilih putus sekolah dan hanya membantu pekerjaan yang ada di panti.

“Aku akan membunuhmu, Dion!” batin Langit dengan tangan terkepal.

Langit menunggu di area parkiran selama Biru sedang berada di sekolahnya. Dia tidak mungkin meninggalkan Biru disana. Karena bisa saja Dion datang lagi.

Kring! Kring!

Langit hampir saja terlelap duduk di bawah sebatang pohon besar di area parkiran, dan ponselnya berdering dengan sangat keras. Dia sendiri bahkan terkejut mendengar suaranya.

Sebuah nomor tidak dikenal memanggilnya. Dengan malas, Langit menggeser tombol hijau karena biasanya tawaran hutang online lah yang selalu mengganggunya.

“Halo,”sapa Langit pelan.

“Tuan Langit Lubasya Gauri, anda segera diminta untuk datang ke hotel Araka. Papa anda menunggu disana jam dua siang ini!” ujar suara di ujung telepon tanpa menjawab salam dari Langit.

Langit mengepalkan tangannya karena kesal, dia merasa sedang dipermainkan oleh si penelepon.

“Kalau hanya untuk main-main dan menipu kau salah orang! Aku tidak memiliki apapun yang bisa kau peras!” jawab Langit marah. Karena Langit yakin kalau itu adalah telepon penipuan yang sedang marak terjadi di masyarakat. Penelepon akan menguras uang korbannya dengan hipnotis suara.

“Saya tidak main-main, datanglah tepat waktu kalau tidak kami akan menjemput paksa!’

Tut!

Sambungan telepon terputus.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status