Brian berdiri di dalam kelas XI-A. Kelas yang memang diisi oleh murid-murid yang berasal dari keluarga kolongmerat. Tidak ada satu pun murid miskin di sana. Semua yang masuk ke sana sudah dipastikan memiliki uang jajan harian yang melebihi gaji para guru yang ada di sekolah.
Brian menatap bingung Yoshiro yang sedang terlihat mendorong kursi roda Serena. Dan sepertinya ingin membawa perempuan itu ke ruang makan. Tidak lama pandangan Brian beralih menatap ke seorang wanita yang tiba-tiba saja datang dan berdiri di sisinya. Mingzu. "Apakah kamu sudah makan? Kebetulan keluargaku membeli sebuah restoran besar di pusat kota. Maukah kamu ke sana bersamaku? Aku ingin meminta penilaianmu terhadap rasa makanan di restoran keluargaku," tanya Mingzu dengan penuh semangat. "Tidak bisa. Temanku sudah menyewa sirkuit dan kami akan berlomba di sana. Aku ingin mencoba seberapa kencang mobil baruku," tolak Brian. "Bagaimana kalau setelah itu?" "Aku akan memikirkannya nanti." Mingzu sangat terobsesi dengan Brian. Dan, ya, itu adalah hal yang wajar. Tidak ada satu pun wanita yang tidak menyukai laki-laki itu. Berwajah tampan dengan harga bergelimang. Anak dari perdana menteri. "Kenapa dia masih di sini? Apakah kamu tidak mengerahkan anak buahmu?" tanya Brian menatap ke arah luar jendela. "Hee, siapa yang maksudkan?" tanya Mingzu balik dengan rasa bingung. "Murid beasiswa. Aku tidak tau namanya." "Ah, anak itu. Aku sudah sebenarnya sudah menyewa kelompok White Owl untuk menyingkirkannya. Namun entah mengapa, kelompok mafia itu kalah." Kening Brian mengkerut. White Owl bukanlah sekelompok mafia sembarangan. Kelompok itu berada di titik puncak kejahatan. Tidak pernah kalah. Dan tidak pernah gagal dalam menjalankan tugas. Baru kali ini, Brian mendengar bahwa para penguasa dunia bawah itu kalah. Mingzu adalah anak dari anggota dewan perwakilan rakyat. Seharusnya Mingzu bisa dengan mudah menyingkirkan Yoshiro hanya dengan sekali gerak. Namun ternyata tidak. "Bukankah kamu merasa ada yang aneh padanya? Apakah menurutmu anak dari kalangan bawah sepertinya bisa berada di sini dengan mudah?" tanya Brian. "Apakah menurutmu, ada seseorang dengan kekuasaan sama seperti keluarga kita di belakangnya?" tanya Mingzu balik. "Aku tidak paham." Para murid beasiswa lainnya merasakan tekanan yang sangat besar saat bergabung dengan High School Scarlt. Tekanan yang membuat mereka bahkan tidak pernah berani berpapasan dengan anak-anak dari kelas elite. Namun Yoshiro berbeda. Laki-laki itu dengan bebas bergerak ke mana pun. Dan tak kadang membuat keributan. Seakan-akan percaya diri bahwa dirinya akan baik-baik saja jika memang harus berhadapan dengan orang-orang pemerintahan. "Bukankah seharusnya kamu mulai berhati-hati sekarang?" tanya Brian melirik ke arah Mingzu. "Berhati-hatilah? Untuk apa?" tanya Mingzu kebingungan. "Kamu melemparkan sebuah pisau ke arahnya. Dan itu tidak mengenainya. Pisau itu bisa saja berbalik ke arahmu, jika memang ingin melakukannya. Nyawamu dan karier keluargamu berada di tangannya saat ini." "Orang sepertinya? Kamu lucu sekali. Dia bahkan tidak berasal dari keluarga menengah ke atas. Dia hanya anak biasa dari kalangan bawah. Tidak mungkin orang sepertinya bisa membahayakan posisi keluargaku." "Kalau memang begitu, kenapa kamu tidak bisa menyingkirkannya dalam sekali perintah?" "Entahlah. Mungkin memang para mafia itu saja yang lemah. Aku akan menyewa kelompok mafia lain untuk menyingkirkannya." Brian ragu Mingzu melakukan itu. Kelompok mafia nomor satu saja tidak bisa menyingkirkan Yoshiro. Apalagi kelompok mafia yang peringkatnya di bawah White Owl. "Apakah kamu merasa terganggu dengan kehadirannya? Sangat jarang ada orang yang berhasil mendapatkan perhatianmu," tanya Mingzu. "Tidak. Namun entah mengapa, aku merasa dia adalah orang yang berbahaya. Apalagi dengan kejadian kemarin. Dia tidak ragu melukai semua orang yang ingin menyentuh Serena," balas Brian. "Bukankah kamu bisa dengan mudah mengakses dan mencuri data pribadinya?" "Aku sudah melakukannya. Namun yang tertulis di sana biasa-biasa saja. Tidak ada yang istimewa. Dia tidak memiliki hubungan darah dengan orang-orang yang ada di pemerintahan." "Kalau begitu, bukankah artinya orang yang ada di belakangnya adalah orang-orang yang dekat dengan Serena?" "Maksudnya?" "Serena sedang dalam posisi buruk. Serena tidak bisa menjaga dirinya sendiri. Jadi kemungkinan ada orang dari pihak Serena yang mencari orang untuk melindungi Serena. Dan pilihannya jatuh pada Yoshiro. Dengan kesepakatan Yoshiro melindungi Serena. Dan keluarga Serena akan melindungi Yoshiro saat Yoshiro terlibat dalam masalah hukum." Brian mengangguk. Penjelasan yang masuk akal. Mengingat ayah Serena adalah komisaris. Memiliki pangkat. Dan bisa menggunakan kekuatan hukum untuk melindungi kepentingan pribadinya. Namun hanya dengan pangkat komisaris saja, seharusnya tidak bisa semena-mena dengan anak dari seorang dewan perwakilan rakyat. Sehingga sekarang ada dua kemungkinan yang terlintas di benak Brian. Pertama adalah Yoshiro sejak awal memang orang nekat. Yang menyerang secara membabi buta untuk melindungi orang yang ingin dilindunginya. Tidak memperdulikan siapa musuhnya. Lalu yang kedua adalah ada orang lain, dengan posisi lebih tinggi dari komisaris polisi yang melindungi Yoshiro.Sheila menggaruk keningnya saat melihat ada banyak sekali laporan perusahaan yang menumpuk di meja kerjanya. Sheila sudah bergabung dengan perusahaan milik Keluarga Olivia semenjak keberangkatan Yoshiro ke Jepang sebelas tahun lalu.Selama sebelas tahun itu, Yoshiro dan Ivona selalu menyempatkan waktu untuk kembali dan menemui Sheila. Namun satu tahun ke belakangan ini kedua orang itu sama sekali tidak memberikan tanda-tanda bahwa akan kembali. Membuat Sheila sedikit takut jika seandainya ada sesuatu yang buruk terjadi pada mereka.Perhatian Sheila teralihkan saat mendengar ada suara ketukan pintu. Ia merasa malas karena ia yakin itu adalah salah satu bawahannya yang membawa dokumen untuk diperiksa."Masuk," ujar Sheila dengan suara lemas.Pintu terbuka. Namun tidak terlalu lebar. Sheila memandangi pintu itu, bertanya-tanya siapakah orang yang sedang mengerjainya. Serena? Tidak, Sheila yakin itu bukan Serena. Karena pada jam seperti sekarang, Serena masih berada di universitas dan bar
Yoshiro dan Ivona sudah berada di Jepang selama beberapa minggu. Dan mereka lebih sibuk dari biasanya. Bahkan Mereka lebih banyak menghabiskan waktu di kantor daripada di rumah. Namun semuanya mulai membaik setelah dua minggu berlalu.Ivona sudah mulai bisa bernafas lega dan pulang ke rumah lebih awal. Sedangkan Yoshiro juga sudah mulai berhasil mengikuti lebih banyak kelas di universitas tempatnya berkuliah.Seperti saat ini, Yoshiro dan Ivona sedang berada di cafe kecil. Ivona menikmati kopi hitam. Dan Yoshiro menikmati minuman cokelat hangat."Aku akan mulai menyerahkan tanggung jawab beberapa perusahaan pada CEO yang aku tunjuk mulai minggu depan. Jadi kemungkinan aku akan memimpin satu perusahaan utama dan hotel yang kamu pegang sekarang," ujar Ivona memegang gelas kopinya dengan kedua tangan untuk memastikan seberapa panas kopi itu."Aku rasa tidak masalah jika aku yang masih memimpin hotel itu. Lagipula membiarkanmu bekerja sendiri, itu tidak masuk di akalku. Lebih baik kamu me
Yoshiro menghela nafas sambil memandang ke arah pantai. Ia melepaskan segala penatnya setelah selama seminggu dirinya harus fokus pada ujian akhir sekolahnya. Dan kini ia sudah berhasil melewati itu semua. Hanya sisa pengambilan berkas nilai. Lalu acara kelulusan siswa.Pandangan Yoshiro teralihkan dari ombak pantai saat melihat sebuah mobil putih menuju ke arahnya dan berhenti tepat di hadapan mobilnya. Pemilik mobil itu keluar. Kening Yoshiro mengkerut. Ia mengenal siapa perempuan itu. Yang menjadi pertanyaannya sekarang adalah kenapa perempuan itu ada di sini? Bukankah seharusnya perempuan itu berada di kantor untuk menyelesaikan tugasnya?Ivona Olivia. Pemimpin Keluarga Olivia yang sebentar lagi akan berpindah ke Jepang untuk membangun beberapa perusahaan baru bersama Yoshiro."Apakah ada masalah?" tanya Yoshiro menghadap Ivona."Tidak ada. Aku sempat melacak mobilmu dan melihatnya menuju ke arah pantai. Aku berpikir bahwa kamu sedang bersama seseorang di sini. Jadi aku ke mari,"
Yoshiro terkejut saat Ivona datang ke kantornya dan masuk ke dalam ruang kerjanya. Perempuan itu masih menggunakan setelan jas berwarna hitam. Menandakan bahwa perempuan itu langsung menemuinya setelah melakukan rapat penting di kantor utama. "Kenapa?" tanya Yoshiro bangkit dari kursi kerjanya."Tidak ada. Aku hanya ingin mengajakmu makan siang. Kita sudah lama tidak makan bersama bukan?" jawab Ivona menutup pintu."Bukankah akan menjadi masalah jika ada orang yang melihat kita bersama?""Kita makan di sini. Aku sudah memesan makanan. Dan akan diantar oleh Yuri.""Kenapa tidak makan nanti setelah pulang dari kantor saja?""Aku ingin makan sekarang. Kenapa? Apakah tidak boleh?""Boleh."Ivona duduk di sofa. Lalu Yoshiro pun duduk di samping Ivona. Ivona merangkul tangan Yoshiro. Dan menyandarkan kepalanya pada bahu Yoshiro."Aku belum membelikanmu hadiah ulang tahun. Kemarin pun tidak sempat merayakannya karena kamu pulang tengah malam," ujar Ivona."Tidak masalah. Kita sudah sama-sam
Yoshiro berjalan mengendap-endap saat memasuki kamar. Karena ia melihat ada tubuh Ivona terbaring di atas kasurnya. Ia tidak mengerti mengapa perempuan itu akhir-akhir ini lebih sering tidur di kamarnya. Namun itu jelas-jelas membuatnya tidak memiliki banyak ruang.Secara hati-hati, Yoshiro melepas jas dan sepatunya. Lalu duduk di kasur secara perlahan supaya tidak membuat kasur bergoyang. Namun tiba-tiba saja tubuh Ivona bangkit dan membuat Yoshiro terkejut."Kenapa kamu baru pulang?!" tanya Ivona dengan nada keras."Aku bertemu dengan teman lamaku. Bukankah aku sudah mengirim pesan tadi?" balas Yoshiro dengan nada lemah karena takut."Kamu hari ini ulang tahun! Kenapa kamu tidak bertemu dengan temanmu besok atau lusa saja?! Seharusnya kamu menghabiskan hari ini bersamaku!""Aku tidak pernah merayakan hari ulang tahunku. Aku pikir tidak ada perayaan spesial hari ini. Dan aku pikir kamu tidak tau. Jadi aku minum bersama temanku sepulang kerja.""Kamu minum?""Sedikit.""Berapa orang?"
Keenan mendatangi club malam yang selalu menjadi tempat berkumpulnya dengan anggota kelompok White Owl. Ia datang bukan untuk bertemu dengan client yang ingin menyewa jasa kelompoknya. Melainkan karena ia mendapatkan kabar bahwa ada seorang laki-laki mengamuk di bar dan menghantam seluruh orang termasuk seluruh anggota White Owl yang sedang asik berdansa di sana.Saat memasuki club, sama sekali tidak ada suara musik terdengar. Bahkan tidak ada suara-suara orang. Benar-benar senyap. Saat Keenan mulai masuk lebih dalam, Keenan bisa melihat ada banyak sekali orang terkapar di lantai dengan luka memar dan beberapa bagian wajah mengeluarkan darah. Di antara semua orang yang jatuh pingsan itu, ada seorang laki-laki menggunakan jas sedang duduk di kursi meja bar. Dengan gelas kecil dan sebotol minuman beralkohol."Apa kamu ke sini untuk membunuhku?" tanya Keenan pada laki-laki itu.Remaja itu memutar badannya. Dan saat itu Keenan bisa melihat jelas sosok laki-laki yang telah mengacaukan mar