Beranda / Romansa / Bukan Perawan Kegatalan / 1. Julukan Menyebalkan

Share

Bukan Perawan Kegatalan
Bukan Perawan Kegatalan
Penulis: pramudining

1. Julukan Menyebalkan

Penulis: pramudining
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-15 10:24:19

Happy Reading

*****

"Kegatalan banget jadi cewek. Belum juga setahun jadi model sudah sok kecakapan," kata salah seorang perempuan yang memakai dress pendek selutut.

Beberapa perempuan lainnya yang sudah selesai make up dan tinggal menunggu giliran pemotretan menatap wanita berambut lurus melebihi bahu itu dengan sinis.

"Banget. Tidak mungkin Pak Aryan mau dengan cewek kampungan model begitu. Pasti dia merayu Pak Aryan dengan tubuhnya," kata yang lain.

Wanita yang diperbincangkan masih diam. Lebih baik, dia menyelesaikan riasannya dan segera keluar dari ruangan tersebut. Gosip seperti itu sudah sering sekali dia dengar semenjak sang atasan sekaligus anak dari pemilik garment sering mengantarnya pulang.

Baru akan menyelesaikan riasan wajahnya, si wanita dikejutkan dengan kedatangan lelaki yang dibicarakan tadi. Bisik-bisik itupun kian berdengung.

"Ikut aku sebentar," kata seorang lelaki dengan kulit kuning langsat serta bulu mata lentik. Siapa pun yang memandang pasti akan terpesona dengan sosok lelaki tersebut, demikian juga Hanum Prabawati.

"Ke mana, Mas?" Hanum yang masih menyapukan make up pada wajah, berkata lirih pada lelaki yang beberapa bulan ini semakin dekat dengannya. Bisa dikatakan mereka berdua saat ini sedang menjalin hubungan sebagai pasangan kekasih.

Walau banyak gosip miring terus berdengung tentang mereka, terutama Hanum. Wanita itu dianggap tidak pantas menjadi pendamping Aryan sang putra mahkota.

"Mas punya rancangan gaun khusus untukmu." Aryan sengaja membelai pipi wanitanya. Terlihat gemas dengan rona merah di sana. Seringkali, lelaki itu ingin menerkam Hanum, tetapi niatnya selalu saja ada yang menghalangi.

Seperti saat ini. Aryan tidak mungkin mencium bahkan bermesraan dengan gadis itu di tempat ramai. Terpaksa sang lelaki menahan segala keinginannya. Dia pun menghela napas panjang demi meredam sesuatu yang mulai muncul.

Binar kebahagiaan langsung terpancar dari kedua mata Hanum. Selalu saja, lelaki pemilik nama Aryan Putra Lingga itu bisa melambungkan hatinya. Menjadikannya seorang gadis yang sangat beruntung dengan segala perhatian dan kasih sayang. Sikap lembut serta tidak pernah macam-macam dengan tubuhnya menjadi poin plus terhadap Aryan.

Tanpa menunggu lama, Aryan meraih pergelangan kanan Hanum karena wanita itu tengah melamun. Menyusupkan jemarinya yang jauh lebih besar diantara jemari si gadis yang kurus. Mengajaknya keluar dari ruang ganti para model.

"Mas Aryan," panggil Hanum manja. Pasalnya, dia malu saat putra si bos menggandeng tangannya semesra ini. Beberapa pasang mata menatapnya dengan tidak suka.

Bukannya Hanum tuli dan mengabaikan bisik-bisik sesama rekan kerja selama ini. Namun, dia melindungi mentalnya sendiri untuk tidak menanggapi ujaran negatif tentang hubungan dengan Aryan.

"Kenapa?" Aryan menatap memuja pada wanita di hadapannya.

"Malu dilihatin yang lain. Lepas dulu dong pegangannya." Garis bibir Hanum ditarik ke atas dengan mata berkedip-kedip supaya si lelaki melepaskan tautan jemarinya.

"Kenapa mesti malu. Kita tidak berbuat hal yang melanggar norma. Ayo." Bukannya melepas jemari Hanum, Aryan malah mengeratkan tautan jemarinya. Tatapan memuja dia berikan, seolah hanya ada mereka berdua di tempat tersebut.

Seperti terhipnotis oleh pesona Hanum, Aryan menggerakkan wajahnya mendekat hingga jarak mereka berdua kini tinggal satu senti saja.

"Ehem." Sebuah suara menginterupsi keduanya.

"Ada apa?" Aryan menatap orang yang  berdeham tadi dengan tidak suka.

"Bisa tidak mesra-mesraannya ditunda dulu. Hanum harus bekerja sekarang, Mas."

Sangat berani sosok perempuan itu menghentikan tingkah sang atasan. Tidak seperti karyawan lainnya.

"Apa?" tanya Aryan dengan tampang menakutkan, tetapi sosok perempuan yang menginterupsi tadi tak gentar.

"Waktunya sudah mepet, Mas. Kalau Hanum terus kamu ganggu, aku bisa kenal marah Pak Lingga," kata Laras.

Aryan berdecak. "Segeralah mengikuti si cerewet itu, Num. Setelahnya, ikut Mas, ya."

Mengangguk dengan patuh, Hanum mengikuti Laras.

*****

Hampir satu jam melakukan pemotretan kini Hanum sudah menyelesaikan pekerjaannya. Bersiap pergi dengan Aryan. Namun, baru sejengkal kakinya melangkah keluar dari ruangan pemotretan. Tampak wajah Dirga.

"Hai, Pak Dirga," sapa Aryan.

"Hai." Dirga menatap tidak suka pada putra sang pemilik garment. "Mau kamu bawa ke mana dia?"

"Bukan urusanmu. Dia bukan bawahanmu untuk hari ini. Jadi, tidak perlu sok peduli." Arya menarik tangan Hanum agar segera mengikutinya.

Wanita itu menatap Dirga dengan perasaan tidak enak. Cepat, Dirga menyusul langkah Aryan dan menghentikannya.

"Bisa bicara berdua, Pak?" kata Dirga begitu formal.

Aryan melepaskan pegangan tangannya pada Hanum. Dia sedikit menjauh untuk bisa berbicara dengan Dirga.

"Katakan apa yang mau bicarakan, Ga. Waktuku tidak banyak."

"Apa kamu benar-benar mencintai Hanum?" tanya Dirga tak bisa lagi menutupi keinginan untuk mengetahui langsung dari yang bersangkutan.

"Tentu saja. Apa masalahmu sampai menanyakan ha pribadi seperti itu? Ingat, ya, kamu itu cuma bawahan di garment milikku. Jadi, jangan mencampuri urusan atasan. Mengerti?" Aryan berkata dengan penuh penekanan. Dia juga sedikit mendorong tubuh Dirga agar lelaki itu tahu posisinya saat ini.

Hendak berbalik dan kembali pada gadisnya, tangan Aryan dicekal oleh sang bawahan. "Jika memang mencintainya. Tolong perlakukan Hanum dengan baik. Dia gadis polos, jangan sakiti hatinya atau aku ...."

"Kenapa dengan kamu?" Aryan menantang Dirga. Dia ingin tahu kelanjutan kalimat yang diucapkan tadi.

"Lupakan!" ucap Dirga yang langsung pergi meninggalkan atasannya tersebut.

Sedikit merasa aneh dengan obrolan keduanya, Hanum bertanya pada Aryan ketika mereka sudah berada dalam mobil. "Mas Dirga ngomong apa?"

"Tidak ada," jawab Aryan acuh. Dia terus mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. "Apa kalian berdua cukup dengan sampai kamu juga memanggilnya dengan sebutan Mas?"

"Bukan begitu, Mas. Aku sama Mas Dirga, hanyalah rekan kerja saja. Dia atasanku di bagian produksi. Karena dia juga akhirnya aku menjadi model seperti sekarang," jelas Hanum. Suaranya terdengar bergetar karena takut Aryan salah paham dan menyangka bahwa dia gadis murahan dan gampangan yang hanya mengejar harta para pria-pria berjabatan tinggi serta berharta.

Tak disangka, Aryan malah tersenyum. Dia mengelus rambut lurus Hanum. "Jangan takut, jika tidak ada hubungan apa pun antara kalian. Mas, cuma takut kamu terpesona pada ketampanan dan perlakuan manis Dirga. Dari yang Mas dengar tentangnya, dia selalu berbuat manis pada gadis-gadis cantik. Takut saja kalau kamu terjerat juga."

Hanum melebarkan mata. "Kata siapa Mas Dirga manis pada cewek-cewek. Benernya itu, dia tengil banget. Cewek-cewek di bawah naungan divisinya semua ogah deket sama dia. Dia bukan tipe perayu, tapi tipe menyebalkan."

"Kok, kamu malah belain dia. Kamu punya rasa sama Dirga?"

Tubuh Hanum menegang mendengar pertanyaan Aryan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bukan Perawan Kegatalan   120. Indah Kebersamaan

    Happy Reading*****"Apakah saya harus keluar," tanya Dirga. Dia sendiri bingung harus berbuat apa jika tetap di dalam. Namun, untuk meninggalkan sang istri yang tengah berjuang melahirkan buah hatinya yang diprediksi perempuan, dia tidak sanggup."Sebaiknya di sini saja, Pak. Bu Hanum lebih membutuhkan kehadiran Pak Dirga," ucap sang dokter.Keluar dan memanggil para perawat serta bidan. Beberapa saat kemudian, mereka semua masuk dan langsung menangani Hanum. Dirga bahkan diminta untuk berada di belakang sang istri dan membantu proses persalinan.Tak terhitung berapa banyak ketegangan yang kini dialami lelaki yang akan segera menjadi ayah yang sebenarnya dari putri kandungnya sendiri. Bulir-bulir keringat mulai turun. Andai bisa menggantikan posisi Hanum saat ini, tentu sudah lelaki itu lakukan. Hanum begitu banyak mengeluarkan tenaga demi menghadirkan buah hati mereka ke dunia ini. Kedua tangannya mencengkeram erat pergelangan Dirga hingga lelaki itu juga merasakan kesakitan. Namun

  • Bukan Perawan Kegatalan   119. Panik Lagi

    Happy Reading*****"Ma, Bunda kenapa?" tanya Azri yang ikut-ikutan panik ketika mengetahui Hanum memegangi perutnya. Tak jarang wanita berperut buncit itu mendesis kesakitan."Bunda sakit perut, Sayang. Kayaknya dedek mau minta keluar," jelas Sabrina, "Mbak, bisa minta tolong panggilkan orang rumah.""Manggil siapa, Bu?" tanya si Mbak yang membantu menjaga Azri selama Sabrina dinyatakan hamil."Siapa saja boleh. Papa kan selalu ada di rumah. Katakan pada beliau jika Mbak Hanum mulai merasakan sakit perut. Kalau ada Mas Dirga malah lebih bagus."Si Mbak mengangguk. "Bagaimana sama Mas Azri, Bu?""Azri biarkan sama saya dulu. Cepat, Mbak. Kasihan Mbak Hanum. Kita harus bawa dia ke rumah sakit," suruh wanita bercadar tersebut. Melihat si Mbak yang menjaga Azri berlari menuju rumah mereka, Sabrina membawa kakak iparnya untuk duduk. "Sakit sekali, ya, Mbak? Sabar, ya. Bentar lagi Papa atau mas Dirga pasti datang. ucapkan istighfar setiap kali sakitnya terasa," saran Sabrina.Patuh, Hanum

  • Bukan Perawan Kegatalan   118. Bahagi Sesungguhnya

    Happy Reading*****Sang dokter cum tersenyum dengan perkataan si sulung. Keluarga Lingga semuanya masuk ke ruang perawatan Sabrina.Perempuan bercadar itu tengah berbaring. Melihat seluruh keluarganya datang menjenguk, senyumnya tampak. Sewaktu diperiksa tadi, Aryan memang membuka cadar yang dikenakan sang istri. "Bagaimana keadaanmu, Yang?" tanya Aryan. mencium kening perempuan yang sudah memberikan begitu banyak kebahagiaan padanya.Sabrina mengambil tangan kanan sang suami, lalu menciumnya penuh hormat dan bahagia. Menatap satu per satu seluruh keluarganya. "Alhamdullilah keadaanku sangat baik, Mas.""Apa kata dokter, Nak?" tambah Septi."Kamu pasti kelelahan menjaga Azri yang sangat aktif. Padahal aku sudah ngasih saran. Sebaiknya, kita nyari orang untuk menemani Azri. Eh, kamu malah nggak mau. Aku jadi nggak enak kalau kamu sampai sakit gini, Bi," kata Hanum. Terlalu lama duduk menyebabkan wanita hamil itu memegang pinggangnya."Aku tidak sakit, lho. Cuma tadi mencium aroma so

  • Bukan Perawan Kegatalan   117. Panik

    Happy Reading *****Secepat mungkin, Aryan menghubungi Dirga dan meminta saudaranya itu menjemput dengan kendaraan roda empat. Papa kandung Azri itu juga meminta si sulung untuk memanggil dokter ke rumah mereka."Ar, kelamaan kalau kita panggil dokter ke rumah. Minta masmu untuk mengantar ke klinik terdekat saja," sahut Septi.Menganggukkan kepala, Aryan meminta Dirga untuk segera datang dan membawa mereka ke klinik terdekat. "Kenapa kamu, Bi. Padahal tadi baik-baik saja," gumam Aryan.Melihat para orang dewasa kebingungan, Azri menarik-narik ujung kaos yang digunakan oleh kakeknya. Mukanya menatap penuh tanya pada Lingga."Mama lagi sakit, Nak. Azri diam dulu, ya. Sebentar lagi, Ayah datang menjemput." Lingga mencoba memberi pengertian pada bocah kecil itu."He em," ucap si kecil sambil menganggukkan kepala.Tak berselang lama, Dirga sudah datang bersama dengan Hanum. Mereka berdua turun dari mobil dan menghampiri Aryan yang sudah mengangkat istrinya di sebuah bangku taman."Kenapa

  • Bukan Perawan Kegatalan   116. Panik

    Happy Reading*****Waktu berjalan begitu cepat, kandungan Melati dan Hanum kini sudah memasuki bulan ke tujuh. Aryan dan keluarga juga sudah kembali ke Indonesia setelah pengobatan panjang yang harus dia jalani.Perlahan, tetapi pasti. Kesehatan suami Sabrina itu berangsur membaik. Aryan sudah mulai hidup normal selayaknya dulu sebelum kecelakaan walau benih yang dihasilkan masih belum bagus. Semua berkat ketelatenan Sabrina. Setiap sesi pengobatan Aryan, perempuan bercadar itu ikut dan bertanya ini itu. Sama sekali tidak malu sekalipun yang perempuan itu tanyakan sedikit vulgar menurut suaminya.Antara bangga dan juga malu, tentu dirasakan Aryan. Mungkin perbedaan kultur yang membuat perempuan itu menjadi lebih terbuka membicarakan masalah seks. Setiap kali sang suami bertanya mengapa dia berani bertanya pada dokter. Jawaban Sabrina adalah karena apa yang ditanyakan bukanlah menjurus pada mesum, tetapi ilmu yang harus dia pelajari demi kesembuhan Aryan.Pagi ini, Aryan berjanji pada

  • Bukan Perawan Kegatalan   115. Rendah Diri

    Happy Reading*****Mendapat kabar gembira dari sang istri, Dirga segera menelepon orang tuanya yang masih berada di luar negeri menemani Aryan. Berkali-kali Hanum mendapat selamat dan juga ciuman baik dari ibu, adik maupun sang suami. Mereka semua sangat bahagia mendapat kabar kehamilan perempuan itu.Panggilan terangkat oleh Septi, wajah perempuan paruh baya itu terlihat. "Ya, Mas. Apa kabar? bagaimana keadaan cucu Mama? Apa dia sehat-sehat saja."Selalu saja, para orang tua tiap kali menelepon atau ditelepon pertama kali yang ditanyakan adalah keadaan Azri. sepenting itu memang bocah gembul yang sudah bisa berjalan itu."Azri baik, Ma. Gimana kabar Mama sama Papa?""Papa baik, Mas," jawab Lingga. Wajahnya sudah muncul di layar ponsel milik Septi. "Mas, kameranya arahin ke Azri, dong. kangen nih," sahut Aryan yang hanya terdengar suaranya saja.Dirga mengarah kamera pada Azri yang tengah berjalan dengan ditemani sang adik ipar. bocah gembul itu tertawa-tawa ketika bisa mencapai ad

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status