Share

Bukan Perawan Kegatalan
Bukan Perawan Kegatalan
Author: pramudining

1. Julukan Menyebalkan

Happy Reading

*****

"Kegatalan banget jadi cewek. Belum juga setahun jadi model sudah sok kecakapan," kata salah seorang perempuan yang memakai dress pendek selutut.

Beberapa perempuan lainnya yang sudah selesai make up dan tinggal menunggu giliran pemotretan menatap wanita berambut lurus melebihi bahu itu dengan sinis.

"Banget. Tidak mungkin Pak Aryan mau dengan cewek kampungan model begitu. Pasti dia merayu Pak Aryan dengan tubuhnya," kata yang lain.

Wanita yang diperbincangkan masih diam. Lebih baik, dia menyelesaikan riasannya dan segera keluar dari ruangan tersebut. Gosip seperti itu sudah sering sekali dia dengar semenjak sang atasan sekaligus anak dari pemilik garment sering mengantarnya pulang.

Baru akan menyelesaikan riasan wajahnya, si wanita dikejutkan dengan kedatangan lelaki yang dibicarakan tadi. Bisik-bisik itupun kian berdengung.

"Ikut aku sebentar," kata seorang lelaki dengan kulit kuning langsat serta bulu mata lentik. Siapa pun yang memandang pasti akan terpesona dengan sosok lelaki tersebut, demikian juga Hanum Prabawati.

"Ke mana, Mas?" Hanum yang masih menyapukan make up pada wajah, berkata lirih pada lelaki yang beberapa bulan ini semakin dekat dengannya. Bisa dikatakan mereka berdua saat ini sedang menjalin hubungan sebagai pasangan kekasih.

Walau banyak gosip miring terus berdengung tentang mereka, terutama Hanum. Wanita itu dianggap tidak pantas menjadi pendamping Aryan sang putra mahkota.

"Mas punya rancangan gaun khusus untukmu." Aryan sengaja membelai pipi wanitanya. Terlihat gemas dengan rona merah di sana. Seringkali, lelaki itu ingin menerkam Hanum, tetapi niatnya selalu saja ada yang menghalangi.

Seperti saat ini. Aryan tidak mungkin mencium bahkan bermesraan dengan gadis itu di tempat ramai. Terpaksa sang lelaki menahan segala keinginannya. Dia pun menghela napas panjang demi meredam sesuatu yang mulai muncul.

Binar kebahagiaan langsung terpancar dari kedua mata Hanum. Selalu saja, lelaki pemilik nama Aryan Putra Lingga itu bisa melambungkan hatinya. Menjadikannya seorang gadis yang sangat beruntung dengan segala perhatian dan kasih sayang. Sikap lembut serta tidak pernah macam-macam dengan tubuhnya menjadi poin plus terhadap Aryan.

Tanpa menunggu lama, Aryan meraih pergelangan kanan Hanum karena wanita itu tengah melamun. Menyusupkan jemarinya yang jauh lebih besar diantara jemari si gadis yang kurus. Mengajaknya keluar dari ruang ganti para model.

"Mas Aryan," panggil Hanum manja. Pasalnya, dia malu saat putra si bos menggandeng tangannya semesra ini. Beberapa pasang mata menatapnya dengan tidak suka.

Bukannya Hanum tuli dan mengabaikan bisik-bisik sesama rekan kerja selama ini. Namun, dia melindungi mentalnya sendiri untuk tidak menanggapi ujaran negatif tentang hubungan dengan Aryan.

"Kenapa?" Aryan menatap memuja pada wanita di hadapannya.

"Malu dilihatin yang lain. Lepas dulu dong pegangannya." Garis bibir Hanum ditarik ke atas dengan mata berkedip-kedip supaya si lelaki melepaskan tautan jemarinya.

"Kenapa mesti malu. Kita tidak berbuat hal yang melanggar norma. Ayo." Bukannya melepas jemari Hanum, Aryan malah mengeratkan tautan jemarinya. Tatapan memuja dia berikan, seolah hanya ada mereka berdua di tempat tersebut.

Seperti terhipnotis oleh pesona Hanum, Aryan menggerakkan wajahnya mendekat hingga jarak mereka berdua kini tinggal satu senti saja.

"Ehem." Sebuah suara menginterupsi keduanya.

"Ada apa?" Aryan menatap orang yang  berdeham tadi dengan tidak suka.

"Bisa tidak mesra-mesraannya ditunda dulu. Hanum harus bekerja sekarang, Mas."

Sangat berani sosok perempuan itu menghentikan tingkah sang atasan. Tidak seperti karyawan lainnya.

"Apa?" tanya Aryan dengan tampang menakutkan, tetapi sosok perempuan yang menginterupsi tadi tak gentar.

"Waktunya sudah mepet, Mas. Kalau Hanum terus kamu ganggu, aku bisa kenal marah Pak Lingga," kata Laras.

Aryan berdecak. "Segeralah mengikuti si cerewet itu, Num. Setelahnya, ikut Mas, ya."

Mengangguk dengan patuh, Hanum mengikuti Laras.

*****

Hampir satu jam melakukan pemotretan kini Hanum sudah menyelesaikan pekerjaannya. Bersiap pergi dengan Aryan. Namun, baru sejengkal kakinya melangkah keluar dari ruangan pemotretan. Tampak wajah Dirga.

"Hai, Pak Dirga," sapa Aryan.

"Hai." Dirga menatap tidak suka pada putra sang pemilik garment. "Mau kamu bawa ke mana dia?"

"Bukan urusanmu. Dia bukan bawahanmu untuk hari ini. Jadi, tidak perlu sok peduli." Arya menarik tangan Hanum agar segera mengikutinya.

Wanita itu menatap Dirga dengan perasaan tidak enak. Cepat, Dirga menyusul langkah Aryan dan menghentikannya.

"Bisa bicara berdua, Pak?" kata Dirga begitu formal.

Aryan melepaskan pegangan tangannya pada Hanum. Dia sedikit menjauh untuk bisa berbicara dengan Dirga.

"Katakan apa yang mau bicarakan, Ga. Waktuku tidak banyak."

"Apa kamu benar-benar mencintai Hanum?" tanya Dirga tak bisa lagi menutupi keinginan untuk mengetahui langsung dari yang bersangkutan.

"Tentu saja. Apa masalahmu sampai menanyakan ha pribadi seperti itu? Ingat, ya, kamu itu cuma bawahan di garment milikku. Jadi, jangan mencampuri urusan atasan. Mengerti?" Aryan berkata dengan penuh penekanan. Dia juga sedikit mendorong tubuh Dirga agar lelaki itu tahu posisinya saat ini.

Hendak berbalik dan kembali pada gadisnya, tangan Aryan dicekal oleh sang bawahan. "Jika memang mencintainya. Tolong perlakukan Hanum dengan baik. Dia gadis polos, jangan sakiti hatinya atau aku ...."

"Kenapa dengan kamu?" Aryan menantang Dirga. Dia ingin tahu kelanjutan kalimat yang diucapkan tadi.

"Lupakan!" ucap Dirga yang langsung pergi meninggalkan atasannya tersebut.

Sedikit merasa aneh dengan obrolan keduanya, Hanum bertanya pada Aryan ketika mereka sudah berada dalam mobil. "Mas Dirga ngomong apa?"

"Tidak ada," jawab Aryan acuh. Dia terus mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. "Apa kalian berdua cukup dengan sampai kamu juga memanggilnya dengan sebutan Mas?"

"Bukan begitu, Mas. Aku sama Mas Dirga, hanyalah rekan kerja saja. Dia atasanku di bagian produksi. Karena dia juga akhirnya aku menjadi model seperti sekarang," jelas Hanum. Suaranya terdengar bergetar karena takut Aryan salah paham dan menyangka bahwa dia gadis murahan dan gampangan yang hanya mengejar harta para pria-pria berjabatan tinggi serta berharta.

Tak disangka, Aryan malah tersenyum. Dia mengelus rambut lurus Hanum. "Jangan takut, jika tidak ada hubungan apa pun antara kalian. Mas, cuma takut kamu terpesona pada ketampanan dan perlakuan manis Dirga. Dari yang Mas dengar tentangnya, dia selalu berbuat manis pada gadis-gadis cantik. Takut saja kalau kamu terjerat juga."

Hanum melebarkan mata. "Kata siapa Mas Dirga manis pada cewek-cewek. Benernya itu, dia tengil banget. Cewek-cewek di bawah naungan divisinya semua ogah deket sama dia. Dia bukan tipe perayu, tapi tipe menyebalkan."

"Kok, kamu malah belain dia. Kamu punya rasa sama Dirga?"

Tubuh Hanum menegang mendengar pertanyaan Aryan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status