Share

Bab 14

"Vin.... Udah dong, nangisnya!" Abra hampir frustasi, melihat Vina yang tak berhenti menangis. Padahal sudah lebih dari satu jam, sejak Vina masuk kamar. Abra yang melihat saja capek. Emang Vina enggak, apa?

"Katanya dulu cewek tomboi, hobi berantem, hobi manjat pohon. Masak denger omongan gitu aja, nangis?" Abra berusaha melucu, dengan mengingatkan tentang kenangan masa kecilnya. Tapi Vina bergeming, dia tetap terisak-isak. Tak peduli walau bibir Abra sudah berbusa-busa mencoba menghibur dirinya.

"Ayolah, Sayang. Ucapan Mama jangan dimasukin hati, mungkin Mama lagi error. Anggap saja Mama lagi ngelawak." Abra terus berusaha membujuk istrinya.

Abra tahu, mamanya sudah keterlaluan. Pernikahan mereka belum genap empat bulan, masih dini untuk dituntut memiliki keturunan. Tapi Maya ngotot, Vina harus segera hamil.

"Pokoknya, kalau dalam setahun ini Vina nggak hamil juga. Mama bakal geser posisinya, dengan Tessa. Kalau dilihat dari bentuk pinggulnya yang lebar, Mama yakin dia itu subur
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status