Share

Bab 2

Dokter mengatakan, bahwa kecelakaan yang terjadi pada kedua orang tua Selena adalah sebuah kecelakaan tabrak lari. Begitu yang di ceritakan oleh Dokter dan dari warga setempat yang membantu dan membawa kedua orang tua Selena ke Rumah Sakit.

Manusia seperti apa yang tega meninggalkan korban kecelakaan yang harusnya membutuhkan pertolongan, malah membiarkannya hingga Ayah Selena meninggal.

Selena marah mendengarnya. Tapi rasanya percuma, jika ia melaporkan pada pihak kepolisian. Tidak adanya saksi kuat yang menyaksikan kecelakaan itu, serta jalanan sepi yang minim penerangan juga tak adanya cctv di jalan yang menjadi tempat kecelakaan kedua orang tuanya.

"Aku akan membantu sebisaku, Sel," ucap Alvaro di samping Selena, saat gadis itu melamunkan nasib Ibunya.

Ibu Selena, mengalami kelumpuhan akibat kecelakaan hebat itu. Membuat kesedihan Selena menjadi berlipat lebih menyakitkan dari yang ia kira.

"Aku sudah tak punya siapa-siapa lagi sekarang, Al," ucapnya dengan terisak tangis dalam dada kekasihnya.

"Duniaku hancur, Al! Duniaku hancur!" tangisnya lagi.

"Masih ada Ibumu, Sel. Masih ada aku," ucap Alvaro menenangkan.

"Harusnya, aku pulang lebih cepat tadi. Andaikan aku pulang lebih cepat, mungkin... Mungkin aku bisa mencegah mereka pergi. Atau mungkin, aku bisa ikut serta dengan mereka, Al," ucap Selena dengan terus berlinang air mata.

Alvaro hanya menatap kekasihnya sedih dimana ia yang juga meneteskan air mata. Gadis cantik yang selalu riang dan selalu membuatnya iri itu, kini tengah berduka. Bahkan, mungkin dukanya lebih dalam dari apa yang pernah ia alami sekarang.

"Aku akan pergi untuk mencari tahu kebenarannya. Mungkin saja akan ada sebuah bukti yang bisa kita laporkan pada Polisi," ucap Alvaro. Selena hanya mengangguk lemah. Ia masih terisak tangis dan menatap iba pada Ibunya yang terbaring sakit dan masih memejamkan mata.

*********

Tiga hari berlalu. Sedangkan kondisi Ibu Selena belum membaik. Setelah luka di sekujur tubuhnya akibat kecelakaan, Ibu Selena mengalami kelumpuhan dan tak bisa berjalan. Sudah sakit tertimpa tangga. Tak hanya kelumpuhan yang ia dapat, nyatanya meninggalnya sang suami masih membekas luka dalam hatinya.

Luka di tubuh mungkin saja bisa sembuh. Namun, luka kehilangan seorang yang kita cinta apalagi pergi untuk selamanya tak akan pernah mengobati kerinduan yang menyeruak di dalam dada.

Selena merasa sakit melihat Ibunya terus menangis dan seakan menyesali dengan apa yang sudah terjadi padanya. Tak hanya luka fisik. Karena psikologisnya mulai terganggu karena kehilangan belahan jiwanya.

"Makanlah dulu. Kau juga butuh tenaga untuk menjaga Ibumu," ucap Alvaro yang datang membawakan makanan untuk Selena.

"Kau selalu membawakanku makanan, Al. Lalu bagaimana dengan uangmu? Seharusnya itu menjadi jatah uang jajanmu dalam sebulan," ucap Selena khawatir.

Selama ini Alvaro selalu mengatakan bahwa ia hanyalah anak kos dan berasal dari kalangan biasa saja yang sudah tak punya orang tua. Selena tidak tahu saja, bahwa seorang Alvaro Sebastian adalah putra dari keluarga kaya di kotanya. Hanya saja, Alvaro sengaja menyembunyikan identitasnya.

"Jangan pikirkan aku. Aku sudah mulai mencari pekerjaan paruh waktu kemarin. Dan gajiku akan dibayar setiap minggu," jawab Alvaro dengan sedikit senyuman berharap menularkan senyum pada kekasihnya yang beberapa hari ini tak lagi dilihatnya.

"Kau bekerja?" tanya Selena menatap kedua manik mata setajam elang itu.

"Ya! Hanya di sebuah Cafe. But, it is not too bad," kata Alvaro entengnya. Padahal dirinya hanya mencari alasan agar Selena tak menolak pemberiannya.

"Setelah ini, aku juga harus mencari pekerjaan, Al. Aku tidak bisa terus bergantung padamu," kata Selena sedih dan menatap ke arah Ibunya yang sudah terlelap di ranjangnya.

"Ya, nanti kita cari pekerjaan bersama-sama. Kamu jangan khawatir. Sekarang fokus pada kesehatan dan kesembuhan Ibumu dulu," ucap Alvaro yang diangguki Selena.

Sebenarnya hatinya masih sakit sepeninggal Ayahnya. Namun, keadaan yang harus membuatnya kuat. Karena Ibunya juga membutuhkannya. Untung saja ada Alvaro di sisinya. Jika tidak, entah akan bagaimana nasib Selena.

"O iya? Kau menemukan sesuatu di tempat kejadian kecelakaan orang tuaku?" tanya Selena menatap kekasihnya.

Alvaro sedikit terkejut mendengar pertanyaan Selena. Ia tergagap untuk menjawabnya.

"Emm,, itu. Itu, di sana memang tak ada apapun. Aku tak menemukan apapun di sana," jawab Alvaro gugup. Selena melihat gelagat aneh pada kekasihnya.

"Ada apa? Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku?" tanya Selena curiga. Alvaro semakin kaget mendengarnya.

"Ah, tidak tidak tidak! Aku hanya, ... Aku hanya ingin ke toilet. Haha, iya benar. Aku ke toilet dulu sebentar," ucap Alvaro menghindari pertanyaan Selena.

Meski Selena sedikit curiga, tapi gadis itu mempercayai kekasihnya.

Alvaro mengelus dadanya. Degup jantungnya terasa terdengar sampai ke telinganya. Mana mungkin ia akan bilang bahwa ada sesuatu yang ia temui di sana. Namun, ia enggan untuk mengatakannya. Jika saja Selena tahu tentang hal itu, mungkin saja hubungan mereka akan berakhir di sini.

"Aku akan pulang dulu setelah ini, Al. Aku akan mengambil uang Ayah atau Ibu untuk biaya rumah sakitnya. Mungkin saja, di rumah ada beberapa uang yang tersisa untuk membayar biaya rumah sakit ini," ucap Selena saat Alvaro keluar dari toilet.

"Baiklah, aku akan menjaga Ibumu di sini," ucap Alvaro dan Selena tersenyum lega.

*********

Keesokan harinya, Alvaro pulang ke rumahnya. Gemuruh didadanya seakan tak bisa dibendung lagi. Karena mengingat tentang apa yang ditemukannya di lokasi kecelakaan kedua orang tua Selena.

Brak!!!

Alvaro membuka kasar pintu kamar di depannya. Dan betapa kagetnya saat ia mendapati Ayahnya sedang bermesraan dengan seorang wanita. Bukan sekali dua kali ini ia melihatnya. Bahkan ia merasa jijik memiliki Ayah sepertinya.

"Hey, Nak! Bisakah kau mengetuk pintu dulu?" ucap Arkanta dengan membenahi dirinya yang sudah berantakan.

Alvaro membuang muka, enggan melihat kelakuan Ayahnya. Tangannya mengepal erat. Setelah ia melihat wanita itu pergi dari kamar Ayahnya, Alvaro berbalik dan menatap tajam Ayahnya.

"Sampai kapan kau akan bersikap seperti ini?!!!" tanya Alvaro geram. Ia sungguh muak melihat Ayahnya selalu bergonta-ganti pasangan. Setelah bercerai dari Ibunya, setiap hari Arkanta selalu membawa wanita yang berbeda.

"Wajar saja jika Ibu meninggalkanmu! Kau terlihat menjijikan!" marah Alvaro padanya.

"Jaga ucapanmu, Al!" teriak Arkanta menatap tajam putranya.

Praakkk!!!

Alvaro melemparkan sebuah korek api mahal di meja Ayahnya.

"Ini milikmu, kan?" tanya Alvaro geram. Arkanta melihat benda di depannya. Matanya sedikit membulat seakan terkejut melihatnya. Namun, secepatnya ia merubah mimik wajahnya dengan biasa saja.

Namun, Alvaro sudah menangkap keterkejutan Ayahnya tadi. Membuatnya yakin, bahwa benar apa yang ditemukannya adalah milik Ayahnya.

"Siapapun mempunyai korek api seperti itu, Al. Kenapa kau menuduhku?" tanya Arkanta pada putranya.

Alvaro mengepalkan tangannya. Ia tahu jika Ayahnya hanya sedang menyangkalnya dan mengelaknya.

"Aku benar-benar tak habis pikir! Aku mempunyai Ayah tidak bertanggung jawab sepertimu!! Kau menjijikan! Kau pembunuh!"

"Hentikan omong kosongmu, Al!" teriak Arkanta yang mendengar ucapan Alvaro dan menuduhnya sebagai pembunuh.

"Kau harus bertanggung jawab atas perbuatanmu! Atau aku sendiri yang akan menyeretmu dalam penjara," ancam Alvaro geram pada Ayahnya sendiri.

"Kau berani melakukan hal itu pada Ayahmu?" tanya Arkanta dengan senyum miringnya.

Brak!

Sanjaya Abyakta, Kakek dari Alvaro datang tiba-tiba, masuk ke dalam kamar Arkanta yang sedang berdebat dengan anaknya.

"Kakek bisa lakukan hal itu sendiri, jika bukan nama perusahaan yang akan menjadi taruhannya. Terlalu mudah nama perusahaan akan hancur hanya karena orang bejat seperti Ayahmu, Al!" ucap Sanjaya memandang tajam ke arah putra semata wayangnya.

"Bahkan ia tak becus meneruskan perusahaan!" sambung Sanjaya lagi dengan wajah marahnya.

Alvaro mendengus kesal. Ia juga menyadari dan membenarkan ucapan kakeknya. Ayahnya memang tak pantas meneruskan perusahaan. Dan jika kejadian tabrak lari itu diketahui media, maka perusahaan yang akan menjadi taruhannya.

"Sebagai hukumannya, kau tak diijinkan masuk lagi ke dalam perusahaan! Dan kau! Saham yang kau punya akan aku alihkan pada kedua putramu!" titah Sanjaya membuat Arkanta mendelik kaget karenanya.

"Apa?!!!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status