Share

Bab 3

"Apa?!!! Mana bisa begitu, Yah!" sangkal Arkanta tidak terima.

"Aku sudah memikirkannya baik-baik. Aku sudah sangat lelah harus menyelesaikan semua ulah yang kau perbuat! Dan sekarang, tak akan ada lagi kesempatan untukmu! Berbuatlah sesuka hatimu! Dan jika kau merusak nama baik keluarga dan perusahaan, maka kau tak akan ada lagi dalam daftar ahli warisku!" ucap Sanjaya tegas dan berlalu meninggalkan kamar Arkanta.

Alvaro mendengus kesal. Ia menatap tajam ke arah Ayahnya. Lalu keluar mengikuti Kakeknya.

"Kek, ada yang ingin aku bicarakan pada Kakek," ucap Alvaro menghentikan Kakeknya yang berjalan tertatih menggunakan tongkat. Sanjaya memberi isyarat pada asisten rumah tangganya yang menemani dan membantunya berjalan.

"Kita ke ruangan Kakek saja," ucap Sanjaya yang kemudian berjalan lebih dulu. Dengan sigap, Alvaro membantu Kakeknya berjalan.

"Kebetulan, kakek juga ingin bicara padamu. Katakan! Apa yang kamu inginkan?" tanya Sanjaya menatap cucunya.

Alvaro mengambil nafas panjang dan mulai mengungkapkan keinginannya.

"Al mau minta tolong sama Kakek. Temanku sedang butuh pekerjaan. Tolong beri dia pekerjaan, Kek! Aku mohon!" ucap Alvaro mendekati kakeknya.

"Siapa yang membuatmu meminta hal seperti itu pada kakek?" tanya Sanjaya.

"Dia seseorang yang penting bagiku, Kek. Dan aku ingin membantunya," ucap Alvaro pada Kakeknya.

Sanjaya menatap intens pada cucunya itu. Sedikit berpikir sejenak, lalu menganggukkan kepala tanpa menanyakan siapa yang orang yang penting bagi Alvaro.

"Benarkah, Kek?" tanya Alvaro merasa sangat senang. Sanjaya mengangguk dan tersenyum.

"Apa dia tahu kalau kamu adalah keturunan keluarga Abyakta?" tanya Sanjaya pada Alvaro.

"Tidak, Kek. Aku tidak ingin ia tahu akan hal itu," ucap Alvaro. Sanjaya tersenyum.

"Baiklah. Sepertinya dia seseorang yang sangat spesial bagimu," ucap Sanjaya dan Alvaro sedikit merasa malu.

"Tapi ingat, Al! Kamu harus melanjutkan studimu di Luar Negeri, untuk melanjutkan perusahaan ini," kata Sanjaya yang seketika menghilangkan senyum indah di wajah Alvaro.

"Jangan membuang waktumu hanya untuk cinta sesaat," ucap Sanjaya meninggalkan Alvaro yang masih mematung di tempatnya.

Sepertinya, kakeknya itu tahu jika seseorang itu adalah kekasihnya.

*****

"Kau kapan pulang?" tanya Alvaro dari ponselnya. Ia sedang menelepon Kakaknya yang sedang berada di luar negeri.

Daniel Sagara Abyakta. Putra pertama dari Arkanta Abyakta yang merupakan Kakak dari Alvaro Sebastian Abyakta.

Daniel sedang melanjutkan studynya di luar negeri karena di suruh Kakeknya, Sanjaya Abyakta.

Sebenarnya, Daniel tak begitu tertarik dengan perusahaan milik Kakeknya itu. Namun, karena jengah selalu melihat Ayahnya bergonta ganti pasangan yang membuatnya mual, hal itu ia jadikan kesempatan agar tak lagi melihat Ayahnya.

"Mungkin bulan depan. Kenapa? Kau sudah merindukanku?" tanya Daniel dari seberang sana.

"Mungkin, ya! Tapi, di sini sedang ada masalah dan aku bingung karenanya," ungkap Alvaro mengeluh pada Kakaknya.

"Masalah Ayahmu itu?" tanya Daniel dari seberang sana.

"Hey! Dia juga Ayahmu!" kesal Alvaro mendapat desisan serta tawa kecil dari Daniel.

"Benarkah? Aku pikir aku sudah tak memiliki Ayah lagi. Dia seperti bukan Ayahku."

"Kau pikir, seperti apa Ayah kita?" tanya Alvaro merasa sedikit kesal pada Kakaknya. Alih-alih menjawab pertanyaan Alvaro, kakaknya itu malah mengalihkan pembicaraan.

"Kuliahmu sudah selesai?" tanya Kakaknya.

"Ya. Dan Kakek menyuruhku untuk menyusulmu dan melanjutkan studi di sana," kata Alvaro dengan sedikit nada sedih.

"Lalu kenapa, suaramu begitu?" tanya Daniel.

"Jika aku pergi dan melanjutkan study ku ke sana, itu artinya aku harus berpisah dengan kekasihku," keluh Alvaro sedih membuat Kakaknya terdiam sejenak.

Namun, setelahnya Alvaro mendengar decakan kesal dari Kakaknya.

"Dasar bocah! Jangan termakan oleh buaian cinta sesaat," sangkal Kakaknya itu.

"Hey! Cintaku bukan cinta sesaat! Ingat itu! Aku mencintainya setulus hatiku. Jika kau melihatnya, kau mungkin akan jatuh cinta," ucap Alvaro sembari tersenyum dan membayangkan Selena.

"Ckckck. Aku yakin cintamu itu akan luntur termakan oleh waktu. Atau bahkan terbawa angin saat kau terbang ke sini," ledek Daniel membuat Alvaro berteriak.

"Yaaa!!! Jangan asal bicara, kau! Awas saja! Suatu saat nanti kau akan termakan dengan ucapanmu sendiri!" kesal Alvaro pada kakaknya.

"Tidak akan!"

"Pasti!"

"No!"

"Kau akan bertemu dengan wanita yang membuatmu jatuh cinta. Bahkan, wanita itu seakan jadi candu bagimu. Tak kan tergantikan dengan apapun dan dengan siapapun juga," ucap Alvaro membuat Daniel berdecak kesal.

"Sudahlah! Hari ini libur dan ini hari tenangku. Aku mau istirahat!" ucap Daniel yang segera menutup telepon adiknya.

Alvaro mengumpati Kakaknya dengan menatap layar ponselnya. Namun, seketika itu ia mendapat pesan dari Kakaknya.

"Jika kau mengumpatiku, kau tidak akan aku beri uang jajan lagi," tulis Daniel membuat Alvaro sedikit terkejut karenanya.

Alvaro memang sering meminta uang pada Kakaknya, jika jatah uangnya telah habis. Dan sebagai Kakak yang baik hati, Daniel selalu memberinya.

"Dasar perhitungan sekali!" balas Alvaro kesal. Namun, setelahnya ia tersenyum. Kakaknya itu memang orang yang dingin.

Namun, meski begitu dia adalah Kakak terbaik baginya. Ia bersyukur, dalam keluarganya yang sepi ini, dirinya masih memiliki Daniel sebagai saudara.

Daniel hendak memejamkan mata, tapi urung ketika mendengar dering ponselnya kembali. Ia mengabaikannya karena ia pikir itu adalah Alvaro.

Dering ponselnya tak kunjung berhenti, hingga Daniel bangkit dan mengambil ponselnya. Ia hendak memaki adiknya yang berusaha mengganggunya.

Namun, ia memicingkan mata saat bukan nama adiknya di layar ponsel. Melainkan...

"Ya, halo, Kek?" ucap Daniel.

"Kenapa lama sekali? Apa kau sudah tidur? Tidak biasanya kau tidur jam segini?" tanya Sanjaya dari seberang sana.

"Ini hari minggu, Kek. Dan ini waktunya hari tenang untukku beristirahat," jawab Daniel.

"Baiklah. Tapi, Kakek hanya ingin menyampaikan sesuatu saja. Minggu depan, kau harus segera pulang. Akan ada perubahan jabatan dan posisi di perusahaan. Sudah waktunya kamu menggantikan Ayahmu. Agar ia tak lagi berbuat ulah," ucap sang Kakek membuat Daniel tertegun sejenak.

Ia sudah memikirkan hal ini dari kemarin saat mendengar Ayahnya melakukan tabrak lari yang untungnya tak diketahui siapapun juga.

Akhirnya, apa yang ditakutkannya terjadi juga. Daniel menghela napas panjang.

"Tapi, Kek?"

Kakek sudah tidak sehat seperti dulu lagi. Entah sampai kapan umur Kakek. Kakek hanya ingin segera mengurus semuanya, sebelum terlambat," ucap Sanjaya dengan berharap cucu pertamanya itu mau mendengarkan.

"Aku tidak janji, Kek. Aku harus memikirkannya lebih dulu," kata Daniel.

"Selamat beristirahat. Sampai jumpa minggu depan," ucap Sanjaya dan menutup panggilannya.

"Tapi, Kek! Aku tidak bisa!" ucap Daniel. Namun, panggilan itu sudah ditutup oleh sang kakek.

"Arrgghhh!!!" geram Daniel.

Daniel mendengus kasar. Kata-kata Kakeknya seakan menjadi sebuah perintah bagi Daniel.

Sebenarnya hidup sendiri di negeri orang membuatnya sepi. Namun, untuk kembali ke rumahnya, rasanya ia tidak ingin lagi.

Sebenarnya, ia juga sangat rindu dengan rumahnya. Namun, ia enggan untuk kembali.

Daniel memandang sebuah foto seorang wanita bersama dirinya sewaktu kecil. Ibunya. Entah di mana sekarang ia berada.

Praaakk!!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status