Share

Bab 3

Penulis: Little Casper
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-23 21:59:08

"Apa?!!! Mana bisa begitu, Yah!" sangkal Arkanta tidak terima.

"Aku sudah memikirkannya baik-baik. Aku sudah sangat lelah harus menyelesaikan semua ulah yang kau perbuat! Dan sekarang, tak akan ada lagi kesempatan untukmu! Berbuatlah sesuka hatimu! Dan jika kau merusak nama baik keluarga dan perusahaan, maka kau tak akan ada lagi dalam daftar ahli warisku!" ucap Sanjaya tegas dan berlalu meninggalkan kamar Arkanta.

Alvaro mendengus kesal. Ia menatap tajam ke arah Ayahnya. Lalu keluar mengikuti Kakeknya.

"Kek, ada yang ingin aku bicarakan pada Kakek," ucap Alvaro menghentikan Kakeknya yang berjalan tertatih menggunakan tongkat. Sanjaya memberi isyarat pada asisten rumah tangganya yang menemani dan membantunya berjalan.

"Kita ke ruangan Kakek saja," ucap Sanjaya yang kemudian berjalan lebih dulu. Dengan sigap, Alvaro membantu Kakeknya berjalan.

"Kebetulan, kakek juga ingin bicara padamu. Katakan! Apa yang kamu inginkan?" tanya Sanjaya menatap cucunya.

Alvaro mengambil nafas panjang dan mulai mengungkapkan keinginannya.

"Al mau minta tolong sama Kakek. Temanku sedang butuh pekerjaan. Tolong beri dia pekerjaan, Kek! Aku mohon!" ucap Alvaro mendekati kakeknya.

"Siapa yang membuatmu meminta hal seperti itu pada kakek?" tanya Sanjaya.

"Dia seseorang yang penting bagiku, Kek. Dan aku ingin membantunya," ucap Alvaro pada Kakeknya.

Sanjaya menatap intens pada cucunya itu. Sedikit berpikir sejenak, lalu menganggukkan kepala tanpa menanyakan siapa yang orang yang penting bagi Alvaro.

"Benarkah, Kek?" tanya Alvaro merasa sangat senang. Sanjaya mengangguk dan tersenyum.

"Apa dia tahu kalau kamu adalah keturunan keluarga Abyakta?" tanya Sanjaya pada Alvaro.

"Tidak, Kek. Aku tidak ingin ia tahu akan hal itu," ucap Alvaro. Sanjaya tersenyum.

"Baiklah. Sepertinya dia seseorang yang sangat spesial bagimu," ucap Sanjaya dan Alvaro sedikit merasa malu.

"Tapi ingat, Al! Kamu harus melanjutkan studimu di Luar Negeri, untuk melanjutkan perusahaan ini," kata Sanjaya yang seketika menghilangkan senyum indah di wajah Alvaro.

"Jangan membuang waktumu hanya untuk cinta sesaat," ucap Sanjaya meninggalkan Alvaro yang masih mematung di tempatnya.

Sepertinya, kakeknya itu tahu jika seseorang itu adalah kekasihnya.

*****

"Kau kapan pulang?" tanya Alvaro dari ponselnya. Ia sedang menelepon Kakaknya yang sedang berada di luar negeri.

Daniel Sagara Abyakta. Putra pertama dari Arkanta Abyakta yang merupakan Kakak dari Alvaro Sebastian Abyakta.

Daniel sedang melanjutkan studynya di luar negeri karena di suruh Kakeknya, Sanjaya Abyakta.

Sebenarnya, Daniel tak begitu tertarik dengan perusahaan milik Kakeknya itu. Namun, karena jengah selalu melihat Ayahnya bergonta ganti pasangan yang membuatnya mual, hal itu ia jadikan kesempatan agar tak lagi melihat Ayahnya.

"Mungkin bulan depan. Kenapa? Kau sudah merindukanku?" tanya Daniel dari seberang sana.

"Mungkin, ya! Tapi, di sini sedang ada masalah dan aku bingung karenanya," ungkap Alvaro mengeluh pada Kakaknya.

"Masalah Ayahmu itu?" tanya Daniel dari seberang sana.

"Hey! Dia juga Ayahmu!" kesal Alvaro mendapat desisan serta tawa kecil dari Daniel.

"Benarkah? Aku pikir aku sudah tak memiliki Ayah lagi. Dia seperti bukan Ayahku."

"Kau pikir, seperti apa Ayah kita?" tanya Alvaro merasa sedikit kesal pada Kakaknya. Alih-alih menjawab pertanyaan Alvaro, kakaknya itu malah mengalihkan pembicaraan.

"Kuliahmu sudah selesai?" tanya Kakaknya.

"Ya. Dan Kakek menyuruhku untuk menyusulmu dan melanjutkan studi di sana," kata Alvaro dengan sedikit nada sedih.

"Lalu kenapa, suaramu begitu?" tanya Daniel.

"Jika aku pergi dan melanjutkan study ku ke sana, itu artinya aku harus berpisah dengan kekasihku," keluh Alvaro sedih membuat Kakaknya terdiam sejenak.

Namun, setelahnya Alvaro mendengar decakan kesal dari Kakaknya.

"Dasar bocah! Jangan termakan oleh buaian cinta sesaat," sangkal Kakaknya itu.

"Hey! Cintaku bukan cinta sesaat! Ingat itu! Aku mencintainya setulus hatiku. Jika kau melihatnya, kau mungkin akan jatuh cinta," ucap Alvaro sembari tersenyum dan membayangkan Selena.

"Ckckck. Aku yakin cintamu itu akan luntur termakan oleh waktu. Atau bahkan terbawa angin saat kau terbang ke sini," ledek Daniel membuat Alvaro berteriak.

"Yaaa!!! Jangan asal bicara, kau! Awas saja! Suatu saat nanti kau akan termakan dengan ucapanmu sendiri!" kesal Alvaro pada kakaknya.

"Tidak akan!"

"Pasti!"

"No!"

"Kau akan bertemu dengan wanita yang membuatmu jatuh cinta. Bahkan, wanita itu seakan jadi candu bagimu. Tak kan tergantikan dengan apapun dan dengan siapapun juga," ucap Alvaro membuat Daniel berdecak kesal.

"Sudahlah! Hari ini libur dan ini hari tenangku. Aku mau istirahat!" ucap Daniel yang segera menutup telepon adiknya.

Alvaro mengumpati Kakaknya dengan menatap layar ponselnya. Namun, seketika itu ia mendapat pesan dari Kakaknya.

"Jika kau mengumpatiku, kau tidak akan aku beri uang jajan lagi," tulis Daniel membuat Alvaro sedikit terkejut karenanya.

Alvaro memang sering meminta uang pada Kakaknya, jika jatah uangnya telah habis. Dan sebagai Kakak yang baik hati, Daniel selalu memberinya.

"Dasar perhitungan sekali!" balas Alvaro kesal. Namun, setelahnya ia tersenyum. Kakaknya itu memang orang yang dingin.

Namun, meski begitu dia adalah Kakak terbaik baginya. Ia bersyukur, dalam keluarganya yang sepi ini, dirinya masih memiliki Daniel sebagai saudara.

Daniel hendak memejamkan mata, tapi urung ketika mendengar dering ponselnya kembali. Ia mengabaikannya karena ia pikir itu adalah Alvaro.

Dering ponselnya tak kunjung berhenti, hingga Daniel bangkit dan mengambil ponselnya. Ia hendak memaki adiknya yang berusaha mengganggunya.

Namun, ia memicingkan mata saat bukan nama adiknya di layar ponsel. Melainkan...

"Ya, halo, Kek?" ucap Daniel.

"Kenapa lama sekali? Apa kau sudah tidur? Tidak biasanya kau tidur jam segini?" tanya Sanjaya dari seberang sana.

"Ini hari minggu, Kek. Dan ini waktunya hari tenang untukku beristirahat," jawab Daniel.

"Baiklah. Tapi, Kakek hanya ingin menyampaikan sesuatu saja. Minggu depan, kau harus segera pulang. Akan ada perubahan jabatan dan posisi di perusahaan. Sudah waktunya kamu menggantikan Ayahmu. Agar ia tak lagi berbuat ulah," ucap sang Kakek membuat Daniel tertegun sejenak.

Ia sudah memikirkan hal ini dari kemarin saat mendengar Ayahnya melakukan tabrak lari yang untungnya tak diketahui siapapun juga.

Akhirnya, apa yang ditakutkannya terjadi juga. Daniel menghela napas panjang.

"Tapi, Kek?"

Kakek sudah tidak sehat seperti dulu lagi. Entah sampai kapan umur Kakek. Kakek hanya ingin segera mengurus semuanya, sebelum terlambat," ucap Sanjaya dengan berharap cucu pertamanya itu mau mendengarkan.

"Aku tidak janji, Kek. Aku harus memikirkannya lebih dulu," kata Daniel.

"Selamat beristirahat. Sampai jumpa minggu depan," ucap Sanjaya dan menutup panggilannya.

"Tapi, Kek! Aku tidak bisa!" ucap Daniel. Namun, panggilan itu sudah ditutup oleh sang kakek.

"Arrgghhh!!!" geram Daniel.

Daniel mendengus kasar. Kata-kata Kakeknya seakan menjadi sebuah perintah bagi Daniel.

Sebenarnya hidup sendiri di negeri orang membuatnya sepi. Namun, untuk kembali ke rumahnya, rasanya ia tidak ingin lagi.

Sebenarnya, ia juga sangat rindu dengan rumahnya. Namun, ia enggan untuk kembali.

Daniel memandang sebuah foto seorang wanita bersama dirinya sewaktu kecil. Ibunya. Entah di mana sekarang ia berada.

Praaakk!!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 98. Epilog 2 (TAMAT)

    Apa?!" Begitulah jika Selena ada maunya. Ia akan memanggil Daniel dengan sebutan 'Sayang', karena tahu suaminya itu tidak akan menolak. "Ya, baiklah. Besok aku akan mengurus semuanya," jawab Daniel meski dalam otaknya sudah pusing memikirkan segalanya. Bahkan, pagi-pagi sekali Daniel menghubungi dokter kandungan yang biasa menangani Selena. Sebenarnya, saat check up sejak sebulan yang lalu, dokter sudah bisa memprediksi jenis kelamin bayi Selena dan Daniel. Namun, Selena mengatakan agar tidak mengatakannya. Ia bilang, agar menjadi surprise saat bayinya lahir. Namun, siapa yang menyangka, jika keinginan istri Daniel mendadak berubah?Dokter sudah menuliskan jenis kelamin anak Selena dan Daniel dalam sebuah kertas yang digulung pada sebuah tabung plastik. Lalu memasukkannya ke dalam sebuah balon besar. Karena acaranya begitu mendadak, jadi Daniel tak bisa berpikir untuk melakukan ide rencana yang lebih baik. Untuk itu, ia hanya mengadakan acara seperti pada umumnya. Jika saja Dani

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 97. Epilog 1

    Waktu terus berlalu. Bahkan musim telah berganti. Segala masalah yang mereka lewati pun telah menjadi hal yang hanya bisa diingat. Kita tak akan pernah tahu dengan apa yang akan terjadi. Bahkan kesulitan yang kita alami juga datangnya dari Yang Maha Kuasa, semata hanya untuk memberi kemudahan setelah kita bisa melewatinya. Meninggalnya kedua orang tua Selena, pernikahan kontrak yang dilakukan Daniel dan Selena, bahkan harus rela berpisah dengan Alvaro yang notabene adalah kekasihnya. Kemudian meninggalnya sang kakek, kejadian Alvaro di luar negeri dengan Nick, atau kembalinya sang Mama yang membuat Alvaro dan Daniel menangis haru. Serta cinta yang perlahan tumbuh di hati Selena untuk Daniel ataupun sikap rela menerima Alvaro yang mau bertanggung jawab atas Jessica, semua sudah tak luput dari campur tangan Tuhan. Lalu, kini keluarga yang sedang berbahagia itu, sedang riuh menanti kelahiran seorang bayi yang sudah ditunggu sejak sembilan bulan lamanya. Alvaro menangis haru, saat per

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 96. Usai

    Setelah drama sesenggukan Jessica di kamar rias, kini sepasang mempelai pengantin itu sedang berjalan menuju altar. Tentu saja Jessica sudah diperbaiki make upnya. Karena air matanya tentu membuat riasan Jessica sedikit rusak. Daniel mengundang semua rekan kerjanya, serta para karyawan di seluruh cabang Jaya Group. Membuat pesta pernikahan Alvaro terasa sangat meriah. "Kenapa kau memandangnya seperti itu?" tanya Daniel ketika Selena menyaksikan Alvaro dan Jessica sebagai raja dan ratu hari ini. Selena hanya memutar bola mata malas. Ia tahu, suaminya itu pasti dalam mode cemburu. "Sayang, aku punya mata. Dan kau sangat tahu apa gunanya mata, kan? Untuk apa punya mata, jika tak digunakan dengan baik?" jawab Selena sehalus mungkin. "Tapi, memandang seperti itu, apakah itu cara yang baik?" protes Daniel kembali membuat Selena menarik napas panjang. Apa salahnya melihat pasangan yang menikah itu sedang berbahagia? "Apa aku tak boleh melihatnya? Apa aku harus ke kamar saja?" kesal Sel

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 95. Before Wedding

    Selena mengeratkan pegangannya pada gelas. Ia sudah menduga bahwa Daniel akan berpikir demikian. Salahnya sendiri, kenapa ia menampilkan sikap yang aneh. "Daniel... Aku tidak...""Aku tidak apa-apa, Selena. Aku sangat tahu hatimu. Wajar saja jika kau...""Aku tidak cemburu, Daniel. Aku hanya heran saja, mereka,... Alvaro sangat cepat dekat dengan Jessica. Juga, Jessica..."Selena menggantungkan ucapannya. Ia menyadari jika maksud dari ucapannya juga masih mengandung maksud yang dikatakan Daniel. Daniel segera menangkap kegelisahan istrinya itu. Ia menghampiri Selena, dan meletakkan gelas yang dibawa olehnya. "Tak perlu kau menjelaskan, aku sudah paham. Aku tahu. Sangat tahu. Memang tidak mudah melupakan seseorang yang pernah mengisi hati kita. Namun, harus selalu kau ingat, bahwa ada aku, di sisimu," ujar Daniel meletakkan sebelah tangan Selena di dadanya. Selena tersenyum lega. Sebelumnya ia takut, jika Daniel akan salah sangka padanya. Namun, siapa yang menyangka jika suaminya s

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 94. Apa kau cemburu?

    "Daniel?! Kau?! Bagaimana kau bisa ada di sini?" pekik Alvaro yang segera beranjak dan berhadapan dengan Daniel. "Kau belum menjawab pertanyaanku, Al?!""Kau pun tak menghiraukan pertanyaanku, Niel!" kesal Alvaro kemudian. Keduanya mendengkus kesal bersamaan. Membuat Daniel tersenyum geli melihatnya. Ia sadar, dirinya dan adiknya adalah dua orang yang hampir sama memiliki sifat. Yaitu tidak sabaran, dan mungkin mau menang sendiri. "Oke, fine! Tadi aku mengikutimu dari belakang karena...""Dasar penguntit!" kesal Alvaro dan Daniel tercengang mendengarnya. "Dengarkan aku dulu, Adik laknat!" maki Daniel yang terpancing kesal. Alvaro hanya mendengus kasar dan membuang muka. Ia enggan bertatap muka dengan kakaknya itu. "Aku hanya menghawatirkanmu. Jadi aku mengikutimu. Apa aku salah?" "Salah! Karena kau plin plan dengan ucapanmu!" ketus Alvaro beranjak keluar dari kamarnya. Ia tak ingin istirahat Jessica terganggu. "Plin plan? Apa maksudmu?" tanya Daniel heran. Ia mengikuti langkah a

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 93. Jessica muntah-muntah

    Sejak kepergian Alvaro saat mereka berpisah di Bandara, sejak itu pula Jessica merasakan kegelisahan. Gelisah karena sepertinya perutnya mulai mengalami rasa tidak nyaman seperti beberapa terakhir yang ia alami. Namun, kembali Jessica mengingat apa yang diucapkan Alvaro tadi, ia memejamkan mata dan mengingat pelukan Alvaro serta mengingat aroma tubuh calon Ayah dari anaknya itu. Sungguh, dia bukan wanita mesum selama ini. Namun, entah kenapa pikirannya tentang Alvaro sedikit membantu mengusir rasa tidak nyaman seperti mual yang ia alami. "Huufftt. Bagus, seperti itu Jessica. Kau pasti bisa," gumam Jessica terus menerus mensugesti dirinya sendiri agar tak menuruti rasa mualnya. Setibanya di apartemen Alvaro, Jessica menemukan kamar Alvaro dengan khas aroma laki-laki itu. Membuatnya merasa senang karena sepertinya ia bisa merasakan kehadiran Alvaro di sini. "Aku akan tidur di kamar ini, Anna. Bolehkah?" tanya Jessica sedikit takut. "Tentu saja, Nona. Tuan Alvaro memberiku pesan unt

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status