Share

Jebakan Untuk Afnan?

Author: Catatan_Sajak
last update Last Updated: 2025-06-24 10:00:02

Mobil yang kami tumpangi akhirnya berhenti di depan rumah Mama Diana. Rumah itu terlihat lengang, sepi, hanya suara kicau burung yang terdengar bersahutan di halaman. Mas Afnan mematikan mesin mobil, lalu menoleh ke arahku. Sorot matanya masih sama. Letih, penuh tanya, dan sembunyikan luka.

Kami turun tanpa banyak bicara. Langkah kami pelan saat memasuki rumah. Begitu pintu terbuka, suasana sepi langsung menyambut kami. Tak ada suara, tak ada tanda-tanda kehidupan di dalam rumah itu. Hanya udara pagi yang mengalir melalui jendela yang terbuka sebagian.

Mas Afnan menatap sekeliling, lalu menghela nafas. “Kosong. Mungkin semuanya lagi keluar,” gumamnya sambil melepas jasnya. “Kamu langsung istirahat aja ya, Saf. Aku juga mau siap-siap ke kantor.”

Aku mengangguk patuh, berusaha tersenyum meski hatiku masih terasa berat. “Iya, Mas. Kamu hati-hati di jalan nanti.”

Mas Afnan mengusap lembut kepalaku. Sentuhannya hangat tapi t

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Bukan Pernikahan impian   Kembali Ke Tempat Seharusnya

    Mobil Mas Afnan melaju perlahan memasuki halaman rumah. Senja sudah hampir hilang, langit mulai gelap, menyisakan rona jingga samar di ufuk barat. Suasana rumah begitu hening dan hanya suara gesekan dedaunan yang tertiup angin yang terdengar.Kami turun dari mobil tanpa banyak bicara. Mas Afnan menggenggam tanganku erat seolah ingin memastikan aku benar-benar ada di sisinya. Langkah kami menyusuri teras dan masuk ke dalam rumah yang seolah ikut menyimpan duka hari ini.Begitu pintu tertutup, Mas Afnan menghela nafas panjang, lalu menuntunku ke ruang tamu. Kami duduk bersebelahan. Mas Afnan menunduk dengan kedua tangannya saling bertaut.“Safa …,” panggilnya lirih seraya menatapku dalam-dalam. “Aku minta maaf. Semua ini pasti berat buat kamu. Tapi aku janji, aku janji mulai sekarang nggak akan ada lagi kebohongan yang nyakitin kamu. Aku nggak akan biarin siapa pun ganggu rumah tangga kita.”Aku menatapnya dengan mataku berkac

  • Bukan Pernikahan impian   Talak Dari Afnan

    Ruangan itu seolah menahan nafas. Tegangan di dalam kamar makin menebal seakan dinding-dindingnya pun ikut menahan gejolak yang nyaris meledak. Papa Himawan berdiri dengan wajah merah padam dan menatap Sarah tajam, sementara Sarah semakin tersudut di atas ranjangnya.“Bicara, Sarah! Jelaskan! Kenapa kamu tega melakukan ini semua?!” desak Papa Himawan lagi. Suaranya meninggi, tak mampu lagi menahan kekecewaan dan amarahnya.Air mata Sarah semakin deras. Bahunya bergetar hebat, dan akhirnya, dengan suara serak, ia pecah juga. “Aku udah bilang sama Mama, sama Papa, kalau aku cinta sama Kak Afnan!” teriaknya di antara tangisnya.Ruangan itu hening seketika seolah semua baru saja dipukul kenyataan yang menyakitkan.Sarah terisak, matanya basah, wajahnya merah. “Mama juga tahu, penyebab aku kecelakaan sampai koma dua tahun itu karena aku mau nemuin Kak Afnan! Aku mau nyusulin Kak Afnan waktu dia lagi kuliah di luar kota! Tapi kalia

  • Bukan Pernikahan impian   Hanya Sandiwara

    Pintu rumah terbuka, dan Mas Afnan melangkah masuk. Wajahnya masih menyimpan sisa tegang dari percakapan telepon tadi. Begitu matanya menangkap sosokku yang berdiri menunggunya di ruang tamu, aku buru-buru memaksakan senyum. Meski hatiku masih bergetar, aku mencoba menenangkan diriku. Aku melangkah mendekat, menunduk, lalu dengan takzim mencium punggung tangannya. Tangannya hangat, sedikit bergetar, dan genggaman balasnya begitu erat seolah dia sedang mencari sandaran.Mas Afnan menatapku penuh sayang, meski di balik matanya aku tahu ada kegelisahan yang ia sembunyikan. “Mama sama Sarah masih belum ada kabar, Saf?”“Belum, Mas. Sejak pagi nggak ada yang pulang, nggak ada juga yang nelpon atau ngabarin.”Mas Afnan menghela nafas panjang dan meletakkan tas kerjanya di sofa. “Sebenarnya mereka ke mana ya? Kalau Papa sama Azzam ‘kan memang lagi ada pekerjaan di luar kota. Tapi Mama dan Sarah, tumben begini. Biasanya paling nggak M

  • Bukan Pernikahan impian   Jebakan Untuk Afnan?

    Mobil yang kami tumpangi akhirnya berhenti di depan rumah Mama Diana. Rumah itu terlihat lengang, sepi, hanya suara kicau burung yang terdengar bersahutan di halaman. Mas Afnan mematikan mesin mobil, lalu menoleh ke arahku. Sorot matanya masih sama. Letih, penuh tanya, dan sembunyikan luka.Kami turun tanpa banyak bicara. Langkah kami pelan saat memasuki rumah. Begitu pintu terbuka, suasana sepi langsung menyambut kami. Tak ada suara, tak ada tanda-tanda kehidupan di dalam rumah itu. Hanya udara pagi yang mengalir melalui jendela yang terbuka sebagian.Mas Afnan menatap sekeliling, lalu menghela nafas. “Kosong. Mungkin semuanya lagi keluar,” gumamnya sambil melepas jasnya. “Kamu langsung istirahat aja ya, Saf. Aku juga mau siap-siap ke kantor.”Aku mengangguk patuh, berusaha tersenyum meski hatiku masih terasa berat. “Iya, Mas. Kamu hati-hati di jalan nanti.”Mas Afnan mengusap lembut kepalaku. Sentuhannya hangat tapi t

  • Bukan Pernikahan impian   Terjadi Sesuatu Semalam?

    Sinar matahari pagi menembus tirai jendela dan menyapu hangat ke seluruh ruangan. Perlahan aku membuka mata, nafasku terengah pelan. Rasa pegal luar biasa menjalari seluruh tubuhku. Aku menggigit bibir dan menahan sesak di dada yang entah mengapa begitu berat pagi ini.Mataku menyapu sekeliling ruangan mencoba menyadari di mana aku berada. Dinding berbalut wallpaper elegan, gorden tebal, ranjang besar, ini ... Hotel.Ya Allah, aku masih di hotel ini. Aku menunduk dan meremas erat selimut yang menutupi tubuh polosku. Semua kenangan semalam berkelebat, membuat wajahku memanas dan dadaku terasa perih. Sentuhan Mas Afnan, tapi bukan seperti biasanya. Bukan dengan kelembutan dan kesabarannya yang aku kenal selama ini.Semalam seperti bukan Mas Afnan. Sentuhannya, caranya menatapku, cara dia merengkuhku, semua terasa asing, penuh gejolak, penuh luka yang seolah ingin dilampiaskan. Aku menggigil mengingatnya.Tanganku perlahan bergerak dan memegang erat selimut

  • Bukan Pernikahan impian   Bukan Afnan Yang Biasa

    Aku mengangkat sendok terakhir dan menyuapkan potongan kecil ayam bakar ke mulutku. Mama Diana tersenyum puas. Tangannya mengelus punggung tanganku yang berada di atas meja.“Alhamdulillah, akhirnya Safa mau makan dengan tenang malam ini. Mama senang, Nak. Kamu jangan terlalu banyak pikiran, ya,” ucap Mama lembut.Aku mengangguk kecil sambil menahan perih di dada. “Iya, Ma. Terima kasih sudah mau temani Safa makan malam.”Kami duduk di restoran langganan keluarga Mama. Kata Mama, Restoran hotel bintang lima ini yang biasanya jadi tempat makan mereka bersama saat ada acara keluarga. Malam ini seharusnya aku merasa tenang. Tapi entah mengapa, hatiku gelisah sejak awal kami masuk ke sini.“Mama, aku ke toilet sebentar, ya,” pamitku.“Silakan, Sayang. Hati-hati.”Aku berdiri, merapikan hijabku, dan mulai melangkah menuju arah toilet. Tapi baru beberapa langkah, saat aku berbelok di lorong menuju fa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status