Chapter: Manis yang MenggetarkanSentuhan yang terasa lembut di kepalaku membuatku terusik. Aku mengerjapkan kedua bola mataku perlahan dan langsung mencari-cari keberadaan Mas Afnan. Dan ternyata ... dia sudah bangun. Sedang menatapku dengan posisi duduk bersandar. Aku tak dapat menahan senyum legaku saat kulihat wajah suamiku itu tak sepucat semalam. Aku menyentuh dahi Mas Afnan lagi. Alhamdulillah, demamnya sudah benar-benar turun. "Safa ...," panggil Mas Afnan terdengar lirih di telingaku. Aku yang saat itu tengah membenahi bekas kompresannya menoleh. Dengan senyum tipis, aku mendekat padanya lagi. Duduk tepat di depannya di pinggir ranjang. "Ada ap—" Kalimatku sontak terputus saat Mas Afnan tiba-tiba menarikku dalam dekapannya. Mataku terbelalak lebar. Detak jantungku nyaris berhenti rasanya. “Terima kasih,” bisik Mas Afnan tepat di telingaku. Aku menelan ludah susah payah, kemudian mengangguk. Ternyata sikap mencair Mas Afnan sudah mulai terlihat. Tapi, tetap saja aku tak boleh terlalu berharap tinggi
Terakhir Diperbarui: 2025-05-01
Chapter: Kesempatan Kedua“Aku ingin memberi kesempatan sekali lagi ... untuk Mas Afnan,” jawabku sambil menatap Nilam yang kini terbelalak. “Kamu serius?” Aku mengangguk dengan yakin. Aku akan kembali percaya. Memberi kesempatan kedua pada hubungan kami. Pada Mas Afnan. “Kenapa mendadak gini? Kamu ... udah cerita soal niat kamu yang mau pisah itu?” Aku menahan nafas sesaat. Kilas balik tentang ingatan saat Mama yang pertama kali menemukan surat itu, membuat perasaan sesalku seakan menghimpit dada. Seandainya waktu bisa diputar kembali. Ingin rasanya aku menarik kembali tindakanku itu. Aku sadar, aku ceroboh. Aku terlalu terburu-buru mengambil keputusan tanpa mau mendiskusikan dulu bersama Mas Afnan. Menghela nafas singkat, aku lantas mengangguk. Senyum tipis kuperlihatkan pada Nilam yang kini tengah menatapku bingung. “Mas Afnan ingin bertahan dengan pernikahan ini. Dia bilang ... dia akan berusaha mencintai aku.” Nilam tersenyum lebar dan menepuk punggungku. “Aku nggak bisa bantu banyak. Yang menjalani
Terakhir Diperbarui: 2025-05-01
Chapter: Malam Yang Mengubah SegalanyaMalam belum usai dan aku masih dalam pelukan gelap yang menggantungkan jawaban. Mas Afnan bergerak semakin mendekat, tapi juga penuh kehati-hatian. Seolah takut sentuhannya akan menyinggung lukaku yang belum sembuh.Aku hanya diam dengan perasaan yang bergejolak tak karuan saat bibir Mas Afnan menyentuh keningku perlahan, seperti meminta izin. Setelahnya, dia menatapku dengan dalam.“Tapi masih banyak yang kamu sembunyikan, ‘kan?”Aku terhenyak melihat sepasang matanya yang langsung meredup sedetik aku berucap demikian. Dalam suasana kamar yang terang ini aku melihat ada tatapan lain yang ia pancarkan. Seperti tatapan takut, dilema dan sedih secara bersamaan.“Aku minta maaf, Safa. Aku benar-benar minta maaf. Kamu boleh melampiaskan kemarahan yang kamu pendam selama ini dengan apa saja, tapi tolong jangan pergi. Aku butuh kamu. Aku mau mempertahankan rumah tangga kita.” Suaranya terdengar lirih dan parau.Aku membuka m
Terakhir Diperbarui: 2025-04-30
Chapter: Surat Gugatan“Katanya besok pagi baru pulang," ucap seorang tetangga dekat rumah Nenek saat aku datang ke sana dan mendapati rumah itu sepi.Aku menghela nafas lesu. Lagi-lagi niatku untuk mengutarakan keputusanku menggugat cerai Mas Afnan pada Nenek harus urung. Aku menatap nanar amplop putih di tangan. Padahal, aku sudah mati-matian mempersiapkan mental untuk memberikan ini saat di TPA tadi.Terpaksa, aku kembali pulang ke rumah Mas Afnan. Amplop putih berisi gugatan tulisan tanganku itu kusimpan kembali dalam tas. Sepanjang perjalanan aku terus berfikir, apakah ini cara semesta menunjukkan padaku kalau aku tak boleh berpisah dari suamiku? Karena setiap kali aku mantap memutuskan, selalu saja ada kendala yang menghalangi.Apakah ini pertanda kalau aku harus memberikan kesempatan pada Mas Afnan? Mencoba percaya lagi padanya? Aku benar-benar bingung. Memikirkan semua ini, kepalaku serasa mau meledak saja!“Safa!”Pandanganku yang sejak tadi te
Terakhir Diperbarui: 2025-04-30
Chapter: Rahasia yang terkuak‘Safa maafkan aku. Sepertinya malam ini aku tidak pulang lagi. Jangan lupa kunci pintu! Dan jangan tidur terlalu malam.’Aku tersenyum miris membaca pesan yang dikirimkan Mas Afnan beberapa menit lalu. Terulang lagi. Sungguh, aku sama sekali tak mengerti dengan jalan fikiran Mas Afnan. Sudah kuduga dari awal. Ia memang tak serius mau memperbaiki hubungan kami. Toh, dia juga belum bisa menjaga jarak dari perempuan itu.Mataku terpejam disertai butir-butir air mata yang mengalir. Segala fikiran negatif mulai bersarang di otakku memikirkan apa saja yang tengah mereka lakukan berdua sampai malam begini. Ya Allah ... Ya Allah ... sesakit inikah resiko yang kuambil karena mencintai lelaki yang tak mencintai aku?Mungkin, sekarang adalah waktunya. Aku juga lelah karena menjadi satu-satunya yang berharap dalam pernikahan ini. Sudah saatnya semua berakhir.Menghela nafas pelan, aku bangkit dari sofa, mengunci pintu lantas beranjak menuju kamar. Besok p
Terakhir Diperbarui: 2025-04-29
Chapter: Patah Lagi“Tolong, beri aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya.”Aku tercengang. Aku tidak sedang berkhayal atau semacamnya, ‘kan? Lelaki yang sejak hari pertama setelah akad dilangsungkan sampai kemarin malam terang-terangan menolakku, malam ini justru meminta kesempatan padaku atas pernikahan ini? Apa dia sedang kerasukan jin lagi?Apapun itu, aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk tidak mudah luluh dengan semua perbuatan baiknya. Itu hanya menipu. Setelah ini, Mas Afnan pasti akan melakukan sesuatu yang membuatku patah hati lagi.Aku tersenyum hambar, lalu menggeleng samar. Kali ini sandiwaramu tidak akan mempan. Apalagi, membuatku luluh. Tidak akan lagi aku tertipu sama sikap manis kamu.“Maaf, aku nggak bisa.” Setelah berucap demikian, aku langsung melengos pergi melewatinya. Sebelum benar-benar masuk ke dalam, aku kembali memutar tubuh saat mencapai depan pintu untuk menghadap Mas Afnan lagi. “Aku tunggu surat perc
Terakhir Diperbarui: 2025-04-29