Share

Diserang Lagi

"Aku harus mencari ragaku sendiri, mungkin kalau bertemu dengan ragaku jiwaku bisa keluar dari sini. Tapi aku tidak tau di mana ragaku sekarang, aku akan cari Dean untuk mencari tau. Tapi kapan aku bisa pergi, jika mereka semua memintaku untuk berjaga di sini siang malam. Benar-benar sial!" geram Levan tapi hanya di dalam hatinya.

Plak!

"Woii, jangan melamun kamu bisa kesambet siang-siang begini." Anto yang baru datang langsung menepuk bahu Levan, membuatnya terperanjat kaget.

"Kalian sudah selesai?" tanya Levan datar.

Sebenarnya Levan kesal karena sudah dibuat terkeju, tapi dia tidak ingin menunjukkan sisi dirinya yang biasanya. Karena sampai sekarang dia tidak tau bagaimana Doni kesehariannya dulu. Untung saja dia sedang dianggap lupa ingatan, mau bagaimanapun reaksinya tidak akan dikira aneh.

"Sudah, apa kalian tidak lapar? Kita makan dulu di tempat biasa," ucap Anto sambil duduk sementara Ben sudah duduk kembali.

"Gak minum dulu, To?" tanya Ben.

Plak!

"Kamu gak ada omongan lain selain minum aja, perut kita belum di isi tadi pagi sudah minum ciu. Siang ini belum makan juga kamu sudah minta minum, mau mati kamu?!" bentak Anto kesal dengan Ben.

"Hehehe, sori Bro. Kemarin kita minum dikit, jadi pengen minum lagi. Gak melawan aku kalau belum mabok," sahut Ben cengengesan.

"Sejak kapan orang mabuk bisa melawan? Bukannya kalau mabuk orang malah gak punya tenaga, berani tapi gak ada kekuatan." Levan menyeletuk menimpali ucapan Ben, yang menurutnya tidak masuk akal.

"Hahaha, dapet darimana kamu kata-kata itu. Bukannya kamu yang lebih sering bilang gak mabuk gak ada mental. Lagian itu berlaku buat orang lain, buat kita mah beda. Semakin mabuk semakin kita jagoan," sahut Ben terbahak.

"Sudah-sudah malah jadi kalian yang debat, aku mau makan kalau gak mau ikut ya sudah. Ayo Agus, Murad, Narto kita makan!" ajak Ben beranjak dari duduknya.

Mereka pun makan siang di sebuah warung makan, setelah menikmati makan siang mereka langsung kembali ke basecamp. Anto menyuruh Ben untuk membeli minuman seperti keinginannya tadi.

"Mana duit tagihan kalian, katanya mau minum?" tanya Anto sambil menengadahkan tangannya.

"Nih," ucap Ben sambil menyodorkan uang yang di dapatnya.

Anto pun menghitung pendapatan mereka hari ini dan sedikit mengerenyitkan keningnya setelah menghitung pendapatan Ben dan Levan.

"Cuma segini, dikit amat?" tanya Anto heran.

Degh!

Jantung Levan mendadak berdetak kencang, dia benar-benar jadi takut ketahuan karena sudah menyelipkan sebagian pendapatannya hari ini. Seolah dia merasa sudah berbuat curang pada rekan Doni yang ada di hadapannya.

"Gimana tidak dapet sedikit, orang duitnya sudah di tagih anak buah Baron sebagian. Mereka pikir kita tidak akan muncul hari ini, jadi sudah mereka tagih. Nah saat melihat kami, mungkin mereka langsung kabur makanya kami gak lihat mereka lagi. Gimana kalau Baron menyerang kita lagi, mana kita belum siap. Anak-anak yang biasa nongkrong di sini saja tidak kelihatan batang hidungnya," jelas Ben sedikit berbohong.

"Iya ya, aku baru sadar mereka gak ada di sini. Apa mereka nongkrong di tempatnya Baron?" tanya Anto seolah pada dirinya sendiri.

"Bisa jadi sih, sudah jangan di pikirkan beli minuman dulu. Biar kalau mereka menyerang kita udah panas," sahut Ben.

"Ya sudah sana ajak Agus, jangan sendirian nih uangnya." Anto menyodorkan sejumlah uang yang sudah di hitungnya.

Ben dan Agus langsung beranjak menuju salah satu warung yang menjual minuman keras, tidak terlalu jauh dari sana. Hanya berada di seberang jalan, saat mereka sedang membeli minuman. Terdengar jelas suara deru motor dengan knalpot besar yang mendekati, tidak hanya satu tapi beberapa. Saat mereka menoleh terlihat motor-motor itu berhenti di depan pondok tempat mereka nongkrong dan beberapa orang turun dari motor dengan membawa kayu balok..

"Brengsek, kita di serang lagi. Kalian siap-siap!" teriak Anto sambil berdiri mengambil senjata berupa balok kayu yang sudah mereka persiapkan.

Levan yang bingung hanya melongo, dia tidak tau apa yang sedang terjadi. Beberapa orang sedang berlari mendekat dengan balok kayu di tangan mereka.

"Woyy Doni! Kamu mau mati, ambil ini lawan mereka!" bentak Anto sambil melempar satu balok pada Levan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status