Share

Mulai Memahami Situasi

"Nada, kamu benar-benar tidak tidak berubah. Masih tetap cantik dan lembut, aku tidak menyangka bisa bertemu kamu lagi. Tapi sialnya, kita bertemu di saat aku berada di tubuh pria ini. Kamu pasti tidak akan percaya jika aku mengaku sebagai levan mantan kekasihmu dulu," batin Levan sambil terus berjalan mengikuti Ben.

"Don, woyy! Kamu kenapa melamun, sana tagih toko-toko di sebelah situ. Aku akan ke sebelah sana, jadi biar kita cepat selesai. Aku sudah tidak sabar ingin minum alkohol nih, biar kita cepet kumpul di pos dan minum di sana." Ben menyenggol tubuh Levan yang hanya dia saja saat tadi dia mengajaknya bicara.

"Eh, iya. Ya sudah aku ke sana," sahut Levan dan berbalik menuju tempat yang di tunjuk Ben.

"Ampun deh, dia kehilangan ingatan tapi malah jadi kayak orang bego. Coba kehilangan ingatan itu lebih keren, jadi makin pintar gitu. Ini malah jadi kek orang linglung," gerutu Ben sambil menyebrang jalan.

Levan pun masuk ke salah satu toko, membuat orang di sana keheranan. Karena berita kematian Dono benar-benar sudah menyebar, hal itu membuat Levan kebingungan. Dia begitu enggan menjelaskan, tapi jika tidak bisa-bisa dia di kira arwah penasaran. Terpaksa Levan harus menjelaskan setiap dia masuk dari satu toko ke toko yang lain. Begitu pula saat dia menagih di warung-warung pinggir jalan yang ada di kawasan terminal dan pasar itu.

"Akhh, mulutku capek. Masa setiap masuk toko harus menjelaskan sama orang-orang itu sih," geram Levan saat dia sudah selesai menagih uang keamanan.

Plak!

"Gimana Bro, apa sudah selesai?" tanya Ben menepuk punggung Levan.

"Iya sudah ini uangnya," Levan menyodorkan uang yang di dapatnya ada Ben.

"Kamu kasih semua? Jangan kamu simpan sebagian, bilang kalau banyak yang tidak bayar karena sudah bayar dengan kelompok lain." Ben membagi uang yang Levan sodorkan dan memberikannya lagi pada Levan.

"Apa gak apa-apa? Nanti kalau Anto tau dia bisa marah," ujar Levan dengan wajah bingung.

"Sudah simpan saja, siapa tau kamu butuh nanti. Sesekali gak apa-apa, lagian nanti juga uangnya bakal habis buat kita makan dan minum-minum. Ayo kita balik ke basecamp!" ajak Ben.

Levan akhirnya menurut, meskipun dia masih bingung dan takut kalau sampai Anto tau dan dia di tuduh tidak jujur. Dia juga tidak menyangka, Ben akan berbuat seperti itu. Memikirkan dirinya yang mungkin akan membutuhkan uang itu.

Mereka pun berjalan menuju tempat yang di sebut basecamp, ternyata itu adalah sebuah pondok di mana mereka sering nongkrong sebelum pulang ke kontrakan. Mereka juga sering duduk di sana sampai larut malam, menikmati minuman sambil berjaga di daerah itu agar kawasan mereka aman. Karena orang-orang di sana sudah membayar uang keamanan, yang artinya mereka harus menjaga keamanan kawasan itu.

"Wah, mereka belum kumpul di sini. Biar aku telepon dulu," Ben mengeluarkan sebuah ponsel jadul. Lalu dia pun menelpon Anto untuk mengabari jika mereka sudah di basecamp.

"Mereka masih menagih uang keamanan, masih ada beberapa tempat lagi. Mereka sedikit kerepotan, karena banyak yang tidak mau membayar karena berpikir kawasan sini sudah ganti yang megangnya." Ben duduk dan menjelaskan pada Levan, kenapa teman-temannya belum kembali.

"Apa akan ada keributan lagi, kalau nanti mereka menagih dan ternyata sudah kita ambil?" tanya Levan yang sedikit banyak sudah memahami situasi.

"Ya bisa jadi sih, tapi kalau sampai begitu artinya kita harus balas. Sekaligus membalas dendam pada mereka karena Mencelakaimu," jawab Ben.

"Apa kalian berada di sini sampai larut malam?" tanya Levan lagi.

"Ya gitu deh, kira harus menjaga kawasan ini. Agar tidak ada yang berani untuk macam-macam, kalau sampai terjadi pencurian atau segala macam. Kita juga yang akan kena imbasnya," sahut Ben menjelaskan.

"Bukankah itu sedikit berbahaya, jika mereka menyerang kita saat malam hari."

"Mau bagaimana lagi, jika tidak begitu maka orang-orang akan enggan membayar uang keamanan lagi. Kita hidup dari itu, jadi kita harus siap dengan resikonya. Apa kamu masih trauma?" tanya Ben.

Levan langsung menggeleng, bagaimana dia bisa trauma saat dia saja tidak tau tentang kejadian pemilik raganya sekarang di bunuh. Selagi menunggu, Ben berbaring dan memejamkan mata untuk istirahat. Sementara Levan malah melamun, dia memikirkan bagaimana dia bisa tersesat di dalam raga Doni. Dia juga memikirkan, apakah dia bisa kembali ke raganya. Jika tidak lalu bagaimana dengan perusahaan serta Mamanya, tapi untuk kembali pun Levan belum memikirkannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status