Share

Bukan Sekedar Istri Pengganti
Bukan Sekedar Istri Pengganti
Penulis: dwi23end

Bab 1. Minta Cerai

Penulis: dwi23end
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-06 20:44:58

"Apa sekretarismu yang baru itu Rosemala?” tanya Ambar menatap Sandy memastikan.

Sandy yang tak ingin Ambar menyinggung soal Rosemala lagi langsung mengiyakan. Tumben istrinya itu peduli dengan urusannya di kantor. Menurutnya Ambar hanya tertarik dengan urusan domestik saja.

Wajah Ambar memerah. Ia tak senang. Ia tahu Rosemala adalah cinta pertama suaminya. Kabarnya sebulan ini baru pulang dari pendidikannya di luar negeri. Kebetulan ia punya seorang teman yang bekerja di perusahaan suaminya. Temannya itu sering bercerita tentang gosip yang sedang beredar di perusahaan.

“Apa tak ada kandidat lainnya? kenapa harus dia?” tukasnya menatap Sandy sendu.

“Ya daripada repot interview banyak orang. Kebetulan Rosemala bersedia. Aku tahu kompetensinya. Jangan curiga macam-macam,” ucap Sandy cepat. Ia pikir alasannya itu masuk akal.

“Buat apa aku cemburu. Kau masih mencintainya. Lantas aku mau apa? Kakek Murtopo juga sudah tak ada. Kau bebas sekarang mau kembali padanya,” seru Ambar mati-matian menahan perasaannya.

“Maksudmu apa?” teriak Sandy mulai terpancing.

“Kau boleh tak menganggapku, tapi bukan berarti aku mau suami resmiku menjalin hubungan dengan wanita lain. Jadi ceraikan aku!” ucap Ambar menentang mata elang Sandy.

Mulut Sandy langsung terasa pahit. Cerai! kalimat apa ini? Ambar tak pernah mengeluh sama sekali dengan pernikahan mereka selama 3 tahun ini. Keberadaan Rosemala tak akan mengganggunya.

“Katakan sekali lagi! hanya karena ini kau ingin cerai?” ujar Sandy maju mendekati Ambar. Tatapannya sedingin es.

Ambar mundur sampai menabrak di dinding di belakangnya. Ia sedikit ragu. Tapi ia segera menguatkan dirinya. Saatnya ia pergi dari pernikahan palsu ini.

“Kita cerai! Ada banyak alasan Sandy. Sudah cukup. Bagimu aku hanya perempuan pengganti. Cintamu telah kembali. Bahkan keluarga dan temanmu pun mendukung kalian. Bukankah kau juga sudah tak tahan untuk segera bersama dengan Rosemala,” tukas Ambar masih tak ingin mundur dengan keputusannya. Ia melihat api berkobar di mata elang pria itu. Rahangnya yang tegas dan wajahnya yang tampan terlihat mengeras. Ambar merasakan tangannya yang besar meraih tengkuknya dengan kuat. Ambar berjengit.

“Jangan sok tahu. Aku yang memutuskannya. Bukan dirimu Ambar! Mau aku bersama Rosemala itu bukan urusanmu” bisiknya dengan sarkas. Ambar tahu suaminya sedang marah. Ia mencoba melepaskan diri dari cengkeraman tangan pria itu.

"Aku juga berhak memutuskan. Ternyata apa yang aku lakukan selama ini tak ada artinya bagimu dan juga keluargamu,” ucapnya sambil meronta.

“Kau mengajukan cerai? Ajukan kalau kau bisa!” ujar Sandy menggertakkan gigi.

“Terserah! aku sudah lelah dengan semua sandiwara ini. Besok kita ke pengacara. Aku ingin kita bercerai tanpa ada insiden dan berjalan secara baik-baik,” ucap Ambar kini mulai menenangkan hatinya. Ia mengelus tangan Sandy agar pria itu mau melepaskannya.

Bukannya mereda amarah Sandy kian tersulut. Matanya mulai menggelap. Dadanya bergemuruh mendengar Ambar yang masih ingin cerai.

“Aku juga sudah lelah. Kau pikir aku punya pilihan saat kakek menyuruhku menikahimu dan meninggalkan Rosemala. Rosemala harus tersingkir keluar negeri hanya karena wanita sepertimu," ucap Sandy menekan tulang selangka Ambar.

Dada Ambar terasa sesak. Sandy masih membela wanita itu.

"Lantas apa yang kulakukan selama 3 tahun ini? Melayanimu bak raja. Menjadi apa yang menurut ibumu istri yang baik begitu? meninggalkan pekerjaan dan cita-citaku," ucap Ambar mengusap dadanya.

"Itu masalahmu. Aku tak pernah memintanya. Perlu kau tahu aku selalu berharap kau tak pernah hadir di hidupku. Aku ingin kau lenyap dari mataku. Kau membuat hidupku berantakan,,” serunya kemudian langsung mencium Ambar dengan membabi buta.

“Kau tak bisa lakukan ini Sandy!” teriak Ambar meronta ketika Sandy langsung menyergapnya dan membawanya ke tempat tidur.

"Hentikan! tolong," ronta Ambar dalam kungkungan Sandy. Matanya mulai membasah.

Sandy tak bisa mendengarkan apapun dalam situasi ini.

"Kau menginginkan ini, bukan? Kau melakukan semuanya hanya agar aku menyentuhmu!" dengus Sandy makin ganas membuka akses tubuh Ambar.

Beberapa menit kemudian Sandy telah mengejang nikmat di atas tubuh Ambar. Ambar tak menangis atau berontak lagi. Sandy bangkit sambil menyeringai.

"Mau cerai? Paling juga akan jadi gelandangan," ujarnya seraya mengenakan bajunya. Ambar tak menyahut. Air matanya kian membanjir.

Begitu Sandy keluar Ambar langsung terisak. Ia tak rela tubuhnya dijamah tanpa cinta. Ia merasa begitu rendah.

Paginya di Villa Arum Dalu. Sandy bangun seperti biasa. Ia bergegas ke kamar mandi. Ada yang berbeda pagi ini. Tak ada air hangat di bak mandinya. Ia ingat istrinya. Paling juga ngambek. Ia pun segera mandi. Saat akan berganti baju ia juga tak menemukan setelan baju kerja yang selalu disiapkan Ambar seperti biasa. Sandy menahan kesal. Ia pun memilih setelannya sendiri.

Belum cukup sampai disitu saat turun ke meja makan tak ada masakan rumahan untuk sarapan.

"Ambar mana sarapanku?" teriaknya berjalan menuju kamar Ambar. Mereka memang selalu tidur terpisah selama ini. Alangkah terkejutnya ia melihat Ambar yang telah rapi tengah menutup kamarnya sambil memegang koper besar.

"Kita akan bercerai. Aku tak akan membuatkanmu sarapan. Cari saja pembantu atau pesan saja," sahut Ambar menatap dingin Sandy. Ia bergegas menyeret kopernya untuk pergi.

Hati Sandy mencelos. Selama 3 tahun pernikahan mereka, Ambar tak pernah seserius ini. Paling juga tak bertegur sapa, keluar beberapa jam lantas ia akan kembali dan melayani semua kebutuhan sauminya.

"Pergi saja kalau bisa. Paling juga bakal kembali," ujar Sandy tersenyum mengejek. Dengan keadaan istrinya saat ini mana bisa ia hidup tanpa dirinya. Ambar tak punya keluarga yang akan dijadikannya singgah. Sahabat pun mana dia punya. Seingatnya istrinya itu cuma diam di dalam Villa. Tampak begitu menikmati pekerjaan rumah.

Sandy membenahi dasinya dan menegakkan tubuh. Tak ada waktu untuk membujuk wanita itu. Ia akan pergi bekerja. Ia segera menghubungi asisten sekaligus sopirnya.

"Awasi Nyonya pergi ke mana. Hubungi aku bila dia berani nekad," ujarnya langsung memutuskan panggilan.

Ambar menyeret kopernya yang besar keluar dari Villa Arum Dalu. Jalanan sepi. Ini kawasan elit. Ia harus berjalan cukup jauh untuk sampai di jalan besar. Sebuah mobil mewah melintas cepat di sampingnya meriapkan rambut dan mengibarkan bajunya. Ia menggigil sesaat seraya menatap mobil yang menjauh. Itu mobil suaminya. Pria yang merenggut semua energinya selama 3 tahun ini. Tangannya mengepal penuh amarah.

"Nyonya naiklah!" sapa pria yang ada di sebuah mobil yang tengah melaju pelan.

Ambar menatap pria di belakang kemudi. Dia adalah sopir sekaligus asisten Sandy. Pak Karim. Ia malah mempercepat langkahnya.

"Nyonya ini jauh. Anda tak pernah berjalan jauh," bujuk Pak Karim. Ia tahu wanita itu sedang ngambek.

Mobil itu terus mengikuti Ambar. Pak Karim juga tak berhenti membujuknya. Pak Karim adalah pria tua yang telah mengabdi pada keluarga Sudiro puluhan tahun. Ia seorang yang menghargai orang lebih tua. Ambar tak mungkin terus mengabaikannya. Dasar Sandy! Teganya memanfaatkan pria tua macam pak Karim.

"Baiklah Pak. Antarkan aku ke jalan besar saja. Aku akan bercerai dengan Sandy. Jadi setelah ini berhenti mengurusi dan mengawasiku. Kami pisah rumah selama proses perceraian," tukas Ambar yang akhirnya naik juga ke atas mobil.

Sebenarnya cukup sering juga Ambar marah dan meninggalkan Villa. Tapi ia akan teringat neneknya dan pak Murtopo Sudiro kakek Sandy yang begitu baik. Pernikahannya terjadi karena kesepakatan dari mereka berdua. Mereka berdua punya hubungan persahabatan yang erat.

"Turun di sini Pak," sahut Ambar begitu mereka sampai di jalan besar.

Ambar mendengus. Ia menatap ke sekeliling. Sungguh sangat asing. Ia jarang keluar rumah. Ia berasal dari pelosok. Sejak menikah ia jarang keluar sendirian. Kecuali bersama Sita sahabatnya.

Sementara itu di kantornya Sandy mendapatkan laporan dari pak Karim.

"Nyonya mencari kos-kosan Pak," lapor pak Karim.

"Biarkan saja," ujarnya dengan sudut bibir meremehkan. Hanya mampu cari kos, pikirnya.

Pria itu tersenyum sambil terus menelaah dokumen. Ia tak perlu serius memikirkan istrinya itu. Ia selalu memenuhi semua kebutuhan istrinya tapi ia tak pernah memberinya uang berlebih. Ambar tidak akan mampu hidup mandiri.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bukan Sekedar Istri Pengganti    bab 24

    Makan malam pun berlangsung santai dan penuh perbincangan seru. Sandy dan ayahnya hanya sesekali terlibat. Para perempuan lagi bersemangat membicarakan brand kosmetik baru mereka. Baru kali ini perusahaan Sudiro terjun ke bisnis kosmetik. Tiba-tiba Sandy merasa sangat pusing. Pandangannya memburam. Mungkin dia memang masih belum fit benar. Ia masih sering diserang rasa mual aneh itu. Ia melihat Rosemala mendekatinya dan ia tak mampu lagi mengingat dengan benar. Tubuhnya terasa gerah dan panas. Sandy mengernyitkan dahinya. Matanya tak ingin terbuka karena silaunya matahari dari jendela kamar. Ingatannya mulai berputar samar-samar. Semalam ia tengah makan malam dan kemudian ia sempoyongan ke kamar dengan Rosemala yang memapahnya. Beberapa scene membuatnya merasa bukan dirinya. Ia melihat Rosemala yang mulai menggodanya. Kemudian ia jatuh dan tenggelam dalam renjana birahi yang berasal dari rasa panas di tubuhnya. Ia tersentak bangun begitu sadar sepenuhnya apa yang telah diperbuatn

  • Bukan Sekedar Istri Pengganti    Bab 23

    Ada banayak harapan di mata Kemuning saat Ambar ada dalam pelukannya. "Ambar, aku lihat rumah tanggamu dengan Sandy tidak berlangsung baik-baik saja. Yang menculikmu dulu itu memang bukan suamimu, tapi aku tahu ada yang menginginkan dirimu celaka. Aku tak tahu yang terbaik untukmu. Aku ingin tahu apa yang akan kamu rencanakan? Apa kau serius ingin bercerai dengan Sandy?" tanya Kemuning tatkala mereka saling melepaskan diri dan kembali duduk. "Aku ingin bercerai dengan Sandy dan memulai hidupku sendiri, ibu," jawab Ambar singkat. Sungguh ia merasa enggan menceritakan masalah rumah tangganya pada ibunya yang baru saja dekat dengannya. "Aku tak tahu apa yang terjadi dalam kehidupan rumah tanggamu. Menikah dengan orang kaya ternyata juga tak menjamin semuanya. Aku hanya ingin menawarkan padamu sebuah pekerjaan. Kalau kau bersedia, kau bisa bekerja di perusahaan kosmetik MaryGold. Kebetulan aku punya teman di sana," tawar Kemuning berharap Ambar akan bisa segera move -on dari masalah ru

  • Bukan Sekedar Istri Pengganti    Bab 22

    "Jangan menyebut Rosemala lagi. Mari kita fokus dengan pernikahan kita. Hentikanlah permainan ini. Mari kita bersikap lebih dewasa," seru Sandy berbisik di telinga Ambar. Ambar sedikit merinding. Sandy dengan cepat mengambil kesempatan untuk segera menciumnya. Buru-buru ia menjauhkan tubuhnya dari Sandy. "Tidak lagi Sandy," sentak Ambar waspada. tak boleh ia terpedaya lagi oleh bujuk rayu pria itu. Bayangan betapa mesranya Sandy saat memberikan kalung berlian itu pada Rosemala membuat hatinya perih. "Mengapa?" tanya Sandy kembali mendekat. Kali ini ia berhasil memagut leher jenjang Ambar. Ambar langsung tersengat. Sentuhan Sandy sulit untuk ditolak. "Please Sandy," rintih Ambar memberontak dalam pelukan Sandy yang kian erat. Otaknya mulai berkabut ketika Sandy kembali memciumnya dengan penuh sinar gairah. Tidak ketika ia sudah membulatkan tekad untuk berpisah. Ia harus segera pindah kalau tidak maka selamanya ia akan terjebak dalam hubungan menyakitkan tanpa akhir."Awc!" pekik Sa

  • Bukan Sekedar Istri Pengganti    Bab 21

    "Sudah berapa tahun berlalu, sejak terakhir kali Kemuning datang untuk mengambilmu," seru Nenek dengan tatapan menerawang. Ambar tak bisa berkata-kata. Nama ibunya selalu membuatnya sesak. Ada keinginan untuk dekat dengannya, ada juga keinginan untuk membencinya. "Nenek sudah tua. Kamu juga jauh lebih dewasa sekarang. Saatnya menyerahkan semua keputusan padamu Mbar. Maafkan nenek, selama ini yang terlalu mengekangmu dan banyak memberimu larangan," ucap neneknya dengan tangan membelai lembut rambut Ambar. "Nenek jangan berkata begitu," tukas Ambar seraya memeluk neneknya dengan haru. "Temui ibumu. Perbaiki hubungan kalian," ucap nenek tersenyum. Ambar mengangguk dengan penuh kelegaan. Kini tidak ada lagi yag membuatnya ragu untuk bertemu dengan ibunya. Ia akan menghadapi ibunya apapun yang terjadi.Terakhir kali ia bertemu ibunya, tatkala pemakamam ayahnya. Ayahnynya meninggal saat Ambar berusia 10 tahun. Ayahnya ditemukan mati karena minum minuman keras oplosan. Dari dulu ayahnya

  • Bukan Sekedar Istri Pengganti    Bab 20

    Malam itu Ambar menunggui Sandy menginap di klinik. Sandy ingin malam ini hubungannya dengan Ambar bisa mengalami kemajuan. "Mbar tolong, aku kedinginan. Naikkan selimutku," ucap Sandy pura-pura menggigil kedinginan. Ambar kini tak bisa membedakan apakah Sandy hanya pura-pura atau memang kedinginan. Dengan enggan ia segera membenah selimut Sandy. "Mbar apa kau tak penasaran, kenapa aku mual terus?" tanya Sandy melhat Ambar yang begitu cuek. "Dokter sudah mengatakan kau hanya salah makan," kata Ambar tak bisa menebak jawaban lain. Ia kembali fokus pada ponselnya "Kau tahu apa kata dokter pribadiku?" tanya Sandy lagi menatap Ambar. "Tentu saja aku tak tahu." Ambar berusaha tak peduli "Mbar, apa kau hamil?" tanya Sandy. Ambar langsung sedikit terkejut. Darimana Sandy tahu kalau dia hamil? Mungkinkah rumah sakit tempatnya kemarin di rawat, bisa membocorkan informasi seorang pasien. "Memang kenapa kalau aku hamil?" tanya Ambar bertanya balik. Ia masih tak ingin kehamilannya diket

  • Bukan Sekedar Istri Pengganti    Bab 19. Sakit

    Ambar melihat Sandy memejamkan matanya di ranjang. Ia tak yakin Sandy benar-benar sakit."Minumlah, air oralit ini," ujarnya meletakkkan segelas campuran gula dan garam di meja samping ranjang. Sandy tak menyahut. Ia mencoba mengamati Sandy lebih dekat. Wajah pria itu tampak pucat dan bibirnya kelihatan kering. Ia memutuskan untuk mengguncang bahunya pelan. Ada kekhawatiran di hatinya, jangan-jangan suaminya itu pingsan."Sandy," serunya. Pria itu sama sekali tak bereaksi."Jangan bersandiwara," ujarnya sedikit panik. Nenek yang sejak tadi memerhatikan dari ambang pintu, kemudian masuk."Apa yang terjadi pada suamimu. Sejak datang kemari tampaknya sudah kurang sehat," kata Nenek kini meletakkan tangannya di dahi Sandy."Suhu tubuhnya sangat dingin.""Dia baik-baik saja Nek," sahutnya mencoba menghibur diri."Apa kalian bertengkar?" tanya Nenek menatapnya. Ia tak ingin menjawab."Nek aku sakit," ucap Sandy tiba-tiba, yang lebih mirip rengekan. Mata pria itu sedikit terbuka. Ambar langs

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status