Dylan langsung berlari keluar dari dalam mobilnya, menuju pintu yang tertutup dihadapannya. Ia segera gedor-gedor pintu itu. "Kiki! Kiki! Kiki kamu ada disini kan?!" tanya Dylan berkali-kali dalam keadaan seperti itu, coba memanggilnya. Akan tetapi pintu itu yang tertutup itu masih terbungkam, bahkan bisa terlihat dengan tanda gorden yang tertutup. Kemungkinan besar kalau sedang tidak ada orang didalam sana. "Sepertinya memang tidak ada orang tuan, dirumah non Kiara." ujar Rizal berdiri disebelahnya. Akan tetapi tiba-tiba pintu itu terbuka dan memunculkan seseorang dihadapan mereka berdua. Tentu Dylan sangat kaget saat melihat Kiki ada dihadapannya dalam wujudnya menjadi seorang laki-laki, memakai rambut pendek. "Kiki!" pekik Dylan yang sesegera mungkin mendekatinya dan mengguncang-guncang bahunya. "Ini bener kamu Ki?" tanya Dylan tidak percaya. Kiki hanya tersenyum tipis saat itu. "I-iya tuan." jawabnya."Kamu kemana aja sih? Saya ratusan kali menelepon kamu, email kamu, sms
Seorang bodyguard berambut pendek, bertubuh ramping dengan tinggi sekitar 160cm sedang berjaga didepan kamar hotel. Tiba-tiba ia ditarik masuk ke dalam kamar yang dijaganya itu oleh seorang pria dan dibekap mulutnya oleh pria itu. Menyuruhnya untuk tidak bersuara sedikitpun. Ya, pria yang membekapnya itu adalah Dylan Jason Rolland. Majikannya.Cucu dari konglomerat yang kini dengan tanpa dosa membekapnya dalam keadaan telanjang dada, dan hanya memakai handuk saja menutupi setengah tubuh.Kiki adalah nama bodyguard tersebut. Ia memandangi perut kotak sang majikan layaknya memandang roti sobek yang biasa terpajang di indomaret. "Rasa coklat juga enak." batinnya "Ki, wanita itu sebentar lagi dateng. Plis banget gimanapun caranya kamu harus usir dia, oke?" pinta Dylan."Emang yang dateng siapa, Tuan?" tanya Kiki."Mantan pacar saya. Plis pokoknya kamu kasih dia alasan apa gitu supaya dia pergi. Oke?" pinta Dylan."Oh, baik tuan.""Tapi sebelum itu ambilkan saya baju dan celana dulu." u
"Y-ya jangan Kek. Kiki udah lama banget jadi bodyguard Dylan. Enggak mungkin Dylan tiba-tiba pecat dia, apalagi dia kasihan kalo enggak kerja. Penghasilannya cuma dari pekerjaan ini doang, ditambah lagi dia itu yatim piatu. Pak Roni juga udah minta nitipin Kiki ke Dylan.""Titipin-titipin... Memangnya kamu helm apa minta titipin." dumel Rudi."Sumpah deh, semua ini cuma salah paham aja kok. Pokoknya liat aja, secepatnya nih. Dylan bakalan punya pacar lagi deh bahkan sampai menikah kalo bisa." ucap Dylan yang setelahnya langsung membatin. "Kalo bisa itu juga, kalo enggak ya putusin." batin Dylan licik. Rudi coba menimbang perkataannya lalu berkata. "Oke, kakek terima tantangan kamu. Tapi kalau misalnya kamu enggak bisa membuktikan kalau kamu punya pacar PEREMPUAN dalam waktu dekat. Awas aja. Nanti kakek nikahin kamu sama kambing sekalian!" ucap Rudi. "Okeh. Siap. Berani deh, sama sapi sekalian, biar mahalan dikit haha." ucap Dylan.Di koperasi lantai 5. Kiki dan Putra sedang menyem
Jika benar yang merobek fotonya adalah ayah Dylan, kenapa? Apa ada masalah yang menyebabkan beliau sampai merobek fotonya?Tapi masih belum tentu juga. Minimal dirinya harus mencari tahu terlebih dahulu siapa foto anak perempuan itu, apakah benar itu dirinya atau bukan. Besok, ia harus menanyakan ini pada Dylan!Esok paginya. Kiki masih sibuk mengurus keperluan Dylan, ia siapkan pakaian kantornya seperti biasa lalu dasi, sepatu dan kaus kaki. Ia siapkan tas juga dan masukkan laptop ke dalamnya. Ia bereskan barang-barang yang berceceran di atas lantai termasuk.... Segitiga miliknya. Ia masukkan baju kotor dan segitiga itu ke dalam box cucian baju kotor. Sebenarnya tugasnya disana bukan hanya sebagai pengawal pribadi saja akan tetapi asisten pribadi juga. Jadi apapun yang Dylan lakukan harus selalu melibatkan dirinya. Ia yang diserahkan tugas untuk menyediakan segala keperluan Dylan, tadinya itu adalah pekerjaan Roni. Akan tetapi kini diwariskan kepada penerusnya yaitu Kiki, meski s
Kiki diluar sana tiba-tiba pergi. Dylan menyadari kalau Kiki tidak ada lagi diluar, padahal barusan ia sangat ingin meminta pertolongannya. "Kiki kemana sih! Heran selalu ngilang kalo lagi butuh!"Di lain tempat Kiki terus mengikuti kemana kaki Putra menuju. Ternyata kini dirinya diarahkan menuju pantry. "Ini Ki, bantuin gue naruh ini buat ke ruang meeting." ucap Putra memberikan dua piring makanan pada Kiki. "OBnya soalnya lagi sibuk disuruh yang lain sama atasan." ucap Putra. Kiki menuruti pintanya dan segera membawakannya menuju ruang meeting kembali. Ia ditemani oleh Putra yang sibuk mendorong troli berisi gelas minuman. "Tunggulah Ki, jangan cepat-cepat. Mau ke toilet lo?" tanya Putra."Ayo Put, saya takut tuan kenapa-napa." ucap Kiki masih terburu-buru."Yaelah tuan muda mah enggak usah dipikirin Ki, udah gede dia. Emangnya masih bocah." ucap Putra.Tiba-tiba terjadi kehebohan di ruang meeting sana. Kiki maupun Putra pun jadi kaget hingga inisiatif berlari secepatnya dari s
"Sayang. Maafin aku ya sayang, aku enggak tahu. Aku kira kamu---""Minta maaf sekarang juga! Sama Kiki!" tandas Dylan. "Karena kamu Kiki jadi yang kena imbasnya, karena kamu juga media berkata buruk tentang kepribadian saya! CEPAT!" tandasnya lagi. Klarissa memalingkan wajah, ia menyesal. Tapi dirinya jaim, gimana dong? "CEPAT!""K-kiki gue minta maaf." ucap Klarissa terpaksa.Kiki setengah tertawa melihatnya. Entahlah ia merasa dibela saja oleh lelaki ini. Tapi kok sesenang ini ya?"Akh Kiki! Gak boleh mikir aneh! Kamu itu bukan seleranya, udah hush hush hushh... Hidup itu bukan selalu tentang cinta Ki!" batin Kiki.Di waktu istirahat kerja. Kiki tiba-tiba ditarik tangannya oleh Putra. "Kerja mulu, ke kantin lah. Udah istirahat nih." ucap Putra yang mendadak muncul didepannya. Tepatnya saat ini Kiki sedang berjaga didepan ruang kerja Dylan. "Udah duluan aja. Tuan Dylan masih didalam. Enggak enak aku." ucap Kiki seraya menunjuk ke dalam ruang kerja Dylan, dimana sang tuan muda s
"Ya karena enggak sesuai kriteria saya." ucap Dylan enteng."Tapi tuan, mohon maaf sebelumnya. Kita udah menghabiskan waktu, biaya dan tenaga banyak untuk ini. Masa sih diantara 60 orang enggak ada satu pun yang sesuai sama kriteria tuan? Minimal yang nyerempet-nyerempet dikit aja tuan." ucap Kiki."Enggak ada satupun yang sesuai kriteria saya. Dan saya enggak mau maksa diri saya buat nerima orang yang menurutmu nyerempet-nyerempet dikit itu." ucap Dylan tersenyum. Kiki menghela nafas. "Terserah tuan deh. Sekarang juga udah sore, kantor ini mau tutup. Kita lanjut besok ya tuan." ucap Kiki. "Oke." ucap Dylan seraya pergi dari sana akan tetapi baru beberapa langkah, Dylan langsung terjatuh. Kiki pun kaget dan langsung mendekatinya. "Tuan, tuan kenapa?" tanyanya panik. Dylan terus memegang kakinya. "Saya enggak bisa berdiri Ki. Aw. Kaki saya kesemutan." Dylan merintih. "Kesemutan? Yaudah saya bantu luruskan kakinya ya tuan." ucap Kiki segera meluruskan kedua kakinya diatas lantai d
"Kamu... Suka sama dia?" tanya Rudi. Kiki tersentak tidak percaya. "E-enggak Kek." "Lalu kenapa kamu begitu perhatian sama dia?" tanya Rudi."K-karena dia adalah tuan saya Kek, saya diberi tanggung jawab untuk selalu berada disampingnya memenuhi kebutuhannya dan memperhatikannya setiap waktu. Bukan karena hal lain. Itu penjelasan saya, permisi. Dan ditambah saya seorang laki-laki. Tidak mungkin saya menjalin hubungan dengan tuan muda. Itu hal yang tidak etis menurut saya." pamit Kiki segera pergi meninggalkannya, setelah membungkuk terlebih dahulu. Esok paginya, di kantor Rolland Group.Sayembara masih terus dilakukan meski terhitung ini sudah hari ketiga, dimana kini hanya tinggal belasan orang saja yang tersisa. Dimana Kiki dan Putra tidak terlalu keteteran seperti kemarin-kemarin. Satu per satu perempuan sudah bergiliran masuk ke dalam ruangan dimana Dylan berada. Kali ini diantara 15 orang yang tersisa itu tidak ada satupun yang tak lolos di step awal, yaitu cara berjalan seb