Share

2 | Aku Akan Menikah

Penulis: Rish Alra
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-29 08:56:42

Chelsea menunggu Tristan yang biasa menjemputnya. Pria itu datang tepat waktu, dan menyapa dengan hangat saat tiba menemuinya.

"Selamat pagi, Sayang!"

Tapi Chelsea pagi ini sedikit berbeda. Dia masih berdiri di samping mobil, melipat kedua tangannya di dada. Dia masih menyimpan kekesalannya tentang kejadian janggal semalam.

Tristan sepertinya menyadari hal itu. Dia pun keluar dari mobil untuk menghampiri Chelsea.

"Ada apa?" tanya pria itu dengan nada yang halus. Dia juga meraih kedua tangan pacarnya itu untuk ia genggam. Tatapannya sangat hangat. Membuat Chelsea terhanyut untuk sesaat.

"Aku meneleponmu semalam," ucap Chelsea. Dia mengatakannya dengan wajah tertekuk. Dia terlihat sedikit kesal. "Bukan kamu yang menjawab."

"Aku tahu." Tristan menjawab dengan tenang. Dia tidak terlihat panik sedikit pun. Pria itu menjelaskan, "Handphoneku terbawa oleh temanku setelah kami bercengkrama di sebuah Caffe. Aku baru mengambilnya pagi ini di apartemennya."

Chelsea akhirnya mengerti setelah mendengar penjelasan Tristan. Ia rasa, pemikirannya sebelumnya memang terlalu berlebihan.

"Apa ada yang dia katakan sampai kamu marah?" Tristan bertanya, khawatir. "Dia membuatmu tersinggung? Apa dia mengatakan kata-kata yang tidak pantas?"

Chelsea mulai merasa bersalah. Chelsea merasa tidak seharusnya dia berprasangka buruk pada pacarnya itu.

"Tidak. Aku hanya mengira jika kamu berada di tempat yang sama dengannya," ungkap Chelsea, dengan wajah bersalah. "Maafkan aku karena sempat curiga."

"Memang dimana?"

"Itu ...." Chelsea ragu-ragu untuk mengatakannya. Dia melirik Tristan sesaat, lalu melanjutkan, "dia sepertinya  berada di club malam."

Mendengar itu, Tristan terperangah.

"Sayang, kamu tahu 'kan aku orang yang seperti apa?" Pria itu meletakkan kedua tangannya di pundak Chelsea, berusaha meyakinkannya. "Mana mungkin aku datang ke tempat itu? Tempat itu bau alkohol, dan dipenuhi wanita-wanita liar. Aku sangat membenci tempat seperti itu."

"Aku tahu." Chelsea tersenyum kecil. Merasa sangat kagum padanya karena sifatnya itu. "Maaf karena sempat mencurigaimu."

"Tidak apa-apa." Tristan tidak mempermasalahkannya. "Kamu hanya perlu percaya padaku sekarang. Tidak perlu banyak berpikir. Aku-"

Ucapan Tristan tak bisa diselesaikan karena suara klakson yang tiba-tiba membuat keduanya terkejut. Mereka menoleh ke samping, melihat Argan yang berada di mobilnya memandang mereka dengan kesal.

"Bisakah kalian menyingkir? Ini bukan tempat umum!" tegur Argan.

Chelsea mendelik kesal.

"Ayah bisa memanggil kami. Kami bisa menyingkir dengan segera. Untuk apa membunyikan klakson? Ayah membuat jantungku hampir copot." Perempuan itu menggerutu, sangat kesal dengan ulah ayahnya yang sepertinya sengaja merusak suasana romantis antara dirinya dengan pacarnya.

Karena tak ingin membuat ayah Chelsea semakin kesal, Tristan menarik tangan Chelsea untuk segera menyingkir. Sehingga mobil Argan bisa melaju tanpa halangan.

Namun, pria itu masih berhenti sebentar untuk memandang mereka dengan sinis.

"Jika ingin bermesraan, pilihlah tempat lain. Mataku sakit melihat kalian. Apalagi pria jelek sepertimu!" Dia menatap Tristan penuh permusuhan.

"Ayah!" Chelsea kembali menegurnya.

Argan melajukan mobilnya, tak memperdulikan protesan putrinya. Dia sudah mengatakan sebelumnya jika dia tak menyukai pria itu. Tapi Chelsea masih saja berhubungan dengannya. Sepertinya, rencana yang dia buat harus segera dilakukan.

"Bocah itu terlalu berani bermimpi menjadi bagian dari Alfred." Argan berdecih sinis.

"Tristan, maafkan ayahku." Chelsea sangat merasa bersalah pada pacarnya. Ini bukan pertama kalinya ayahnya menghina Tristan, dia juga selalu bersikap ketus padanya. Tapi, Tristan yang terlalu baik tak pernah membalas ayahnya atau menaruh dendam.

"Aku baik-baik saja." Tristan tersenyum, meski perasaannya tidak benar-benar baik.

Argan selalu memandangnya dengan sorot merendahkan. Pria itu seperti sangat membencinya. Tiap kali bertemu, dia seolah tak habis-habis membuat Tristan merasa diinjak-injak.

"Sebenarnya, ada yang ingin aku bicarakan."

Chelsea merasa ini adalah waktu yang tepat untuk membicarakannya. Semakin cepat akan semakin baik.

Tapi, Chelsea sedikit khawatir jika perkataannya kali ini akan menyakiti pacarnya itu. Dia pun tidak sanggup untuk menatap Tristan saat mengajaknya bicara.

"Bagaimana jika kita melanjutkan pembicaraan sambil berangkat?" ucap Tristan, mengusulkan. "Kamu mungkin akan terlambat."

Chelsea mengangguk, menyetujuinya. Dia juga sadar jika mereka sudah terlalu membuang-buang waktu.

Saat mereka sudah duduk dan mobil pun sudah melaju, Tristan kembali bertanya tentang apa yang ingin dibicarakan Chelsea padanya.

"Sebelumnya, aku ingin minta maaf. Ini mungkin akan menyakitimu."

"Menyakitiku?" Tristan tersenyum geli. Tidak terlalu percaya karena dia tahu Chelsea tidak pernah bisa menyakitinya.  "Benarkah? Memang apa itu?"

"Aku ... sepertinya tidak bisa lebih lama bersamamu."

"Kau ... Apa?!" Tristan yang awalnya santai, kini menoleh terkejut pada Chelsea. Dia menghentikan mobilnya sejenak di tepi jalan. Masalah ini tampaknya lebih serius dari dugaannya.

"Apa maksudmu?" Tristan terkekeh, masih belum percaya. "Kamu pasti bercanda, kan?"

"Aku sungguh-sungguh," tukas Chelsea. Meski khawatir akan menyakiti Tristan, dia tetap mengatakan kebenarannya. Hubungannya dengan Tristan tak bisa bertahan lebih lama. "Ayahku sudah memilihkan calon suami untukku. Aku ... akan segera menikah."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bukan Suami Pilihanku   50 | Berunding

    Roan bergegas karena merasa ada sesuatu yang terjadi saat mertuanya tiba-tiba meminta untuk bertemu secara pribadi dengannya. Roan khawatir jika ada masalah serius yang sedang terjadi.Dia masuk ke ruang kerja Argan setelah sekretaris pria itu membukakan pintu untuknya. Roan melihat ayah mertuanya yang tengah berdiri melihat pemandangan di luar jendela.Saat Roan melangkah masuk mendekatinya, pria itu berbalik, menyadari kedatangannya."Kamu datang dengan cepat," ucap Argan. Pria itu memberikan intruksi pada Roan untuk duduk di kursi. Sementara dirinya menduduki kursi kerja miliknya. Mereka kini saling berhadapan satu sama lain, hanya dibatasi dengan meja besar saja."Ada apa, Ayah?" Roan bertanya, khawatir. "Apa terjadi sesuatu?""Ya, aku tidak mungkin memanggilmu ke sini untuk sesuatu yang tidak penting." Argan tampak berat mengungkapkannya. Pria itu mengambil waktu sesaat untuk menarik napas panjang. "Tahanan itu ... dia berhasil melarikan diri."Roan terkejut.Ini bukan kabar yang

  • Bukan Suami Pilihanku   49 | Tahanan yang Melarikan Diri

    Terseok-seok melewati gang sempit, Tristan perlu usaha keras untuk melarikan diri dari penjagaan yang ketat. Tubuh babak belurnya tak membuat keinginan melarikan dirinya pudar. Dia hanya ingin lepas dari tangan anak buah Argan.Pria itu membuang ludah bercampur darah ke tanah. Lalu mengelap mulutnya dengan punggung tangan. Ekspresi wajahnya menggelap, bibirnya berdesis penuh amarah, "keparat!"Pandangannya menyiratkan dendam membara. Kejadian hari ini membuat Tristan semakin membenci Argan dan keluarganya.Tunggu saja, Tristan akan pastikan satu keluarga itu merasakan balasan berkali-kali lipat."Tristan!" Seseorang datang menghampirinya.Tristan menatap orang di depannya. Dia menoyor kepala orang itu dengan tenaganya yang lemah."Kau terlambat, bodoh!" seru Tristan.Sam berdecak kesal. Dia sudah cepat-cepat datang demi menjemput temannya itu. Tapi yang ia dapatkan malah makian."Tidak tahu diri! Sudah bagus aku ke sini menolongmu.""Aku hampir mati di tangan pria sialan itu!""Salahm

  • Bukan Suami Pilihanku   48 | Pelukan Rindu

    Chelsea memeluk Roan cukup lama. Setelah tiba di rumah dan selepas ia membersihkan diri yang tidak memakan waktu sebentar, Chelsea mendekap tubuh suaminya dengan erat.Roan sudah menegur dan meminta Chelsea melepaskan pelukannya. Bukan tak suka atau tak menginginkannya. Tapi mereka memiliki banyak hal yang harus dilakukan."Sayang!" Roan menegur sekali lagi. Dia sudah hampir menyerah untuk bicara pada istrinya.Namun, jawaban Chelsea masih sama. Perempuan itu tetap menggelengkan kepalanya. Tak ingin menuruti permintaan Roan."Biarkan seperti ini," rengek Chelsea. Dia mendongak, menatap Roan yang lebih tinggi darinya. "Aku masih merindukanmu."Roan terkekeh gemas. Dia mencubit puncuk hidung istrinya itu dan berceletuk, "ternyata kau itu sangat manja, ya?""Seharusnya, kamu sudah tahu itu," tanggap Chelsea. "Bukankah sikapku memang seperti ini? Apa kamu tidak memperhatikan?""Emm, tidak juga." Roan berusaha mengingat saat pertama kali dia mengenal Chelsea. Sejujurnya, ia memang tak meng

  • Bukan Suami Pilihanku   47 | Pulang

    Roan meregangkan tangannya setelah ia merasa puas melampiaskan amarah yang sejak tadi berusaha ia tahan. Kini, orang yang baru saja menjadi pelampiasan amarahnya itu tergeletak tak sadarkan diri di lantai. Kondisinya mengenaskan. Wajahnya babak belur dan berlumuran darah. Giginya ada yang copot karena Roan yang memukulnya terlalu keras. Roan juga menendang perut korbannya itu hingga dia memuntahkan darah. Sepertinya, kondisinya sangat buruk setelah Roan menghajarnya kali ini."Ini mungkin akan menimbulkan masalah untukku. Tapi aku tidak peduli," gumam Roan. Dia terlalu berlebihan menghukum Tristan. Tapi Roan tak menyesal sedikit pun. Jika dia tak menerima peringatan dari ayah mertuanya, Roan akan memilih untuk membunuh pria ini."Sepertinya tidak akan, Tuan." Bodyguard Argan yang menemani Roan di sisinya menyahut. Dia berpendapat, "kau melakukan apa yang seharusnya kau lakukan. Saya rasa, Tuan Besar justru akan senang dengan tindakanmu ini."Pria itu berjongkok, memeriksa napas dan na

  • Bukan Suami Pilihanku   46 | Menghukum Tristan

    Argan masuk ke dalam setelah salah satu anak buahnya berhasil mendobrak pintu. Dia melangkah dengan santai. Kepalanya menoleh ke arah ranjang, tepat ke arah putrinya yang terlihat meringkuk ketakutan, menyembunyikan tubuhnya dengan selimut tebal.Argan melepas jasnya lalu melemparkannya ke arah Chelsea.Chelsea tersentak. Dia menoleh, baru menyadari jika yang datang menyelamatkannya adalah ayahnya dan anak buahnya. Buru-buru Chelsea mengambil jas yang dilemparkan ayahnya itu dan segera memakainya untuk menutupi bagian atas tubuhnya yang sudah tak mengenakan apapun.Dia hampir menangis karena gembira melihat kedatangan ayahnya. Ingin dia berlari ke pelukan pria itu. Namun, ayahnya sepertinya masih ingin melampiaskan amarahnya pada Tristan.Sejak awal, pandangan Argan hanya tertuju pada pria yang berani menculik putrinya dan lecehkannya.Pandangan Argan tampak menggebu. Dia melangkah mendekati pria itu yang masih berusaha bangun dari posisinya.Argan membiarkan anak buahnya yang tadi pe

  • Bukan Suami Pilihanku   45 | Terjebak Bersama Tristan

    Chelsea tersentak saat seseorang menarik tangannya begitu saja. Dia semakin terkejut ketika mengetahui jika ternyata orang yang menariknya adalah mantan kekasihnya yang baru ia campakkan."Lepaskan, Tristan!""Tidak, Chels!" Tristan menolak. Pria itu marah. Apalagi saat dia melihat hubungan Chelsea yang semakin lengket dengan suaminya. Amarah Tristan serasa mau meledak. "Apa maksudnya ini? Kau membuangku karena kau mulai mencintai pria itu?""Memang apa urusanmu?" balas Chelsea tak mau kalah. "Ini pernikahanku. Kau tidak perlu tahu apapun. Lagipula, kita sudah tidak memiliki hubungan apapun lagi.""Oh, ya?" Tristan mendengus sinis. "Kau pikir mudah untuk lepas dariku, Sayang?"Chelsea mulai waspada. Terlebih, ketika dia menyadari jika pria ini ternyata memiliki sifat yang begitu licik."Apa yang kau inginkan?" tanya Chelsea. "Uang?"Tristan terkekeh. "Chelsea, aku tahu kau kaya. Tapi, aku tidak menginginkan uang darimu."Karena uang yang diberikan Chelsea tidak akan sebanding dengan u

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status