LOGINViola Beverley adalah seorang pekerja s3ks komersial. Ia berhasil mendapatkan uang banyak dalam semalam dari hasil menjual keper@wanannya kepada Frans. Namun kehidupan menjadi wanita penghibur bukanlah pekerjaan yang ia impikan, Viola lebih tertarik dengan tawaran nikah kontrak dengan Steven. Kedua lelaki itu menunjukkan rasa cinta dan ketertarikan yang luar biasa kepada Viola. Membuat Viola berada dalam dilema. Siapakah lelaki yang akan menjadi tambatan hati Viola di akhir cerita? Apakah cerita cinta Viola akan berjalan indah seperti nama dan wajahnya?
View More"Berdiri yang tegak!" Seorang wanita bertubuh sintal melotot ke arah wanita muda.
"Iya Mi!" sahut Viola dengan gugup. "Tunjukkan senyum terbaik kamu." Wanita paruh baya yang mendapat julukan Mami Dona ini, tersenyum manja ke arah para tamu lelaki yang datang ke pondok hiburannya. "Wah ada yang baru nih!" Seorang lelaki tua melirik Viola. Paras Viola yang cantik membuat semua lelaki tak bisa mengalihkan pandangan mata mereka. "New! Dan yang ini barang bagus! Dijamin masih segel!" Mami Dona bicara dengan gayanya yang genit. "Berapa Mi?" "Dua puluh ribu US Dollar!" Para tamu lelaki mulai menawarkan harga terbaik mereka. Viola hanya diam saja melihat hal itu. Sebab ia tak memiliki pilihan lain. Ibu kandungnya memiliki tanggungan hutang kepada Mami Dona dengan jumlah fantastis. Hutang tersebut digunakan untuk membayar biaya rumah sakit adiknya, yang terkapar tak berdaya karena penyakit tumor otak yang menyerangnya. "Lima puluh ribu US Dollar!" Frans Chandra, pengusaha tambang batu bara terkenal menyebutkan angka yang luar biasa tinggi. Semua mata langsung tertuju ke arahnya. Mami Dona bahkan sampai melongo mendengar deretan angka yang disebut oleh pria yang umurnya lebih dari lima puluh tahun tersebut. "Ba bagaimana? Apa ada yang berani memberikan tawaran lebih tinggi?" Mami Dona masih memberikan kesempatan pada tamunya yang lain. Semua tamu di sana diam tak bergeming. Frans Chandra berjalan menuju ke arah podium kecil. Ia mendekati Viola. Dan dengan sopan meminta Viola untuk turun dari podium bersama dengannya. "Karena tidak ada lagi yang memberikan harga? Maka permainan malam ini dimenangkan oleh Frans Chandra!" teriak Mami Dona penuh semangat. Tamu lelaki yang datang ikut bertepuk tangan. Siapapun yang ada di sana pasti merasa bangga, bisa mendapatkan gadis belia yang masih per4w4n, terlebih lagi wajah Viola sangat cantik. "Viola, kamu temani Om Frans malam ini ya! Bikin dia senang! Jangan sampai, dia pulang dengan wajah cemberut." Mami Dona memberikan pengarahan. Viola hanya menunduk tanpa menjawab. Ia bahkan tampak malu dan sedikit takut ketika Frans menyentuh tangannya. "Tidak perlu canggung seperti itu. Om Frans sangat baik. Kamu beruntung bisa berkencan dengan pria kaya raya seperti dia." Dona menepuk pelan bahu Viola. "Tiga hari." Frans bicara dengan jemarinya yang ikut memberikan kode angka 3. "Seminggu juga boleh Om." Mami Dona sangat bersemangat. "Baiklah kalau begitu." Frans setuju. Ia mengangguk dan menyuguhkan senyum lebarnya. Viola hanya bisa diam. Ia memandangi pria tua di depannya dengan perasaan yang carut marut. "Kita berlibur ke luar negeri. Aku akan siapkan semua hal yang kamu butuhkan." Frans tersenyum pada Viola. Entah berapa banyak uang yang dimiliki oleh Frans, bahkan setelah mengeluarkan setumpuk uang demi bisa mengencani Viola, ia masih bisa dengan mudahnya jalan jalan ke negeri tetangga. "Enjoy your holiday Viola. Kamu tidak perlu khawatir soal hutang mama kamu. Semuanya sudah lunas sekarang. Bahkan saya akan memberikan sedikit uang untuk keluargamu. Karena kamu membawa keberuntungan untuk saya!" Mami Dona pergi meninggalkan Viola dan Om barunya. "Kita berangkat sekarang?" ucap Frans. Viola tak mungkin menolak. Ia sudah terikat perjanjian dengan dunia malam, tempatnya bekerja saat ini. Ia hanya bisa mengangguk dan membiarkan dirinya dibawa oleh pria tua asing yang tak ia kenal. Frans mengantarkan Viola ke ruang ganti. Pria tua dengan kepala bagian tengahnya yang sudah mulai botak itu, menunggu Viola berganti pakaian dengan sabar. Selesai berganti pakaian, Frans membawa Viola masuk ke dalam mobil Lamborghini miliknya. Mobil mewah itu melaju di jalanan, menembus gelapnya malam dan air hujan yang mulai menetes. Viola melihat ke arah jam di tangannya. Ia berharap semua hal berjalan dengan lambat. Namun dalam sekejap saja, mobil warna merah itu sudah berhasil membawa Viola ke sebuah rumah mewah. "Kita sudah sampai." Frans memandangi wajah Viola. Viola melihat ke depan. Para anak buah Frans tampak berjaga di halaman dan beberapa orang membuka pintu pagar. "Selamat malam Bos!" Lelaki bertubuh tambun mengucapkan salam ketika Frans turun dari mobil. "Siapkan kamar dengan aroma mawar untuknya." Frans memberikan titahnya. "Siap laksanakan!" Frans mengajak Viola untuk duduk di ruang tamu. Kursi sofa yang terbuat dari bulu sintetis kwalitas terbaik, membuat siapapun yang duduk di atasnya merasa nyaman. "Boleh aku tahu, berapa umurmu?" Frans ingin mengenal Viola lebih dalam. Viola hanya menunduk. Ia enggan menjawab pertanyaan dari Frans. "Baiklah tidak masalah jika kau tak mau menjawab. Viola, kau sangat cantik sekali. Aku beruntung bisa mendapatkan malam pertamamu." Frans membelai lembut pipi Viola. "Bos, kamarnya sudah siap." Anak buah Frans telah selesai mengerjakan tugas. "Ayo Viola, kita pergi ke kamar." Frans terlihat tak sabar menikmati apa yang ada di depannya. Kamar mewah yang telah disiapkan oleh Frans, membuat Viola terkesima. Ia melihat ke sisi kanan dan kiri kamar berukuran 6 x 10 meter tersebut. Harum bunga mawar menyeruak ke seluruh penjuru kamar. Suara musik romantis yang diputar membuat hasrat Frans berkobar kobar. Frans menarik dengan lembut tangan Viola. Gadis itu berjalan perlahan memasuki kamar. "Jangan takut, aku tak akan menyakitimu." Frans berbisik di telinga Viola. Pintu kamar mulai ditutup. Viola hanya bisa pasrah dengan keadaan yang menimpanya. "Aku tak punya pilihan lain. Semoga setelah ini, kehidupan kami bisa lebih baik." Viola bicara dalam hati untuk menyemangati dirinya sendiri. Tangan Frans melingkar di pinggul Viola. Keduanya berjalan menuju ke ranjang yang telah dihias. Frans mengambil remote. Ia mematikan lampu kamar. Hanya lilin lilin kecil yang menjadi sumber penerangan. "Apa kau suka dengan suasana yang ada di sini?" Frans bertanya sembari membelai mesra rambut Viola. "Iya," sahut Viola. "Suaramu indah sekali." Frans mencium punggung tangan Viola. Mendapatkan perlakuan seperti ini, tubuh Viola menjadi gemetar. Suhu tubuhnya juga teraba dingin. "Viola, malam ini aku adalah milikmu. Dan kau adalah milikku. Tak perlu merasa canggung." Frans tiba tiba saja duduk di lantai. "Om, kenapa duduk di bawah?" Frans tidak menjawab. Ia malah membukakan sepatu yang dikenakan oleh Viola. "Biar aku saja Om." "Tidak sayang. Biar Om saja." Frans melihat kaki jenjang gadis cantik itu. Ia benar benar terpikat akan kecantikan Viola. Frans menciumi kaki Viola, terus naik hingga ke bagian terdalam. Nafas Viola jadi tersengal karena hal ini. "Om, aku." Viola hendak bicara tapi Frans dengan segera menautkan bibirnya. "Kau adalah milikku dan aku adalah milikmu." Frans mengulangi kalimat yang sama. Frans pun memulai permainannya. Ia secara perlahan lahan melepaskan kain yang menutupi tub*h Viola. Matanya membola dan berbinar melihat keindahan yang ada di depannya. "Kau memang luar biasa Viola." Frans menelan ludah. Tatapannya tajam seperti singa yang hendak menerkam mangsanya. "Sakit Om." Viola merintih sembari memejamkan matanya."PLak!" Satu tamp4ran yang cukup keras membuat telinga Viola berdenging. Ia mengaduh kesakit4n. Tapi kini, matanya tak lagi berkaca kaca. Mentalnya sudah diremukkan berkali kali, ia tak lagi sedih mendapatkan perlakuan kasar dari suaminya."Ucapakan kata maaf, lalu aku akan mengampunimu." Steven menatap tajam."Aku tidak mau! Aku tidak merasa bersalah! Selama pernikahan kita, aku menjaga kesetiaan! Aku tidak pernah tidur dengan orang lain, seperti yang telah kau lakukan!" Viola menjawab dengan lantang. Gerakan tubuhnya mengi$yaratkan penolakan akan penind4san."PLak!" Kali ini Steven men4mpar wajahnya lebih keras. Hingga Viola jatuh tersungkur ke lantai. Kedua tangannya ditarik ke belakang, kepalanya diinj4k oleh suaminya sendiri."Cepat minta maaf! Atau aku akan meremukk4n tulang tengk0rakmu!" Steven tampaknya sudah gelap mata. Karena Viola tak lagi merengek dan mengemis perhatiannya.Setetes air mata keluar dari sudut mata wanita itu. Steven yang melihatnya merasa puas. Ia melepaska
Frans datang ke Rumah Bagnio bersama dengan orang penting yang dikenal sebagai seorang Gubernur, pemimpin tertinggi di bagian provinsi. "Sekarang tidak ada yang bisa menghentikan aku. Dimana Viola? Kembalikan dia padaku!" Frans bicara pada wanita penghib*r yang ada di sana."Mawar baru saja dibawa ke kantor polisi. Dan Viola serta anaknya sudah dibawa pulang oleh Steven." Salah satu wanita pengh*bur memberitahu Frans."Jadi Viola kembali ke rumah Steven?!" Mata Frans terbuka lebar."Iya, suaminya memaksa untuk membawanya pulang.""Bagaimana Frans? Apa kita masih perlu menutup rumah b0rdil ini?" Sang Gubernur akan menggunakan jabatannya untuk menutup tempat hiburan itu.Sang Gubernur merupakan sahabat dekat Frans. Keduanya saling mengenal sejak duduk di bangku SMP. Pertemanan yang mereka jalin didasari oleh rasa hormat dan pengertian.Para wanita penghib*r yang mendengar ucapan Gubernur, segera mengatupkan kedua tangan mereka. Mereka tidak mau tempat yang menjadi satu satunya tumpuan u
Mawar dan orang orang yang berada di sana terkejut mendengar ucapan Steven. Tak ada orang yang melerai pertengkaran tersebut. Mereka semua hanya menonton. Membiarkan Adrian dipuk*li berkali kali hingga wajahnya babak belur."Kau yang membuang istrimu demi tembikar dari desa! Dan aku hanya mengambil apa yang sudah kau buang!" sahut Adrian dengan suara terbata bata."Siapa yang membuangnya? Aku tidak membuang Viola!!" Steven berteriak penuh amarah. Ia berusaha untuk menc3kik adiknya sendiri. Kali ini, semua orang yang berada di sana melerai pertengkaran mereka."Dimana Viola? Akan aku bongkar tempat ini, jika aku tidak menemukan Viola." Steven berteriak sambil melotot memandangi satu per satu wajah yang ada di depannya."Kau tidak berhak memiliki Viola lagi! Dia sudah bebas sekarang! Dia bisa memilih dengan siapa dia akan menikah!" Adrian melud4hi wajah Kakaknya. Ia menarik tubuhnya ke samping lalu bangkit berdiri. "Dia bisa tidur dengan s
"BRak! BRak!" Frans mengetuk pintu dengan kencang hingga suaranya terdengar seperti orang yang sedang memukul mukul pintu dari luar."Siapa yang mengetuk pintu? Mengganggu sekali!" Adrian enggan membuka pintu. Ia terus memainkan wanita yang ada di depannya."BRak! BRak!" Sementara Frans terus saja memukul pintu dengan keras. Hal ini menarik perhatian Mawar."Om Frans? Apa yang anda lakukan di sini? Apa anda lupa jika kamar ini adalah kamar VVIP khusus untuk pelanggan yang telah membayar mahal. Mawar menegur sikap Frans. Ia tak ingin Frans mengganggu Adrian yang sedang bercumbu dengan Viola."Aku ingin Viola keluar! Dia tidak boleh melayani siapapun!" Frans menjawab dengan tegas."Viola tidak bisa pergi kemana mana! Dia harus tetap berada di sini! Dia adalah bintang di rumah b0rdil ini!" Mawar menjawab dengan mata melotot, mengisyaratkan bahwa ia tak mau berkompromi dengan Frans."Berapa uang yang dibayarkan pria itu padamu?" tany
"Selamat malam untuk kalian semua! Malam ini kita kedatangan wanita paling cantik di Rumah Bagnio." Mawar mulai memperkenalkan Viola di depan umum."Berapa harganya?" Salah satu tamu langsung bertanya pada Mawar. Raut wajahnya terlihat tidak sabar."Sabar Om. Sebentar lagi kita akan mulai acaranya." Mawar tersenyum genit. Wajahnya sumringah membayangkan banyaknya uang yang bisa ia dapatkan dalam semalam."Ayo buka harganya!" teriak pria yang lain lagi. "Aku tidak bisa! Aku tidak bisa melakukan ini." Viola menggeleng sambil bicara pelan. Wajahnya memelas, ia berusaha merayu Mawar agar tidak menju4lnya pada lelaki hidung b3lang."Jika kau mundur, maka aku akan membawa anakmu pergi dari sini. Dan selamanya, kau tak akan pernah bertemu dengan anakmu lagi." Mawar menunjuk ke arah sisi kirinya. Viola melihat ke arah yang ditunjuk oleh Mawar. Ternyata ada seorang wanita yang saat ini sedang menggendong putranya."Alvaro!" uca
Meski awalnya sempat ragu, tapi akhirnya ia tetap datang ke Rumah Bagnio untuk mencari Mami Dona. Saat ia baru sampai di sana, 2 orang wanita berbisik bisik sambil melihat ke arahnya. Setelah itu, salah satu dari mereka pergi masuk ke dalam Rumah Bagnio.Tak berselang lama, Mawar datang menemuinya. "Kau pasti datang ke sini untuk mencari Dona, iya kan?" "Dimana dia?" Viola mengangguk."Viola, aku penasaran apa hubunganmu dengan Dona?" Mawar berjalan mendekat."Kami berteman baik." Viola melihat gerak gerik Mawar yang terlihat berbeda."Hmm! Itu bagus! Kalau begitu, apakah Dona juga sudah memberitahumu perihal tunggakan uang pajak rumah b0rdil ini?" Mawar mengerutkan kening."Tidak! Untuk yang satu itu aku tidak tahu." Viola menggeleng."Kau tidak tahu?" Mawar bertanya sekali lagi. Dan Viola segera menggelengkan kepala."Aneh sekali!" seru Mawar."Dimana Dona? Aku ingin bertemu dengannya." Viola menatap






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments