Share

02. Sebuah Bantuan?

"Pak Gala! Tunggu—"

Tak mengindahkan ucapan mahasiswinya itu, tanpa aba-aba Gala merobek kemeja milik Aleeya. Pancaran gairah yang Gala rasakan sebelumnya seakan lenyap ketika melihat sebuah luka memar yang cukup besar di atas perut sebelah kiri milik mahasiswinya itu.

"Ada apa dengan tubuhmu, Aleeya?" ujar Gala terlihat panik ketika melihat luka lebam kebiruan yang cukup besar berada di perut atas sebelah kiri milik Aleeya.

Gala segera menurunkan dirinya, terlihat khawatir dengan luka milik Aleeya.

Akan tetapi, Aleeya memilih diam, hingga membuat Gala merasa jenggah sendiri.

"Siapa yang memukulmu hingga seperti ini?" teriak pria itu frustasi melihat luka yang ada pada tubuh mahasiswinya itu. Terdapat lebam kebiruan yang sangat besar di bawah dada kirinya.

Akhirnya air mata dan rasa sesak yang Aleeya tahan sedari tadi tumpah juga, gadis itu menangis keras. Menumpahkan segera rasa sesak yang menghujam jantungnya.

Melihat rapuhnya gadis di hadapannya kini tak kuasa bagi Gala untuk tidak memeluknya. Pria itu mengucapkan maaf berkali-kali, merasa menyesal dan bodoh atas tindakannya yang tak bisa dikontrol itu.

Malam ini, untuk pertama kalinya Aleeya mencurahkan segala kepedihan hati dan hidupnya. Bagaimana perjalanan hidupnya hingga harus keluar masuk kelab malam. Bagaimana dirinya menahan rasa sesak ketika tak memiliki teman ataupun menahan hinaan yang selalu ia terima dari teman-temannya.

"Maafkan aku. Aku benar-benar menyesal memperlakukanmu seperti tadi," ujar Gala yang terlihat malu sekaligus menyesal atas tindakannya beberapa saat lalu. Sangat tidak berperikemanusiaan sama sekali, hanya karena dia kesal saat mengetahui salah satu mahasiswi favoritnya itu menjadi seorang pelacur.

Ia tak menyangka jika beban hidup mahasiswinya itu sekeras ini. Gala benar-benar merutuki kebodohannya yang hanya mengedepankan emosinya tanpa ingin mendengar penjelasan dari Aleeya.

Aleeya menggeleng pelan, kini penampilan wanita itu sudah jauh lebih baik. Ia memakai kemeja milik Gala karena kemejanya yang sobek.

"Tidak apa-apa, Pak. Lagipula yang anda katakan juga tak sepenuhnya salah. Saya memang seorang pelacur," ucap Aleeya sembari mencoba tersenyum. Menerima nasibnya jika ia harus bekerja di kelab malam milik ayah tirinya sendiri. Menjadi pelacur di sana untuk mendapatkan uang dan biaya rumah sakit ibunya yang sedang sakit keras.

Gala menggeleng cepat. Tidak setuju dengan ucapan gadis itu.

"Tidak! Kamu hanya tak punya pilihan," ucap Gala tak setuju. "Kenapa kamu tidak melaporkan ayah tirimu itu ke kantor polisi?" ujar Gala sekali lagi ketika mengingat bagaimana jahatnya ayah Aleeya. Menjadikan anak sendiri sebagai pelacur, ingin sekali Gala marah saat ini.

Aleeya tertawa kecil.

"Lalu, bagaimana dengan pengobatan ibu saya, Pak? Saya sudah bekerja paruh waktu, namun tetap saja biaya rumah sakit ibuku semakin mahal. Hanya dengan bekerja bersama ayah, saya bisa membayar biaya pengobatan mama."

Bibir Gala mengatup rapat, matanya hanya bisa menatap Aleeya dan segala beban yang harus gadis itu terima di usianya yang baru 20 tahun itu.

"Jangan memasang wajah iba seperti itu, Pak. Rasanya tak nyaman sekali karena biasanya orang–orang selalu memandang saya rendah dan jijik," ujar Aleeya sembari terkekeh pelan.

Gadis muda itu pun mulai mengambil kemejanya dan memasukkan ke dalam tas miliknya.

"Saya harus ke rumah sakit menemani ibuku, Pak. Besok mama harus menjalani kemoterapi, aku harus segera membayar pengobatannya," ujar Aleeya.

"Mau ku antar?"

Aleeya menggeleng.

"Tidak perlu, saya bisa—" Ucapan Aleeya terhenti ketika ia tak menemukan sesuatu yang paling penting di dalam tasnya.

"Ada apa Aleeya?" ujar Gala yang melihat keresahan di wajah bulat milik Aleeya.

"Uang saya hilang, Pak!" pekik Aleeya yang mencari di mana uang bayarannya hari ini. Namun ternyata nihil. Gadis itu begitu panik, membongkar semua isi tasnya namun tak ada hasil. Uang itu hilang entah ke mana. Mungkin terjatuh saat Gala menariknya di depan kelab tadi.

"Benar–benar tidak ada?" tanya Gala memastikan.

Aleeya menggeleng lagi.

"Saya harus pergi Pak, saya harus kembali ke kelab untuk mencari pelanggan baru!" ujar gadis itu tampak frustasi. Dengan cepat ia kembali turun dari ranjang lalu melangkahkan kakinya menuju pintu kamar apartemen milik Gala.

Mata Gala sontak terbelak mendengar kalimat itu. 'Mencari pelanggan baru?' gumamnya.

"Tunggu!" pekik Gala di saat Aleeya ingin membuka pintu kamarnya.

Aleeya menoleh, "Ada apa, Pak?"

"Aku bisa memberikanmu uang itu," ujar Gala.

Mata Aleeya memicing. "Bapak menyuruh saya berhutang?" tanyanya.

Gala menggeleng cepat.

"Tidak, bukan seperti itu!" Pria itu tampak mengigit bibirnya, sedikit ragu untuk mengucapkan keinginannya.

"Kamu tidak perlu bekerja memuaskan pria, Aleeya Saraswati. Aku bisa memberimu uang untuk pengobatan ibumu," ujar Gala pada akhirnya.

Berbalas sebuah gelengan kembali, lantas Aleeya berujar, "Terimakasih atas tawarannya Pak, tapi saya tidak bisa menerima pemberian seseorang secara cuma-cuma."

"Kalau begitu biarkan aku yang menjadi pelangganmu malam ini," ujar Manggala cepat.

"Pak!" pekik Aleeya yang begitu terkejut dengan ucapan gila dosennya ini malam ini.

Gala mendekatkan tubuhnya, meraih salah satu tangan indah milik Aleeya. Membawanya menuju ke bagian selatannya yang terasa sesak saat ini.

"Please." Ujar Manggala terdengar putus asa.

****

Saat ini Gala tengah menikmati apa yang mahasiswinya itu berikan. Sebuah service yang mampu membuatnya melayang. Ini adalah pertamakali bagi Gala merasakan nikmat yang tiada tara, merasakan bagaimana hormon androgennya mencapai puncak dengan cepat. Bahkan permainan Aleeya jauh dari kata lihai dan justru terkesan kaku daripada wanita jalang selalu berusaha memuaskannya.

Kenikmatan yang Gala dapat malam ini melupakan fakta jika ponselnya bergetar sejak tadi. Hingga sebuah pesan muncul di notifikasi layar ponselnya.

From : Wife

'Maafkan keegoisanku tadi, sayang. Aku akan pulang besok. Kita berbaikan, ya? Ngomong-ngomong, aku sangat merindukan menghabiskan malam panas bersamamu, suamiku.'

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status