Bab69Sepasang mata elang Khan Wilson menatap dalam wajah sendu Case Mowelas. Ada perasaan berdebar dalam dadanya, memandangi sosok Case, wanita yang selama ini sangat dia rindukan."Aku mengerti perasaanmu. Tapi setidaknya, kamu tetap harus fokus dengan tujuanmu ke tempat ini.""Ya, aku bersalah." "Hhhmmm ...., sebenarnya, banyak hal yang ingin sekali aku pertanyakan.""Aku tahu," jawab Case cepat. "Tentang hubunganku dengan Joe, juga anak itu.""Kau seperti dukun, sedikit menakutkan," tukas Khan Wilson sambil tersenyum.Case Mowelas menyeka air matanya."Aku baru tahu, jika Tuan Bastara Wilianus itu licik dan jahat. Dia menjelma malaikat penyelamat aku dan Ibu. Aku bahkan tidak tahu, jika hal yang membuat Ibu koma, itu akibat perbuatannya," lirih Case."Kemudian? Mengapa kamu bisa hamil anak Joe?"Case tertawa sumbang. "Nyaris 1 tahun lebih pernikahan yang nampak begitu di paksakan Tuan Bastara. Mungkin dia sudah tahu siapa aku dan Ibu, makanya dia memaksakan cucunya dan aku untuk
Bab70Hari- hari Khan Wilson kini gelisah, bayangan wajah Case selalu menari diingatannya."Ah, sesuatu yang tidak beres sedang terjadi kepadaku," desah Khan Wilson, sembari memandangi langit- langit kamarnya. "Dia wanita tangguh dan bertanggung jawab sekali kepada Ibunya. Sungguh hatinya tulus, rugi sekali Joe Wilianus menyia- nyiakannya, aku akan merebut wanita itu dan membuat Joe hancur," gumam Khan Wilson.Meskipun nyonya Sabhira yang sangat dia benci telah mendapatkan hukumannya, Khan Wilson tetap dendam dan tidak bisa memaafkan perbuatan keluarga besar Wilianus itu kepadanya.Bahkan, dialah dalang di balik kehancuran adik kandung Joe Wilianus, yang bernama Elvira Wilianus. Gadis yang dulunya sombong itu, kini menjalani hidupnya yang kacau dan berantakan di kota Monarki.Menjadi wanita malam adalah pekerjaannya kini, untuk menyambung hidup dan tetap bergaya. Sedangkan Joe Wilianus, lelaki itu telah lama menghilang tanpa ada yang tahu dia kemana.__________Pagi ini, Case mendapa
Bab71"Sayang, tenangkan dirimu dulu, oke," pinta Jeremy. "Aku sungguh tidak mengerti, adikku yang mana?""Case ....""Oh. Dia adalah Kakak, bukan adik. Dan maaf sayang, bagaimana bisa kamu bertemu dengannya? Bukankah kamu di Negeri Awan?""Dia di sini, melanjutkan pendidikannya di Negeri Awan. Dia juga menginjak harga diri adik sepupuku, sungguh dia wanita yang sombong. Aku ingin mereka hancur, agar mereka tahu, sedang berhadapan dengan siapa.""Bukankah target kita Lion enterprise.""Aku ingin Welas enterprise lebih dahulu.""Itu tidak mungkin!!""Mengapa tidak? Kamu membela kakak perempuanmu yang miskin itu?""Deslim sudah cukup! Biar bagaimana pun juga, mereka tetap keluargaku." Panggilan telepon langsung Jeremy akhiri.Hati Deslim semakin panas. Dia menampar setirannya dengan keras."Jika kamu tidak mampu, maka aku sendiri ...." Deslim White mengangkat kepalan tinjunya ke udara."Tangan ini, yang akan menghancurkan kesombongan wanita itu," desis Deslim White dengan penuh emosi.
Bab72"No, please. Jika kamu terus seperti ini, Jeremy akan curiga.""Kenapa curiga? Aku dan kamu tidak memiliki hubungan apa- apa.""Lalu mengapa kamu seperti ini?" tanya Khan dengan heran.Deslim White mengulas senyum tipis. "Hanya sebatas rekan kerja.""Bukan begini konsepnya.""Aku ingin mengenang masa lalu, masa dimana kita masih bersama dulu."Khan Wilson menghela napas. "Aku ingin ditemani seseorang yang membuat hariku selalu gelisah. Dan aku, ingin menghabiskan waktu bersamanya."Wajah Deslim White berubah masam, mendengar penuturan tegas dari Khan Wilson."Khan," lirih Deslim. "Apakah ada wanita lain?"Tanpa ragu, lelaki tampan itu mengangguk. "Ya, wanita yang mengisi hati yang kosong ini."Entah mengapa, hati Deslim terasa sakit, mendengar ucapan Khan Wilson yang begitu ringan."Apakah ini yang namanya luka, tapi tidak berdarah?" lirih Deslim White."Sudahlah," ucap Khan Wilson, sembari melepaskan pegangan tangan Deslim di lengannya."Aku pergi," lanjutnya sambil mengusap pe
Bab71"Datanglah kemari," tegas Case di telepon. "Hhmm, baiklah my baby."Khan Wilson mematikan sambungan telepon dan bergegas meraih sweaternya yang terletak di atas sofa. Lelaki itu sedikit terburu- buru, karena begitu mengkhawatirkan sosok wanita mungil yang telah lama mencuri hatinya itu.Sesampainya Khan Wilson di halaman depan apartemen Case, lelaki itu pun memarkirkan mobil, dan keluar dengan sangat terburu- buru, menaiki lift menuju lantai dua apartemen Case.Di depan apartemen Case yang terbuka lebar, terlihat sepatu high heels, juga sepatu laki- laki kantoran.Pelan, Khan Wilson melangkah, menuju pintu utama apartemen Case."Saya tidak akan meminta maaf pada Eric White maupun Jesica," tegas suara Case, membuat langkah Khan Wilson terhenti."Oh ya? Rupanya kamu tidak tahu keluarga besar kami.""Tentu saja aku tidak tahu, kurasa kalian juga tidak terkenal," jawab Case."Minta maaflah kepada Eric, atau kamu akan saya tuntut ke Pengadilan Negeri Fantasy."Gelak tawa Case terde
Bab72Tidak akan Khan Wilson biarkan, Jeremy berani menyentuh perusahaan keluarganya.Lelaki itu kemudian menatap lekat wajah Case yang terdiam."Ada apa?" tanya Case heran. Kemudian wajah Khan Wilson tersenyum."Kamu manis," ucap Khan, membuat wajah Case bersamu merah."Hhhmmm." Hanya itu yang terdengar dari mulut Case."Bagaimana kalau kita keluar?" tanya wanita itu kepada Khan."Kemana?" "Kemana pun, hanya untuk menghibur diri. Kurasa, aku terlalu lelah dalam berpikir akhir- akhir ini," lirih Case.Keduanya pun memutuskan untuk pergi jalan- jalan menuju pantai. "Biasanya aku pergi, menikmati pemandangan laut seorang diri. Hati hampa memang tiada obatnya, meski sudah pergi ketempat yang paling ramai sekalipun," lirih Case, sembari memejamkan kedua matanya, menikmati deburan angin laut yang sejuk."Hhmm, miris sekali," gumam Khan Wilson."Ya, miris sekali," ulang Case terkekeh."Tapi hari ini kau bersamaku," seru Khan Wilson, berjalan ke arah belakang Case. Sejurus kemudian, tanpa
Bab75"Ada apa?""Tidak," sahut Case, berniat untuk beringsut dari kasurnya. Namun Khan Wilson gegas menahan wanita itu, dengan mencengkram lengannya.Case terdiam, bayangan kasar perlakuan Joe malam itu, sedikit mengganggu pikirannya."Maaf, jika aku telah lancang dan menyinggungmu.""Oh tidak. Hanya saja, aku tidak bisa melupakan luka lama itu dengan baik," jawab Case datar. "Hhmm, aku mengerti. Pergilah mandi, " ucap Khan Wilson.Lelaki itu pun bangkit dan melangkah menuju keluar kamar. Case terdiam membisu, menatap punggung kekar itu meninggalkan kamarnya.________"Jeremy, bukankah pembagian warisan sudah jelas?" ucap Aluna Welas, ketika CEO muda itu datang berkunjung ke Negerti Fantasy.Istana mewah dan megah milik Welas itu membuat takjud mata Deslim memandangnya."Itu warisan dari Ayah. Seharunya, Ibu juga memberikanku, sebagai kompensasi, telah meninggalkanku begitu saja," jawab Jeremy.Aluna Welas mengernyit. "Apakah kehidupanmu buruk? Ketika kamu tinggal bersama Ayahmu?""
Bab76"Jeremy! Aku memang bersalah di masa lalu, meninggalkan kamu begitu saja. Tapi setidaknya, hidup dan pendidikan kamu terjamin. Berbeda dengan Case, dia hidup dengan kesulitan bersamaku."Deslim mendengkus. "Sungguh ucapan yang tidak penting. Kami datang kemari, hanya untuk pembagian warisan, bukan untuk mendengarkan curhatan Ibu," tegas Deslim, sembari menatap tajam wajah Aluna.Menantu tidak ada akhlak memang.Aluna kembali tersenyum. "Rupanya pendidikan tinggi, tidak membuat seseorang memiliki etika dan adab dalam berbicara. Jeremy, entah bagaimana kamu bisa menikahi wanita sepertinya, sungguh sangat menyedihkan," ejek Aluna, menatap jijik ke arah Deslim."Heh," bentak Deslim. "Cukup!" teriak Jeremy ke arah Deslim."Bisakah kamu jaga sikapmu itu?" tanya Jeremy yang sudah mulai tersulut emosi.Deslim merasa malu dan kesal, dibentak Jeremy di depan wanita yang sangat dia tidak sukai.Tidak perduli meski Aluna Welas mertuanya. Yang Deslim terus percaya, bahwa Aluna Welas, hanyala