Bab20
"Joe, apa-apaan kamu? Berani sekali kamu membentak keluargamu sendiri," bentak nyonya Sabhira dengan mata melotot.
"Iya nih, jangan-jangan, kakak sudah jatuh cinta lagi pada si Case."
"Elvian ...." Joe sangat marah, mendengar ucapan Elvina.
Elvina memutar bola matanya malas, melihat Joe yang nampak kesal padanya.
"Sudahlah, aku malas sekali sarapan pagi ini," desah Joe.
"Joe, kamu kekanak-kanakan sekali," ejek nyonya Sabhira.
"Kata-kata semacam itu, lebih tepatnya untuk Ibu dan Elvina," jawab Joe sembari bangkit dari duduknya.
Di depan penggorengan, Case hanya bisa mendengarkan keributan mereka di ruang makan.
Entah mengapa, semakin hari kehidupannya semakin kacau, di tambah sikap Joe yang semakin membuatnya gelisah.
"Dasar, semakin susah saja diatur. Dan semua ini, gara-gara wanita miskin itu," desis nyonya Sabhira.
"Usir saja wanita itu, Bu!" ucap Elvina, ketika Joe sudah memasuki kamarnya.
Bab21"Kamar ini kosong." Lelaki itu pun menyahut pelan. "Tuan saya akan menjemput anda sebentar lagi.""Kosong? Kalian jangan main-main ya," bentak Case dengan panik."Bersabarlah, sebentar lagi," pinta lelaki yang berdiri di depan pintu ruang rawat Aluna."No ...." Case berteriak. Dia penasaran sekali dengan kebenaran ucapan lelaki di depannya ini, bahwa sang Ibu tidak ada di dalam kamar."Case ...." Panggilan suara dari Khan Wilson mengejutkannya.Case menoleh ke belakang. "Tuan, mereka menghalangiku masuk," adu Case pada Khan Wilson, wanita itu berjalan cepat ke arah Khan.Namun kedua lelaki di belakangnya langsung menarik tangan Case, membuat Khan Wilson terkejut."Aakkkh, lepas," teriak Case, membuat orang-orang yang berada di rumah sakit terkejut."Bawa dia," titah lelaki satunya."Apa-apaan ini?" tanya Khan Wilson kebingungan. Namun lelaki bertubuh besar di depannya mengacungkan senjata api.
Bab22"Kau sudah pulang?" Nyonya Sabhira menegur Joe yang baru saja memasuki rumah."Ya." Joe menyahut datar."Kemana istrimu pergi? Dari siang hingga sekarang, dia juga belum kembali.""Memangnya Case kemana?" Joe meletakkan sepatunya, dan menggantinya dengan sendal rumahan."Ibu memintanya untuk membeli bahan dapur siang tadi."Joe melirik jam tangannya. "Jam sepuluh malam," lirih Joe."Apakah dia melarikan diri?""Tidak mungkin, dia bertahan di rumah ini demi pengobatan Ibunya dan juga pada mendiang kakek. Joe merasa sesuatu sedang tidak beres terjadi," kata lelaki itu, bergegas berniat keluar rumah lagi."Joe ...." nyonya Sabhira berteriak. Joe menghentikan langkahnya. "Aku harus mencari Case, Bu.""Tadi siang, nyonya Alexander datang kemari bersama pengawalnya. Dia mengatakan, bahwa Case anak dari Tuan Alexander."Mendengar ucapan Ibunya, Joe membalikkan badan."Ibu yakin itu nyonya
Bab23'Mengapa tuan Wiliam berniat menculik Case? Dan orang-orang tadi siapa? Apa sebenarnya hubungan Case dan orang-orang itu?' Batin Khan Wilson gelisah dan penuh dengan pertanyaan, juga diliputi rasa penasaran yang tinggi.Sesampainya di rumah sakit sebelumnya, Case dan Khan Wilson pun kembali mempertanyakan tentang Ibunya yang hilang."Saya bisa tuntut kalian," ancam Case yang sangat panik dengan kondisi Ibunya yang hilang tanpa jejak. Bahkan pihak rumah sakit, tidak mau mengatakan apapun."Silahkan," jawab pihak penanggung jawab rumah sakit. "Kami tidak memiliki pasien yang bernama Aluna Welas, oke."Khan Wilson pun terkejut mendengar jawaban pihak rumah sakit. Dia semakin penasaran, dengan kejadian yang menimpa Case."Tidak mungkin! Kalian jangan bercanda, ini tentang nyawa Ibuku," teriak Case histeris."Case tenanglah," pinta Khan Wilson."Tuan, bagaimana aku bisa tenang, Ibuku hilang, dan mereka tidak tahu a
Bab24"Alasan tidak masuk akal, kamu dan keluargamu sama saja, jahat."Hati Joe terasa nyeri, mendengar ucapan dan makian Case padanya dan keluarganya."Case ...." Joe berusaha meraih tangan wanita itu. Namun Case menepisnya."Sudahlah, bisakah kalian berdua tidak bertengkar? Ada hal penting yang harus kita selesaikan," ucap Khan Wilson menengahi keduanya.Joe dan Case terdiam. "Case, pulanglah bersama Joe, biar aku yang urus ini semua," kata Khan Wilson."Tuan, apakah anda yakin, bagaimana saya bisa tenang? Ini masalah ibu saya.""Case, kamu bisa percaya padaku, oke.""Case, mengapa hal ini bisa terjadi?" desah Joe dengan suara parau. Lelaki itu pun tadinya bingung ketika ke rumah sakit dan menanyakan kamar Aluna Welas yang kosong."Tanyakan pada dirimu sendiri bodoh. Andai malam itu aku ke rumah sakit, mungkin tidak begini ceritanya," bentak Case. "Kamu senangkan, Ibuku yang kalian anggap benalu itu hilang. Aku tidak a
Bab25Plaakkkk.Tamparan keras untuk Elvina dari Case, hal ini pertama kali dia lakukan pada adik iparnya itu.Joe Wilianus dan nyonya Sabhira sangat terkejut."Case ...." nyonya Sabhira berteriak."Diam!" bentak Case dengan tatapan tajam. "Kurang ajar sekali mulutnya itu," ucap Case menatap tajam pada Elvina yang memegangi pipinya yang panas dan sakit."Ibu ..., sakit," lirih Elvina."Kurang ajar sekali," ucap nyonya Sabhira, dan berniat menampar wajah Case. Namun sebelum tangan nyonya Sabhira mendarat di wajah mulus Case, tangan kekar itu menangkap tangan nyonya Sabhira."Jangan lakukan itu, Bu.""Lepas, durhaka kamu, Joe. Apakah kamu tidak lihat, bagaimana dia begitu kerasnya menampar wajah adikmu," bentak nyonya Sabhira pada Joe."Dia pantas mendapatkannya," jawab Joe. "Seharusnya ibu bisa mengajari Elvina berkata baik, agar tidak ada Case lain yang menampar ucapan kurang ajarnya itu," kata Joe teg
Bab26Perasaannya kini sedang tidak tenang. Usai makan, dia menggunakan tenaganya untuk menangis dan memanjatkan doa kepada Tuhan.Case sangat rindu pada Ibunya, dan berharap Tuhan mau memberinya kesempatan, untuk bertemu dengan Ibunya yang menghilang tanpa jejak._______Khan terdiam di depan jendela kamarnya, memandangi gemerlap malam dari ketinggian. Rasa rindu pada Ibunya kadang menyelinap ke sanubari lelaki tampan itu."Apa yang sebenarnya terjadi pada Case dan Ibunya? Mengapa tuan Alexander menculiknya? Apakah Ibu Case berada di tangan mereka?"Berbagai pertanyaan menyerbu pikirannya. Khan sebenarnya sangat lelah untuk berpikir.Bahkan untuk menyelesaikan urusan mengenai Ibunya saja dia belum bisa, di tambah harus mencari tahu keadaan Ibu Case, membuat Khan Wilson semakin merasa pusing.Dengan pikiran yang sesak, dengan rasa yang gelisah, Khan Wilson melakukan panggilan telepon ke nomor Case.Hingga pangg
Bab27"Jangan lama-lama kalau mandi," titah nyonya Sabhira dengan angkuh. "Aku tidak rela, jika melihat anak-anakku mengerjakan kerjaan pembantu," lanjutnya.Usai mandi, Case keluar dan bergegas mengenakan pakaian. Nyonya Sabhira dan Elvina, telah menunggunya di dapur.Melihat kedatangan Case, nyonya Sabhira memasang wajah galak."Dari mana saja kamu kemarin? Saya sudah memberikan kamu sejumlah uang untuk berbelanja. Tapi kamu tidak pulang ke rumah! Kamu mengacaukan acara pertemuan saya, bodoh!" Maki nyonya Sabhira sembari mengomel panjang lebar."Ibu saya menghilang," lirih Case."Hilang?" Nyonya Sabhira menggebrak meja kompor. "Berani sekali perempuan miskin ini membual. Kau pikir, aku akan percaya dan perduli? Jangan bermimpi," tekan nyonya Sabhira dengan tegas."Seharusnya mati saja wanita miskin itu, menyusahkan sekali mengobatinya yang tidak kunjung sembuh," keluh nyonya Sabhira."Ya begitulah orang-orang miskin, selalu m
Bab28"Jangan ...." kali ini Joe bersuara dan meraih lengan Mary.Perasaan Joe benar-benar dilema."Mengapa aku tidak boleh pergi?""Mari kita rayakan bersama," ucap Joe lagi. Joe melihat ke arah Case."Case, istirahatlah ke dalam, dan kita akan bicara nanti," pinta Joe dengan lembut."Aku akan keluar," kata Case pelan."Kau tidak diizinkan," sahut nyonya Sabhira."Kenapa? Aku harus mencari ibuku, dan anda tidak berhak melarangku," bentak Case dengan tatapan tajam menatap nyonya Sabhira."Kau berani sekali melawanku." Nyonya Sabhira berniat menampar wajah Case, namun wanita itu menahan tangannya."Jangan sentuh saya! Atau kalian semua akan menyesal," bentak Case, sembari menghempaskan tangan nyonya Sabhira dengan kasar."Wow, sepertinya dia sedang kerasukan," kata Mary White, yang terkejut dengan keberanian Case."Case, kendalikan dirimu. Untuk masalah ibumu yang hilang, bukankah aku sudah berjan