Bab71"Sayang, tenangkan dirimu dulu, oke," pinta Jeremy. "Aku sungguh tidak mengerti, adikku yang mana?""Case ....""Oh. Dia adalah Kakak, bukan adik. Dan maaf sayang, bagaimana bisa kamu bertemu dengannya? Bukankah kamu di Negeri Awan?""Dia di sini, melanjutkan pendidikannya di Negeri Awan. Dia juga menginjak harga diri adik sepupuku, sungguh dia wanita yang sombong. Aku ingin mereka hancur, agar mereka tahu, sedang berhadapan dengan siapa.""Bukankah target kita Lion enterprise.""Aku ingin Welas enterprise lebih dahulu.""Itu tidak mungkin!!""Mengapa tidak? Kamu membela kakak perempuanmu yang miskin itu?""Deslim sudah cukup! Biar bagaimana pun juga, mereka tetap keluargaku." Panggilan telepon langsung Jeremy akhiri.Hati Deslim semakin panas. Dia menampar setirannya dengan keras."Jika kamu tidak mampu, maka aku sendiri ...." Deslim White mengangkat kepalan tinjunya ke udara."Tangan ini, yang akan menghancurkan kesombongan wanita itu," desis Deslim White dengan penuh emosi.
Bab72"No, please. Jika kamu terus seperti ini, Jeremy akan curiga.""Kenapa curiga? Aku dan kamu tidak memiliki hubungan apa- apa.""Lalu mengapa kamu seperti ini?" tanya Khan dengan heran.Deslim White mengulas senyum tipis. "Hanya sebatas rekan kerja.""Bukan begini konsepnya.""Aku ingin mengenang masa lalu, masa dimana kita masih bersama dulu."Khan Wilson menghela napas. "Aku ingin ditemani seseorang yang membuat hariku selalu gelisah. Dan aku, ingin menghabiskan waktu bersamanya."Wajah Deslim White berubah masam, mendengar penuturan tegas dari Khan Wilson."Khan," lirih Deslim. "Apakah ada wanita lain?"Tanpa ragu, lelaki tampan itu mengangguk. "Ya, wanita yang mengisi hati yang kosong ini."Entah mengapa, hati Deslim terasa sakit, mendengar ucapan Khan Wilson yang begitu ringan."Apakah ini yang namanya luka, tapi tidak berdarah?" lirih Deslim White."Sudahlah," ucap Khan Wilson, sembari melepaskan pegangan tangan Deslim di lengannya."Aku pergi," lanjutnya sambil mengusap pe
Bab71"Datanglah kemari," tegas Case di telepon. "Hhmm, baiklah my baby."Khan Wilson mematikan sambungan telepon dan bergegas meraih sweaternya yang terletak di atas sofa. Lelaki itu sedikit terburu- buru, karena begitu mengkhawatirkan sosok wanita mungil yang telah lama mencuri hatinya itu.Sesampainya Khan Wilson di halaman depan apartemen Case, lelaki itu pun memarkirkan mobil, dan keluar dengan sangat terburu- buru, menaiki lift menuju lantai dua apartemen Case.Di depan apartemen Case yang terbuka lebar, terlihat sepatu high heels, juga sepatu laki- laki kantoran.Pelan, Khan Wilson melangkah, menuju pintu utama apartemen Case."Saya tidak akan meminta maaf pada Eric White maupun Jesica," tegas suara Case, membuat langkah Khan Wilson terhenti."Oh ya? Rupanya kamu tidak tahu keluarga besar kami.""Tentu saja aku tidak tahu, kurasa kalian juga tidak terkenal," jawab Case."Minta maaflah kepada Eric, atau kamu akan saya tuntut ke Pengadilan Negeri Fantasy."Gelak tawa Case terde
Bab72Tidak akan Khan Wilson biarkan, Jeremy berani menyentuh perusahaan keluarganya.Lelaki itu kemudian menatap lekat wajah Case yang terdiam."Ada apa?" tanya Case heran. Kemudian wajah Khan Wilson tersenyum."Kamu manis," ucap Khan, membuat wajah Case bersamu merah."Hhhmmm." Hanya itu yang terdengar dari mulut Case."Bagaimana kalau kita keluar?" tanya wanita itu kepada Khan."Kemana?" "Kemana pun, hanya untuk menghibur diri. Kurasa, aku terlalu lelah dalam berpikir akhir- akhir ini," lirih Case.Keduanya pun memutuskan untuk pergi jalan- jalan menuju pantai. "Biasanya aku pergi, menikmati pemandangan laut seorang diri. Hati hampa memang tiada obatnya, meski sudah pergi ketempat yang paling ramai sekalipun," lirih Case, sembari memejamkan kedua matanya, menikmati deburan angin laut yang sejuk."Hhmm, miris sekali," gumam Khan Wilson."Ya, miris sekali," ulang Case terkekeh."Tapi hari ini kau bersamaku," seru Khan Wilson, berjalan ke arah belakang Case. Sejurus kemudian, tanpa
Bab75"Ada apa?""Tidak," sahut Case, berniat untuk beringsut dari kasurnya. Namun Khan Wilson gegas menahan wanita itu, dengan mencengkram lengannya.Case terdiam, bayangan kasar perlakuan Joe malam itu, sedikit mengganggu pikirannya."Maaf, jika aku telah lancang dan menyinggungmu.""Oh tidak. Hanya saja, aku tidak bisa melupakan luka lama itu dengan baik," jawab Case datar. "Hhmm, aku mengerti. Pergilah mandi, " ucap Khan Wilson.Lelaki itu pun bangkit dan melangkah menuju keluar kamar. Case terdiam membisu, menatap punggung kekar itu meninggalkan kamarnya.________"Jeremy, bukankah pembagian warisan sudah jelas?" ucap Aluna Welas, ketika CEO muda itu datang berkunjung ke Negerti Fantasy.Istana mewah dan megah milik Welas itu membuat takjud mata Deslim memandangnya."Itu warisan dari Ayah. Seharunya, Ibu juga memberikanku, sebagai kompensasi, telah meninggalkanku begitu saja," jawab Jeremy.Aluna Welas mengernyit. "Apakah kehidupanmu buruk? Ketika kamu tinggal bersama Ayahmu?""
Bab76"Jeremy! Aku memang bersalah di masa lalu, meninggalkan kamu begitu saja. Tapi setidaknya, hidup dan pendidikan kamu terjamin. Berbeda dengan Case, dia hidup dengan kesulitan bersamaku."Deslim mendengkus. "Sungguh ucapan yang tidak penting. Kami datang kemari, hanya untuk pembagian warisan, bukan untuk mendengarkan curhatan Ibu," tegas Deslim, sembari menatap tajam wajah Aluna.Menantu tidak ada akhlak memang.Aluna kembali tersenyum. "Rupanya pendidikan tinggi, tidak membuat seseorang memiliki etika dan adab dalam berbicara. Jeremy, entah bagaimana kamu bisa menikahi wanita sepertinya, sungguh sangat menyedihkan," ejek Aluna, menatap jijik ke arah Deslim."Heh," bentak Deslim. "Cukup!" teriak Jeremy ke arah Deslim."Bisakah kamu jaga sikapmu itu?" tanya Jeremy yang sudah mulai tersulut emosi.Deslim merasa malu dan kesal, dibentak Jeremy di depan wanita yang sangat dia tidak sukai.Tidak perduli meski Aluna Welas mertuanya. Yang Deslim terus percaya, bahwa Aluna Welas, hanyala
Bab77Di ranjang rumah sakit, Deslim dan Jeremy di tangani.Aluna Welas terisak, melihat kondisi anaknya yang terbaring lemah. Sedangkan Deslim kini telah sadar dan masih dalam tahap pemulihan.Aluna Welas kini dilema, memandangi kondisi Jeremy. Dengan lembut, wanita itu menggenggam tangan anak lelakinya. Tangan yang sangat dia rindukan selama puluhan tahun."Masih di sini?" tanya Deslim, ketika memasuki ruangan Jeremy. Wanita itu menaiki sebuah kursi roda, dengan seorang wanita paru baya dibelakangnya yang membantu Deslim mendorong kursi roda tersebut."Hhmmm ...." Hanya itu sahutan Aluna Welas. Wanita itu masih fokus memandangi wajah putranya yang kini diperban."Pergilah! Biarkan nanti anak buahku yang menjaganya," seru Deslim pada Aluna.Aluna tidak menggubris ocehan wanita itu."Apakah anda mendengarkan saya? Saya keberatan, jika suami saya bersama anda," ucap Deslim kembali.Aluna menoleh ke arah wanita itu tajam. "Hentikan omong kosongmu itu, sebelum kamu menyesal," ancam Alun
Bab78Case tersenyum malu, sehingga membuat Khan Wilson bergerak cepat, membuai napsu keduanya.Dengan sedikit brutal, Khan Wilson menghujani Case dengan berbagai ciuman nakal.Hingga tangan Khan Wilson begitu berani, melepaskan baju yang Case kenakan dan hanya meninggalkan baju dalamnya."Indah sekali," gumam Khan Wilson, sembari menelan saliva, melihat kemolekan payudara Case yang seksi.Case terbuai, dia menutup mata dan merasakan kenikmatan permainan tangan dan bibir seksi Khan Wilson pada tubuhnya.Hingga lelaki itu kembali dengan berani, melepaskan rok mini yang Case gunakan, juga melepaskan semuanya.Case, wanita itu kini bugil tanpa sehelai benang pun menutupi tubuh montoknya. Dengan rakus, Khan Wilson terus memainkan gunung kembar Case dan menghisapnya lembut.Berkali- kali Case mengerang nikmat, ketika tangan telunjuk nakal milik Khan Wilson, bermain- main di alat vital Case."Kau suka? Ini nikmat bukan, jika kamu melakukannya dengan lembut dan juga dengan cinta," bisik Khan