BUKBER DI RUMAH MERTUA (30)
Waktu bergulir cepat. Beberapa hari dilalui dengan baik. Progress internal audit dengan menggunakan jasa konsultan terpilih membuahkan hasil. Banyak sekali abnormal dan penyelewengan wewenang dari dua departemen itu yang dibongkar.
Andra saat ini tengah meminta bagian HRD untuk mengurus semua proses pemberhentian dua orang bermasalah itu ke PHI.
“Maafkan saya … semua harus saya lakukan agar ratusan karyawan saya yang jujur bisa terus bertahan!” gumam Andra dalam dada setelah menutup gagang telepon.
Bukan hal mudah baginya Ketika harus mem-PHK dua manager baru tersebut. Namun sebagai pucuk pimpinan memang harus tegas. Andra sadar jika laju perusahaan kini sepenuhnya akan mengikuti hasil keputusannya. Terlebih beban utang yang
Marni tengah duduk di salah satu restoran ternama. Sudah beberapa bulan terakhir dia ikut pengajian bersama Tari dan Aisha. Dia mulai belajar memakai penutup aurat yang dulu dipakainya hanya sekedar mengikuti trend mode. Kini dia melakukannya dengan keinginan untuk hijrah. Marni yang dulu sudah lenyap bersama teguran-teguran beruntun yang diterimanya.“Ma, maaf kami baru datang!” Andra datang bersama sang istri yang perutnya sudah mulai membesar. Kini kehamilan Tari sudah menginjak bulan ke Sembilan. Hari perkiraan lahirnya bahkan sudah terlewat dua hari.“Iya, gak apa-apa!” Marni menoleh pada sang anak menantu.“Mbak Mela belum sampe, Ma?” Andra menarik satu kursi untuk sang istri. Marni menggeleng kepala.“Belum, kakakmu tadi WA
“Andra, itu istri kamu suruh ke rumah buat bantu-bantu Mama! Kakak-kakak kamu mau pada datang buat acara buka bersama!” celoteh Marni---sang ibu.“Tari lagi gak enak badan, Ma! Dia dari pagi tiduran aja!” bella Andra.“Alah, kamu itu makin ke sini makin kayak kerbau dicucuk hidungnya saja! Memangnya apa bagusnya Tari, Ndra … sore nanti mama ngundang Ivana juga buat datang!” ucap Marni.“Ma, sudahlah … lupakan obsesi mama! Andra udah nikah, Ma! Ivana juga pasti udah bisa terima semua ini!” tukas lelaki bertubuh jangkung itu sambil mengikuti langkah mamanya yang berjalan menuju kamar tidurnya.“Kamu tuh pasti kena pelet, apa-apa Tari, apa-apa Tari … Ivana tuh wanita karir, Ndra … selain bisa jadi istri, dia juga bisa bantu menuhin kebutuhannya sendiri! Daripada istri kamu itu yang bisanya cuma ngabisin u
DIPANDANG SEBELAH MATA (2)“Maafkan Andra, Ma! Selamat tinggal semuanya! Andra akan tetap melanjutkan pernikahan ini! Karena sejak ijab qabul waktu itu, Andra bukan hanya berjanji pada ayahnya Tari akan menjaganya. Namun dalam hati sudah berjanji pada Allah untuk melaksanakan ibadah terpanjang ini bersamanya!”Wajah Marni yang tadi tersenyum mendadak pudar. Raut wajahnya berubah penuh kekesalan. Dia menatap tajam pada anak lelaki paling bontotnya itu.“Mama tidak main-main Andra! Apakah kamu yakin bisa bertahan tanpa dukungan keuangan dari kami, hah?” Marni naik pitam.“Andra juga tidak main-main, Ma! Apakah Mama pikir pernikahan Andra ini hanya permainan? Apakah janji-janji yang Andra ucapkan di depan semua orang dan Allah juga
DIPANDANG SEBELAH MATA (3)Andra menatap pada lelaki berparas rupawan tersebut dengan memicingkan mata. Wajah Tari tampak terkejut, dia melirik sekilas ke arah Andra. Namun lelaki itu masih menatap tajam pada lelaki yang sedang melenggang ke arah mereka dengan hati bertanya-tanya.“Siapa dia, Sayang?” Andra bertanya pada sang istri tanpa mengalihkan pandangannya.Tari tampak kesulitan menelan makanannya karena gugup. Dia menarik napas dalam. Memang ada satu hal yang belum sempat dia ceritakan pada sang suami tentang Michael---lelaki blasteran Amerika itu.“Riri, apa kabar? Saya cari You di sana tapi tak ada! Madame cakap sudah stop working, ya?” ucap lelaki itu dengan nada bicara yang tidak fasih mengucapkan bahasa Indonesianya.Hastari menoleh pada Andra. Ada tanda tanya besar dari sorot netra yang kini tengah menatapnya.
Hans melemparkan satu lembar kertas pemecatan di depan Andra --- sang adik. Kedua tangan Andra mengepal erat.“Bang, bukannya waktu di rumah, kalian setuju aku mengundurkan diri?” Andra menahan emosi. Hans menyeringai merendahkan.“Itu, kemarin! Ini hari ini! Kamu dipecat tanpa pesangon!” ujarnya tersenyum puas.“Aku tidak melakukan kesalahan apapun dan Abang tidak bisa mengkategorikanku ke dalam pelanggaran kesalahan berat!” Gigi Andra gemelutuk menahan kesal.“Oh, jadi tanpa surat keterangan kerja dari sini kamu takut tidak bisa mencari pekerjaan lain di luar sana?” Hans seolah sengaja hendak membuat Andra kesal.“Aku hanya meminta hakku, Bang! Perusahaan ini didirikan ayah bukan untuk berbuat semena-mena!” pekik Andra dengan mata menatap tajam pada sang Kakak yang saat ini menjabat sebaga
BUKBER DI RUMAH MERTUA (5)Hastari tersandar lemas pada sofa. Sepeninggal wanita itu, pikirannya seakan carut marut. Terlebih wanita itu menunjukkan beberapa foto kebersamaannya dengan sang suami. Memang sangat jelas juga itu adalah foto Andra sewaktu kuliah dulu. Namun apakah benar Andra bisa berbuat serendah itu? Menghamili seorang wanita kemudian meninggalkannya?Hastari teringat betul sosok Andra yang kalem, santun dan tampan itu dengan gaya khasnya waktu kuliah dulu. Mereka kuliah dalam satu kampus yang sama tapi beda tingkatan. Pada waktu Hastari naik ke semester tiga, Andra sudah berada pada semester akhir kuliahnya.“Tari, ayo ikut!” Rara menarik tangannya yang sedang menawarkan jualan online pada teman sekelasnya.“Kemana, Ra?” Hastari bertanya sambil membereskan aksesoris gawai yang tadi dia hamparkan di meja.“Udah
Nyonya Zumarnis alias Marni tengah duduk pada sofa di ruang tengah rumahnya. Di tangannya menggenggam gawai. Dia tampak sedang berbicara dengan seseorang.“Hans, apa semua berjalan lancar?”Salah satu kakinya menumpang. Tubuhnya bersandar santai.“Sudah, Ma! Andra sudah dipecat tanpa pesangon!”Terdengar suara dari seberang telepon menjawabnya.“Apa kamu tidak coba membujuknya Kembali?”“Sudah, Ma! Mama tahu sendiri ‘kan Andra gimana? Didikan Papa yang melekat dalam otaknya susah hilang! Dia tetap lebih memilih wanita itu!"“Lagi satu,
Alhamdulillah akhirnya bisa update lagi. Yuk ajak temannya buat tapi love pada cerita ini. Love kenceng, daily update, ya! ???DIPANDANG SEBELAH MATA (7)Belum apa-apa hati Tari sudah terasa nyeri. Berarti wanita itu tidak mengada-ada. Bahkan suaminya sendiri pun mengakui pernah ada hubungan dengan wanita itu.“Kenapa diam?”Andra memperhatikan raut wajah istrinya yang tiba-tiba berubah. Wanita itu menggeleng. Ada tetesan bening yang berjatuhan di pipinya.“Aku mau ke kamar dulu … capek, Mas!” Wanita itu beringsut berdiri meninggalkan suaminya.“Sayang!”Andra memanggilnya, tetapi Tari tidak lagi menoleh dan langsung menghilang dibalik pintu kamar. Andra tepekur sendirian.“Ada apa dengan Tari? Kenapa dia seperti itu?&rd