Share

Bunga Kejahatan Dalam Pernikahan
Bunga Kejahatan Dalam Pernikahan
Author: OptimisNa_12

Dibalik Kecelakaan Bapak

Bab 1 Dibalik Kecelakaan Bapak 

"Layla berjanji akan mencari tau siapa yang membun*h, Bapak. Layla juga yang akan membuat orang itu merasakan derita lebih dari yang Layla dan Ibu rasakan. Layla janji, Pak! Layla janji!" batin ku seraya menatap dalam ke arah pusara bapak yang masih basah.

Kesedihan hari ini betul-betul tak bisa ku bendung. Bahkan tak terasa air mataku kembali menetes mengingat bagaimana dulu bapak begitu menyayangiku, memanjakan ku tanpa lupa mendidik ku dengan segala ajarannya tentang kehidupan. Dan air mataku semakin deras manakala kenangan indah itu berganti dengan bayangan kematian bapak yang belum lama terjadi. Bapak mengalami kecelakaan tunggal dengan amat tragis ketika beliau dalam perjalanan pulang dari kota. Tepatnya dari kantor tempat beliau bekerja sebelumnya yang mana kala itu sebelum bapak berangkat, beliau menyampaikan niat kedatangannya ke kantor itu hanya akan mengambil pesangonnya selama bekerja di kantor tersebut.

Di sisi lain ada hal yang membuatku semakin bersedih bercampur marah dari kematian bapak adalah ketidakadilan yang aku terima. Dimana di saat proses pemeriksaan tempat kejadian perkara, ditemukan hasil jika penyebab kecelakaan tunggal yang dialami bapak karena rem yang tidak berfungsi dengan semestinya. Pihak kepolisian yang menyelidikinya pun beranggapan  kemungkinan besar yang terjadi adalah bapak memang sengaja di .celakai dengan memutus kabel rem pada mobilnya.

Sayangnya, seiring berjalannya waktu penyelidikan kecelakaan yang dialami bapakku malah ditutup begitu saja oleh kepolisian. Dengan alasan jika apa yang dialami bapak hanya kecelakaan karena kelalaian dari pihak pengemudi. Apalagi setelah kecelakaan terjadi semua barang berharga milik bapak masih berada di tempatnya. Hanya saja uang pesangon yang dimaksudkan tidak ditemukan di tempat kejadian perkara. Meski begitu pihak kepolisian menganggap jika besar kemungkinan uang tersebut di ambil oleh orang yang melewati kecelakaan tersebut.

Tentu saja keputusan ini lah yang kemudian membuatku marah dan tak terima. Aku merasa geram pada pihak kepolisian karena bagiku sangatlah tidak masuk akal jika dengan mudahnya mengubah pernyataan yang sebelumnya sudah di tetapkan. Apalagi jelas-jelas terlihat kalau kabel rem di mobil bapak memang sudah terputus ketika kecelakan terjadi. Dan soal uang pesangon yang hilang, pihak kepolisian pun tidak mengusutnya dengan tuntas.

Di sisi lain selama belasan tahun bapak bekerja, beliau sering mendapatkan banyak apresiasi dari teman dan atasannya karena kinerjanya yang bagus. Sebab ini lah yang memungkinkan jika ada pihak-pihak tertentu yang tidak menyukai bapak selama beliau bekerja di kantor tersebut. Ditambah pula bapak juga pernah bilang kalau ada seseorang yang secara terang-terangan selalu memperlihatkan sikap ketidak sukaanya terhadap beliau.

Karena hal tersebutlah aku bertekad untuk menemukan fakta yang sebenarnya dibalik kecelakan yang dialami bapak. Jika memang benar kecelakan tersebut di sengaja, akan ku cari dalang di baliknya dan akan ku buat ia merasakan lebih dari apa yang aku rasakan. Dan aku juga betul-betul dibuat penasaran dengan perubahan keputusan dari pihak kepolisian tersebut yang bagiku itu tidak make sense dengan apa yang terjadi. Karena aku menduga pasti ada oknum dibalik dihentikannya penyelidikan kecelakan yang dialami bapakku.

Aku bahkan tak peduli dengan resiko yang akan aku terima karena keputusanku ini.

Sebab peristiwa ini lah yang menjadikanku tidak hanya kehilangan sosok bapak, tetapi aku juga harus menerima kenyatakan bahwa ibuku mengalami depresi yang mengharuskan beliau dirawat di rumah sakit jiwa. Sungguh, kenyataan yang teramat menyakitkan di sepanjang hidupku.

Jadi, menemukan fakta yang sebenarnya adalah salah satu kunci supaya aku bisa melanjutkan hidup dengan lebih tenang.

"Kuatkan hatimu, Nduk. Ingat, masih ada ibumu yang membutuhkanmu," ucap Pakde Rudi –adik kandung bapak– yang sedikit membuatku tersentak.

Aku tersenyum seraya menghapus sisa-sisa air mataku.  Dalam hati aku membenarkan kata beliau, meski bapak telah tiada, aku sebagai anak tunggal diharuskan menjadi lebih kuat demi diriku sendiri juga demi kesembuhan ibuku yang entah sampai kapan akan berada di keadaan yang demikian.

***

Beberapa bulan berlalu ....

"Alhamdulillah, Mas keterima di kantor Bu Mirna," kata Mas Bima padaku.

Aku tersenyum senang mendengar kabar tersebut. Sebab, itu artinya langkah pertama untuk memulai balas dendam ku atas kematian bapak dan depresi yang dialami ibuku telah tercapai. Karena sebenarnya kantor yang akan menjadi tempat bekerja Mas Bima tersebut adalah kantor yang sama dengan kantor bapakku bekerja dulu. Dan sengaja Mas Bima melamar di kantor tersebut karena nantinya ia yang akan membantuku menyelidiki orang-orang yang kami duga ada sangkut pautnya dalam kecelakaan yang di alami bapakku. Termasuk Bu Mirna yang memang saat itu hingga sekarang masih menjabat sebagai manajer di kantor tersebut.

Waktu pun terus berjalan. Hingga tak terasa tiga bulan sudah Mas Bima bekerja di kantor Bu Mirna. Dan selama itu juga Mas Bima berhasil mengumpulkan data-data siapa saja orang yang pernah bekerja sama yang kemungkinan juga memiliki rasa ketidaksukaan terhadap bapak selama bekerja di kantor tersebut.

Selain itu aku dan Mas Bima juga mengetahui sebuah fakta jika ternyata ada seorang wanita yang juga bekerja di kantor tersebut yang mana wanita itu merupakan cinta pertama sekaligus mantan kekasih bapak ketika beliau masih berkuliah di kota. Fakta ini Mas Bima dapatkan dari beberapa seniornya di kantor yang memang mengenal bapak sejak lama. Dan diperkuat dengan pernyataan yang disampaikan oleh beberapa teman kuliah bapak yang kebetulan masih tinggal di kota.

Setelah bertahun-tahun berpisah, wanita itu akhirnya dipertemukan kembali dengan bapak di tempat kerja yang sama. Kala itu wanita tersebut masih menyimpan rasa suka terhadap bapak. Namun bapak menolaknya karena saat itu bapak sudah menikah dengan ibu dan sudah memiliki anak, yaitu aku. Dan wanita itu adalah Bu Mirna. Atasan Mas Bima yang juga menjadi atasan bapak selama lima tahun sebelum kepergiannya.

"Gak tau kenapa, aku yakin Bu Mirna pasti ada kaitannya dengan kecelakaan bapak," ucapku pada Mas Bima.

Mas Bima terdiam sejenak seakan sedang memikirkan sesuatu. Lalu beberapa saat kemudian ia pun berkata yang membuatku semakin yakin kalau kecurigaan ku terhadap Bu Mirna itu benar.

"Aku juga ngerasa gitu, tapi ... Kita, kan, gak ada bukti apapun." Mas Bima memperlihatkan keraguan di wajahnya.

"Tapi bisa jadi kan karena cintanya yang ditolak terus Bu Mirna jadi gelap mata. Dan motif kayak gini udah sering terjadi sama orang-orang yang ngerasa sakit hati. Iya, kan, Mas?" sambung ku.

Mas Bima menganggukkan kepalanya sebentar seolah ia membenarkan ucapan ku barusan. Namun,di sisi lain keraguan masih saja menyelimuti dirinya hingga membuatnya terdiam untuk beberapa detik.

"Aku akan selidiki lebih lanjut nantinya," kata Mas Bima tiba-tiba yang seketika itu membuatku terheran-heran.

Meski kebingungan dan Mas Bima sendiri juga tidak menjelaskan lebih lanjut terkait rencananya untuk menyelidiki Bu Mirna, pada akhirnya aku pun hanya bisa menurut. Aku percaya Mas Bima pasti akan menemukan solusinya sama seperti ia menemukan fakta terkait orang-orang yang berada di sekitar bapak sebelum beliau meninggal dunia.

Dan benar saja, tak membutuhkan waktu yang lama, Mas Bima pun kembali menemui ku dan menyampaikan sesuatu padaku. Dimana, anak sulung Pakde Rudi itu mengatakan jika dari penyelidikannya beberapa hari ini, ia menduga kuat kalau Bu Mirna memang ada kaitannya dengan peristiwa tragis yang dialami bapakku. Mas Bima menyimpulkan hal tersebut lantaran ia mendapatkan informasi mengenai catatan kriminal dari Bu mirna yang ternyata sudah beberapa kali berurusan dengan pihak kepolisian namun tidak ada kelanjutan proses dikarenakan adanya jaminan uang yang diberikan. Selain itu, karena cintanya yang tertolak, besar kemungkinan memang menjadi salah satu motif untuk mencelakai bapakku karena Bu Mirna merasa sakit hati.

So, pantas bukan jika aku mencurigai Bu Mirna?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status