Share

Harta Warisan

Penulis: Widya Yasmin
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-30 22:44:15

Aku tersentak kaget saat mendengar suara tangis anakku yang berusia tiga tahun. Aku merasa bingung saat kusadari bahwa diriku tengah terbaring di depan televisi bersama anak-anak. Rupanya tadi aku ketiduran setelah Surti pulang, lalu memimpikan ayah dan Ibu.

"Mama tadi ngorok kenceng banget," ucap Yudha yang tengah mengerjakan PR, sementara adik-adiknya asyik menonton televisi.

Aku hanya menggaruk-garuk kepala lalu tersenyum malu. Setelah itu beranjak ke kamar dan melihat kolong ranjang. Mimpi tadi membuatku penasaran, seolah itu pertanda dari kedua orangtuaku. Aku segera menggeser ranjang berbahan kayu jati peninggalan kedua orangtuaku lalu kulihat ada beberapa keramik yang tampak ditandai dengan cat berwarna hitam. Karena penasaran, aku langsung mencongkelnya menggunakan pisau scrab.

Keramik itu akhirnya bisa terbuka, lalu tiba-tiba aku melihat seperti kayu yang ditutupi pasir. Aku segera menyibak pasir itu, lalu kulihat sebuah peti kayu berbentuk persegi. Gegas kuangkat peti kayu itu lalu kukeluarkan. Sayangnya peti itu digembok dengan rapat, tetapi tiba-tiba aku teringat sebuah kalung perak dengan liontin kunci yang diberikan Ibu saat usiaku masih belasan tahun. Ibu pernah mewanti-wanti untuk menjaga kalung itu dengan nyawaku, walaupun aku tak tahu kunci apakah yang menggantung di kalung itu.

Aku mencoba membuka gembok di peti itu dengan kunci di kalungku. Lalu tiba-tiba peti itu bisa terbuka. Isi dari peti itu membuat mataku terbelalak. Rupanya di dalam peti itu ada beberapa perhiasan emas juga uang kuno juga sebuah surat. Aku segera meraih isi surat itu lalu membacanya.

"Mirna, Sayang, Putri kandung Ayah dan Ibu satu-satunya, pergunakanlah semua harta yang sengaja kami kumpulkan ini. Jualah perhiasan emas juga uang kuno peninggalan nenek buyutmu, kami sengaja menyimpannya untuk masa depanmu." Tertanda ayah dan Ibu yang sangat menyayangi mu.

Aku sangat terkejut saat membaca tulisan yang mengatakan bahwa aku adalah anak kandung mereka satu-satunya. Lalu bagaimana dengan keempat kakakku yang kini telah tinggal jauh di perantauan? Mungkinkah mereka bukan anak kandung Ayah dan Ibu? Jika memang iya, pantas saja Ayah dan Ibu mewariskan rumah ini untukku hingga mereka semua cemburu padaku padahal kehidupan mereka telah berkecukupan dan memiliki rumah yang jauh lebih besar dari rumah ini.

Setelah itu aku langsung berniat pergi ke pasar untuk menjual salah satu perhiasan emas itu untuk biaya hidup kami sehari-hari, sedangkan uang kuno juga Perhiasan lainnya aku langsung kutaruh di tempat semula.

"Yudha, tolong jaga Yoga dan Yuna, mama mau ke pasar bersama Yuna," ucapku.

Anak sulungku itu mengangguk, lalu setelah itu aku langsung siap-siap dan berangkat membawa anak bungsuku yang mungkin saja akan menangis jika kutinggalkan.

Alhamdulillah perhiasan emas itu bisa dijual berkali-kali lipat dari harga emas pada umumnya karena rupanya perhiasan emas itu lumayan antik karena keluaran lama selain itu memiliki kadar emas 24 karat.

Setelah mendapat uang dengan nominal lumayan banyak, aku langsung belanja berbagai kebutuhan rumah tangga lalu setelahnya langsung pulang.

"Mah, tadi ada Kakak-kakak masuk sini, dia ngambil nasi dan lauk dari dapur," ucap Yudha.

"Kakak-kakak siapa?" tanyaku dengan wajah penasaran.

"Orangnya tinggi, putih dan kurus, dia masuk ke rumah kosong itu lewat kebun disampingnya." Jawaban Yudha membuatku semakin penasaran, sebenarnya siapakah sosok perempuan itu, mengapa ia berkali-kali menampakan diri tetapi keberadaannya tak bisa ditemukan oleh polisi.

Apa mungkin dia memiliki pintu tembus ke dinding hingga bisa menghilang ketika polisi menggeledah rumah itu? Ah, aku terlalu banyak nonton film kartun hingga bisa berpikir seperti itu.

Gegas ku berjalan ke dapur, benar saja sepiring lauk yang kutinggalkan telah hilang bersama piringnya. Namun, anehnya mengapa di rumah itu polisi tak menemukan piring atau gelas kotor, padahal ia beberapa kali membawa perabotan makan dari rumahku.

Keesokan harinya aku melihat sebuah mobil travel berhenti tepat di rumah kosong itu. Aku langsung keluar untuk melihat siapa yang datang.

"Kang Dedi," sapaku saat melihat seorang lelaki yang keluar dari mobil travel itu.

"Hai, Mirna, apa kabar? Lama tak bertemu," sapanya, ramah.

"Alhamdulillah, baik," jawabku.

"Aku mendengar dari orang-orang katanya suamimu meninggal? Aku turut berbela sungkawa."

"Suamiku dibunuh oleh penghuni rumahmu," sahutku sambil menatapnya.

"Kamu boleh masuk, Mir, carilah dia jika memang dia ada di rumah ini," ucapnya sambil membukakan pintu untukku.

Ada yang aneh, mengapa pintu itu bisa dibuka dengan mudah, padahal biasanya pintu itu terkunci dengan rapat hingga Mas Parto harus mendobraknya terlebih dahulu untuk bisa masuk ke rumah ini. Aku segera melupakan soal pintu, lalu segera masuk untuk melihat-lihat sekeliling.

Rumah itu tampak sangat kosong, tak ada satu perabotan apapun, karena waktu itu aku melihat ibunya Kang Dedi mengangkut semua perabotan di rumah ini.

"Tak ada siapa-siapa, kan?" tanya Kang Dedi sambil membuka semua pintu kamar, dapur, kamar mandi bahkan gudang.

Aku mengangguk walaupun sebenarnya aku masih merasa bingung dengan wanita misterius yang beberapa kali kutemui.

"Kang Dedi mau kembali menempati rumah ini?" tanyaku tiba-tiba saat kutahu bahwa wanita misterius itu tak bisa kutemukan.

"Iya, tapi paling cuma seminggu," jawabnya.

"Rumah ini gak jadi dijual?"

Dulu Kang Dedi juga ibunya pernah menawar-nawarkan rumah ini, tetapi rumah ini belum juga laku karena harga yang diberikan Kang Dedi terlalu tinggi, ditambah lagi istrinya meninggal di rumah itu hingga membuat banyak orang berpikir seratus kali untuk membeli rumah itu.

"Saya gak jadi jual, sayang banget, mending buat tabungan masa tua aja," sahutnya.

"Dengar-dengar Kang Dedi sudah menikah lagi, kok istrinya gak dibawa?" tanyaku.

"Lain kali dibawa, kalau sekarang dia sedang banyak kesibukan," jawabnya.

Setelah itu aku langsung pamit pulang, tak enak juga berduaan dengan lelaki bukan muhrim, apalagi statusku sekarang adalah janda yang banyak dicurigai Ibu-ibu di kampung ini.

Saat sore, kulihat sebuah truk menurunkan alat-alat elektronik juga truk yang memuat tempat tidur baru. Seolah ia akan tinggal lama di rumah itu.

Sejak kedatangan Kang Dedi, suasana sekitar tak lagi mencekam, aku pun bisa kembali tidur dengan nyaman tanpa merasa was-was.

Tiba-tiba aku kembali mendengar suara derit pisau yang diseret ke lantai hingga membuatku kembali ketakutan. Selain itu listrik pun kembali padam hingga membuatku berteriak histeris karena takut.

Bruuuk-- Kaca jendela rumahku kembali pecah, lalu tiba-tiba kulihat sebuah botol menggelinding.

"Woiii siapa itu?" terdengar suara teriakan Kang Dedi.

Aku segera keluar rumah untuk melihat apa yang terjadi. Kulihat Kang Dedi kembali dengan napas terengah-engah.

"Tadi saya sempat melihat wanita yang melempar botol ke keca jendelamu, tetapi ia bisa berlari dengan cepat padahal tubuhnya gemuk."

Dahiku mengkerut saat mendengar ucapan Kang Dedi, bagaimana bisa ia menyebut bahwa pelakunya berbadan gemuk, padahal wanita misterius yang kutemui beberapa kali itu tubuhnya tinggi semampai seperti model.

"Badannya gemuk?" tanyaku sambil mengerutkan dahi.

"Iya, gemuk sepertimu," jawabnya.

Aku langsung menceritakan wanita misterius berwajah cantik dan bertubuh langsing yang mengaku sebagai penghuni rumah Kang Dedi. Wanita itulah yang kuduga menghilangkan nyawa suamiku bahkan mencelakai Parman.

"Tidak, wanita tadi berasal dari arah sana, lalu masuk ke kebun itu," ucapnya hingga membuatku semakin bingung.

Kukira peneror itu akan berhenti setelah rumah Kang Dedi ditempati pemiliknya, tetapi rupanya ia masih tak berhenti dengan aksinya. Aku meraih botol itu dan mengeluarkan isi surat yang menyuruhku meninggalkan rumahku.

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Burung Suamiku Menghilang   Rencana

    "Setiap gue nyaris diculik, lo selalu ada. Apa jangan-jangan lo dalang dibalik semua ini?" tanya Siti pada Bryan yang dalam perjalanan pulang bersama Yura."Jadi gue harus diem aja melihat lo dalam bahaya?" tanya Bryan dengan wajah kesal."Kak Sinta, kita seharusnya berterima kasih sama Kakak ini," ucap Yura sambil menatap kagum wajah tampan Bryan."Sinta?" "Iya, nama panjangnya Kak Siti Yasinta, jadi bisa dipanggil Sinta juga," sahut Yura."Oh, ya, by the way gue Bryan.""Gue Yura, Kak.""Hati-hati Yura kalau kenalan sama cowok asing, jangan mentang-mentang dia good looking, karena bisa saja dia juga salah satu anggota kawanan penculik itu," ucap Siti sambil melirik ke arah Bryan dengan wajah sinis."Kalau gue penculik, gak mungkin gue balikin lo ke suami lo!" sahut Bryan dengan wajah kesal."Udah jangan berantem," ucap Yura sambil kembali menatap ketampanan lelaki berwajah bule yang tengah fokus menyetir.Beberapa waktu kemudian ia menghentikan mobilnya di depan rumah Siti. "Cepet

  • Burung Suamiku Menghilang   Stiker Kelabang

    Suatu hari Yura mendatangi rumah Yudha dan Siti. Mata Rendi langsung terbelalak melihat kecantikan gadis itu."Biasa aja lihatnya Rendi Lukmanul Hakim," ucap Yura sambil menutup mulutnya yang tengah menganga."Makin cantik aja, Kak Yura. Oh, iya, makasih banget, loh karena masih mengingat nama kepanjanganku dengan lengkap.""Udah, ah, berisik, aku mau ketemu sama Kak Sinta.""Kak Siti maksudmu?""Iya, whatever."Rendi mempersilahkan Yura masuk, tampak Siti tengah melatih bela diri pada beberapa gadis seusia Rendi."Kak!" panggil Yura.Siti langsung menoleh dan berjalan menghampiri adik iparnya itu."Kenapa gak bilang-bilang mau kesini?" Siti langsung memeluknya dengan erat."Ada hal penting yang ingin kubicarakan." Yura melirik ke arah Rendi seolah obrolannya itu tak ingin didengar siapapun."Oke, aku tak akan dengerin percakapan kalian," ucap Rendi sambil bergegas pergi."Rend, mainnya jangan jauh-jauh ya," ujar Siti."Siap, Kak." Siti mengajak Yura ke ruang tamu, lalu mempersilahka

  • Burung Suamiku Menghilang   Bryan

    Siti menoleh ke kanan dan ke kiri, memastikan tasnya masih ada, karena di dalamnya ada ponsel yang GPSnya selalu aktif. Ia sengaja selalu mengaktifkan GPS agar Yudha bisa melacak keberadaannya.Namun, rupanya para penculik itu telah mengamankan tasnya lebih dahulu. Bukan hanya dimatikan tapi dilempar jauh dari mobilnya. Siti mencoba mencari cara agar ia bisa lolos, lalu tiba-tiba ia menggedor-gedorkan kepalanya ke kaca mobil, berharap menjadi perhatian bagi para pengendara lain.Namun, tiba-tiba penjahat itu mengacungkan pisau kepadanya."Berani macam-macam? Maka pisau ini akan menari di wajah cantikmu!" ancam penjahat itu.Siti mencoba pasrah sambil mencari cara lain untuk kabur. Jantungnya semakin berdegup lebih kencang saat ia lihat mobil yang membawanya semakin melaju menjauhi kota tempat tinggalnya. Mobil Siti semakin membayangkan bahwa dirinya akan kembali disekap seperti beberapa hari lalu.Setelah beberapa jam berlalu, mobil itu berhenti tepat di sebuah villa. Siti menoleh ke

  • Burung Suamiku Menghilang   Lelaki Misterius

    Dua lelaki itu melayangkan tendangannya hingga tubuh Siti terpental, sedangkan dua remaja tadi hanya berdiri dengan tubuh gemetaran."Kalian pergi dari sini!" teriak Siti.Dua remaja itu langsung kabur meninggalkan Siti yang tengah mencoba bangkit walau harus menahan rasa sakit.Dua lelaki itu langsung menangkap Siti, tetapi dengan sisa tenaga yang ada, ia berhasil membuat kedua lelaki bertubuh tinggi besar itu kembali terguling. Tanpa berlama-lama ia mencoba untuk kabur. Namun, dua lelaki tadi langsung bangkit dan mengejar Siti yang masih berada di gerbang, sedangkan dua remaja tadi telah jauh meninggalkannya.Dua lelaki tadi berhasil kembali menangkap Siti. Namun, tiba-tiba sebuah mobil hitam melaju ke arah rumah itu. Seorang lelaki tampan bak Aktor Hollywood keluar dari mobil bersama dua remaja tadi."Lepaskan wanita itu!" teriak lelaki tampan yang mengenakan jas hitam dan kaca mata hitam."Bbbbb--."Belum sempat dua penjahat itu mengatakan sesuatu, tiba-tiba lelaki itu melayangkan

  • Burung Suamiku Menghilang   Sindikat Perdagangan Wanita

    Bu Suhaetik adalah seorang janda yang memiliki dua orang anak perempuan. Anak sulungnya dibawa merantau ke luar kota oleh suaminya, sedangkan anak bungsunya baru kelas 2 SMA. Suami Bu Suhaetik meninggal karena kecelakaan, sejak itu ia berjualan nasi uduk di depan rumahnya untuk mencukupi semua kebutuhannya juga anak bungsunya.Siti meminta Bu Suhaetik untuk menunjukan foto anak gadisnya."Anak saya bernama Desi," ucapnya sambil menunjukan foto anak gadisnya. Setelah melihat foto tersebut, Siti menggeleng karena sama sekali tak pernah melihat gadis itu."Rend, kamu kenal anaknya Bu Suhaetik, gak? Kan kamu satu sekolah dengannya," ucap Siti sambil menunjukan foto gadis tersebut."Aku kan baru masuk sekolah, jadi aku belum mengenal banyak orang disana," sahutnya setelah memperhatikan lekat-lekat foto tersebut.Saat itu Bu Suhaetik masih belum bisa melapor pada polisi karena anaknya belum menghilang selama 24 jam. Kesokan harinya seperti biasa Yudha berangkat bekerja setelah mengantar Ren

  • Burung Suamiku Menghilang   Siti dan Yudha

    Mirna membawa Siti juga adiknya ke rumahnya. Untuk sementara, mereka tinggal di paviliun rumah keluarga Mirna karena belum sah menjadi istri Yudha.Sebelum menikahkan ia dengan putra sulungnya, Mirna berpesan agar Siti tak lagi berbuat gegabah ketika menghadapi seorang pria hidung belang atau pelaku pemerkosaan."Boleh saja melawan saat kita dalam bahaya, tetapi sebisa mungkin hindari untuk menghilangkan nyawanya, kecuali jika kita memang benar-benar terdesak," kata Mirna.Pesan tersebut disampaikan juga kepada Yura, yang memiliki jiwa psikopat sejak bergabung dengan Siti dan Rere. Siti dan Yura mengangguk dan berjanji untuk lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan. Acara pernikahan Siti dan Yudha pun berlangsung di sebuah gedung mewah. Karena sudah tidak memiliki ayah ataupun kakek dan paman, maka adik lelakinya menjadi wali nikah untuk Siti. Hingga akhirnya Siti dan Yudha telah resmi menjadi sepasang suami istri.Saat itu air mata Siti terus bercucuran, ia tak menyangka kalau

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status