Home / Romansa / C E O Dingin itu Mantan - Ku / BAB 3 : Sikap kasar Reynaldi

Share

BAB 3 : Sikap kasar Reynaldi

Author: Parikesit70
last update Last Updated: 2022-12-01 20:48:54

Meytha pun keluar dari ruangan Reynaldi dengan tisu yang masih di pegangnya. Dan ia menemui Dinda yang terbiasa melayani kebutuhan Reynaldi. Maka Meytha pun menemui Dinda di ruang kerjanya.

“Mbak Dinda.., bapak minta dibuatkan kopi. Pantry yang dipakai itu yang di ujung sana ya?” tanya Meytha.

“Bukan Buu.., sini biar aku aja yang buat. Karena aku tau takaran kopi buat bapak Rey. Hmmm.., barusan ibu Andini bilang, Bu Meytha jadi sekretaris juga?” tanya Dinda menggeser kursi kerjanya.

Dinda berjalan keluar ruangannya dan masuk ke ruangan yang dekat dengan ruang kerja Reynaldi. Lalu ke bagian sisi kanan dari ke empat sofa besar itu berada.

“Disini Bu Meytha pantry si Bos. Ini takaran untuk gulanya dua, kopinya satu dan panaskan dulu air di teko listrik ini, kita tunggu tiga menit.”

Terlihat Dinda memasukkan air ke dalam teko listrik dan menekan tombol on lalu mengambil saru sendok teh kopi, dua sendok teh gula. Ia juga terlihat mengeluarkan susu cair rasa vanila dalam kemasan satu liter.

“Buu.., kenapa kok bisa dipindah ke bagian sekretaris?” tanya Dinda saat menunggu air mendidih pada teko listrik.

“Mbak Dinda.., panggil nama aja. Saya juga panggil nama juga ya,” pinta Meytha sisa air mata yang membekas di pipi usai diseka oleh tisu.

“Ooh.. Iya.. ya.. Meytha.., aduh kok kayaknya, aku jadi canggung Buu.., hehehehe,” tutur Dinda seraya menutup bibirnya.

“Udah santai aja, Din.., panggil aku, Mey,” pinta Meytha tersenyum manis dengan memperlihatkan lesung pipinya.

“Sini aku bawa ke tempat, si Bos,” minta Dinda usai membuatkan kopi buat Reynaldi.

“Tapi.., Dinda.., nanti si Bos marah, soalnya kan dia nyuruh aku yang buat kopi,” ucap Meytha yang meragukan keinginan Dinda.

“Udah tenang aja.., ayo kita bareng ke dalam. Sekalian aku juga mau tanya pembagian Job Description sama si Bos,” ajak Dinda seraya membawa baki berisi kopi susu buatannya dan Meytha berjalan dibelakang Dinda.

Saat pintu ruangan Reynaldi terbuka, terlihat ia tampak terkejut karena dilihat Dinda dan Meytha bersama-sama masuk ke ruangannya. Terlebih ia melihat, kalau Dinda yang membawa kopi tersebut.

“Meytha..! Untuk buat kopi aja kamu sampai minta bantuan, Dinda?!” bentak Reynaldi memandang kesal pada Meytha.

“Bukan Mbak Meytha yang salah Pak. Tadi...”

“Diam kamu.., Dinda..! Aku nggak bicara sama kamu!” seru Reynaldi padanya.

“Jawab.., Meytha..! Kamu nggak bisa buat kopi? Hah?!” bentaknya lagi.

“Baik.., Pak.., saya buatkan lagi,” ucap Meytha menunduk dengan menelan salivanya.

“Biarkan kopi itu disana..! Nggak usah kamu bawa lagi,” perintah Reynaldi pada Dinda.

Dalam hati Meytha pun mengutuk perilaku Reynaldi atau Utomo yang biasa Meytha panggil, pada masa lampau. Meytha berbalik arah usai Dinda meletakan kembali kopi susu yang akan ia ambil pada meja yang berada di ruang tamu ruangan Reynaldi.

“Tunggu.., dulu!” perintah Reynaldi saat Metha dan Dinda balik badan menuju pintu keluar ruangannya.

Kedua wanita itu membalikkan tubuhnya dan berdiri tegak memandang ke arah Reynaldy yang duduk di meja kerjanya dengan jarak delapan kaki.

“Dinda.., tugas kamu mengurusi semua email masuk, surat masuk yang bersifat administrasi. Dan Meytha mengurusi seluruh kebutuhanku dari makan, kopi dan mengatur ruang meeting. Dan satu lagi.., untuk meeting keluar, Meytha yang ikut denganku.”

Kedua wanita itu bersamaan menganggukkan kepalanya dan keluar dari pintu tersebut. Sesampai diluar, Meytha pun berkata pada Dinda, “Din.., maaf yaa, kamu jadi kena semprot juga.”

“Tenang aja.., Mey. Mungkin si bos lagi ada masalah, karena tumben aja sih.., dia garang kayak orang lagi PMS. Biasanya sih diem aja.., emang galak tapi, nggak sekasar itu.”

Setelah itu, Dinda kembali keluar dari ruangan pertama menuju ruangannya sedangkan Meytha berjalan menuju pantry yang ada di ruangan pertama.

“Hmm.. jangan-jangan dia mau minum kopi buatan gue kayak dulu. Bukannya yang tadi di meja ruang tamu dia itu kopi susu? Ok! Gue bikinin kopi tanpa susu,” ucap Meyta bermonolog saat ia memanaskan teko listrik.

Tiga menit kemudian, kopi hitam yang ia buat pun dibawa ke dalam ruangan Reynaldi.

“Saya taruh dimana, Pak?” tanya Meytha saat dilihat Reynaldi serius di depan komputernya.

Tak sahutan dari Reynaldi, Meytha pun berjalan dan kini berdiri disisi meja kerja Reynaldi. Sekitar dua menit berlalu, dan Meytha masih berdiri tegak disisi meja sang Bos.

“Pak.., ini kopinya saya taruh disini...,” tutur Meytha meletakan kopi hitam di sisi kanan meja kerja Reynaldi.

Usai meletakan kopi di meja kerja si Bos. Baru saja Meytha melangkahkan kakinya beberapa langkah, Reynaldi telah menegurnya.

“Siapa yang suruh kamu pergi dari sini?!” tegur Reynaldi tersenyum mengejek Meytha kala wanita itu membalikkan tubuhnya.

“Ada yang bisa saya kerjakan lagi, Pak?” tanya Meytha dengan kaki yang sudah pegal. Karena sedari tadi ia berdiri dan mondar-mandir mengurusi urusan Reynaldi, terlebih sepatu high heels yang digunakan setinggi 7inchi.

“Tugas kamu itu sekarang mengurusi aku. Jadi diamlah di ruangan ini,” perintah Reynaldi.

Merasa sakit pada bagian betisnya, Meytha pun berjalan menuju ruang tamu di ruangan itu. Baru saja ia menghempaskan diri pada sebuah sofa tunggal nan empuk, suara Reynaldi telah terdengar begitu menyakitkan hatinya.

“Siapa yang suruh kamu duduk disana? Bangun kamu..! Enak sekali kerja hanya duduk-duduk seperti itu mau dapat gaji!” ketus Reynaldi meminta Meytha berdiri disisinya.

“Pak.., berikan saya kerjaan.., saya pasti akan mengerjakannya,” pinta Meytha pada Reynaldi dengan raut wajah kesal.

Dalam hati Reynaldi, ‘Rasakan pembalasan gue.., kalau saja waktu itu elo mau gue ajak pergi dari sini. Mungkin elo kagak susah payah kerja cari duit buat hidup elo.’

“Pak Rey... Kasih saya kerjaan,” pinta Meytha lagi pada Reynaldi yang sedang menikmati penyiksaan yang sedikit-dikit ia lakukan.

“Aku sudah kasih kerjaan buat kamu dengan mengurus keperluanku. Apa itu nggak cukup?” tanya Reynaldi seraya meraih cangkir kopi yang ada di atas meja kerjanya.

Telepon di meja Reynaldi pun berdering. Untuk keempat kalinya teleponnya berdering. Ia membiarkan telepon direct itu berdering, karena saat itu ia tengah menyesap kopi yang dibuat Meytha.

‘Hmmm..., masih terasa sama buatan kopi yang dibuat oleh tangannya. Rasanya pas.., sama seperti dulu,’ bisiknya dalam hati seraya menyesap perlahan kopi tersebut.

Sementara telepon direct terus berdering di mejanya. Setelah ia telah puas menghirup aroma kopi dan menyesapnya, ia pun menghubungi Dinda sekretarisnya.

“Ada apa?!” tanyanya singkat.

“Lapor Pak.., hari ini bapak ada pertemuan diluar dengan Pengusaha Muda Indonesia. Jam dua siang ini harus sudah berada disana, Pak.”

“Baik..! Siapkan saja sopirnya,” perintah Reynaldi pada Dinda.

Setelah menutup hubungan telepon dengan Dinda, Reynaldi pun berujar pada Meytha.

“Hari ini jam satu siang, kamu ikut aku menghadiri pertemuan dengan Pengusaha Muda Indonesia. Berdandan yang rapi dan jadi notulenku!” titah Reynaldi.

“Tetapi.. Pak jam dua belas saya baru menjemput anak saya. Kira-kira jam satu siang baru saya sampai di kantor. Apa bisa untuk undangan keluar seperti ini untuk bisa...”

“TIDAK..!” tegas ucap Reynaldi memotong apa yang jadi permintaan Meytha.

“Pak.., tadi saya dengar.., Mbak Dinda bilang jam dua pertemuan itu. Tolonglah saya Pak..,” ucap Meytha mengiba pada Reynaldi yang terlihat puas saat melihat kepanikan di dalam mata Indah Meytha.

“Yaa..,” ujarnya melembut saat dilihat kesedihan dalam raut wajah Meytha.

Dering ponsel Reynaldi membuat lelaki itu menjawab panggilan dari benda pipih yang di raihnya dari meja komputernya.

“Yaa.., Miii.., Ooh.., Ok.., saya kesana,” ucapnya dengan wajah manis dan senyum yang mengembang pada saat menjawab panggilan telepon dari ponselnya.

Usai menutup ponselnya, Reynaldi meraih telepon direct dan berkata “Dinda.., siapkan sopir di depan Lobby. Aku akan makan siang!”

Setelah itu, terlihat Reynaldi meraih ponselnya dan berkata pada Meytha, “Ingat! Jam satu kamu sudah disini!”

Setelah itu, tanpa mengatakan apa pun Reynaldi meninggalkan Meytha yang masih terdiam, berdiri mematung di depan meja sang CEO. Melihat pintu ditutup oleh si empu ruangan itu, Meytha dengan betis sakit, langsung duduk pada kursi yang ada di hadapan meja kerja Reynaldi.

“Aduh.., betisku sakit sekali berdiri dari tadi. Pasti Utomo mau gue capek makanya nyuruh berdiri. Rasanya gue harus udah mulai cari kerja tempat lain deh.., gue kagak kuat ikutin maunya..”

“Maunya siapa.., Mey...?” tanya Dinda saat tak disadari sudah masuk ke ruangan itu.

“Uhmm.., bukan apa-apa..., Sekarang aku mau jemput anak di sekolah dulu ya.., Din.”

“Mey.., baru mau aku ajak makan bareng. Bukannya nanti jam dua, bapak ada pertemuan diluar? Apa kamu nggak ikut?” tanya Dinda saat dilihat Meytha bangun dari tempat duduknya dan berjalan ke arah pintu keluar.

“Iyaa.., Din.., nanti aku balik jam satu. Makanya aku jemput anakku dulu,” ucap Meytha menoleh pada Dinda yang duduk di sofa dan menikmati kopi susu buatannya sendiri.

“Pakai apa kamu jemput anak-anak, Mey?” tanya Dinda seraya menikmati kopi susu yang dibiarkan di ruangan itu.

“Motor...! Byee..!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ela Ela
jangan2 anaknya Mey, bapaknya Ceo dingin itu yg sombong dan kejam
goodnovel comment avatar
Parikesit70
Salam kenal dengan saya Parikesit70(◍•ᴗ•◍)... Mohon bantuannya untuk kakak & pembaca setia Good Novel kasih bintang 5 & komentar pada bagian depan serta tambahkan pada pustaka kakak╰(^3^)╯ semoga kebaikan kakak mendapatkan Pahala Aamiin(。♡‿♡。) Terima Kasihヾ(˙❥˙)ノ
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 91 : SAH..! (THE END / TAMAT)

    Tepat pukul delapan pagi suasana rumah Meytha telah ramai. Tenda telah di pasang di depan rumah dan di depan rumah tetangganya. Suasana hari ini berbeda dengan suasana sepuluh tahun lalu, dimana semua serba mendadak. Bahkan beberapa kerabat Wulandari dan almarhum Bimantoro tidak ke Jakarta, karena acara pernikahan Meytha yang dianggap terlalu tergesa-gesa.Hiasan Janur kuning dipasang di depan pintu pagar kanan dan kiri yang dibuka lebar. Ruang tamu disulap dengan sentuhan permadani berwarna biru. Disediakan dua kursi untuk mempelai, dua kursi untuk saksi dan wali serta dua kursi untuk orang tua. Untuk kerabat dekat semua berkumpul di ruang keluarga, dimana seluruh sofa diletakan diluar rumah menyatu dengan kursi plastik yang di pinjam di kantor RW, tempat duduk beberapa tetangga kanan kiri dan samping kanan dan kiri pula. Hari ini, Meytha menggunakan pakaian kebaya putih dan kain batik berwarna coklat dengan rambut disanggul modern. Tampak wajah Meytha sangat cantik, sampai Bula

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 90 : Meytha menikah, Elmira melahirkan

    Satu hari sebelum hari bersejarah bagi Reynaldi dan Meytha akan dilakukan, tampak kesibukan terlihat di rumah Meytha Kasturi. Ibu-ibu pengajian dekat kompleks perumahan tempat tinggal mereka, datang ke rumah, melakukan doa bersama untuk kelancaran ijab kabul yang akan dilakukan esok hari dan atas permintaan Wulandari, pernikahan pun akan dilakukan di rumah itu, karena wanita itu merasa almarhum suaminya akan hadir dan melihat kalau putrinya menikah dengan orang yang dicintainya.Sementara itu, Reynaldi yang mengikuti tradisi dan aturan yang diberlakukan oleh Widyawati, tidak diperbolehkan bertemu dengan mempelai wanita selama tujuh hari sebelum hari pernikahan. Maka, ia pun wajib mengikuti tradisi dari keluarga Widyawati. Bahkan, untuk menanyakan kabar Meytha lewat ponsel saja, dilarang oleh Widyawati dan itu membuat Reynaldi menjadi uring-uringan.“Mami.., boleh ya Rey hubungi Meytha.., juga besok kami udah bertemu.., yaa.., Mii,” rajuk Reynaldi layaknya seorang anak kecil.“Rey..

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 89 : Gerakan Bayi Elmira

    Kedua anak kembar mereka banyak bertanya tentang rumah yang akan mereka tempati dan Meytha pun menjelaskan hal yang tidak terlalu mendetail pada si kembar yang selalu bertanya banyak hal.Untuk rumah yang pernah ditempati sampai dua puluh lima tahun itu tidak mengalami perubahan, walaupun pada bagian dalamnya, telah banyak yang direnovasi mengikuti gaya dapur atau pun kamar mandi jaman sekarang, namun pada setiap bagian kamarnya tidak diubah oleh Reynaldi. Bulan menempati kamar yang dulu ditempati oleh Meytha, dan Bintang menempati kamar yang di tempati oleh almarhum adiknya Meytha. Kedua kamar itu berada di depan ruang keluarga. Untuk Wulandari menempati kamarnya yang dulu, sedangkan kamar khusua untuk tamu yang berada di depan ruang tamu, menjadi kamar Meytha. Untuk Siti, pembantu rumah tangga yang telah ada di rumah itu, rencananya akan tidur bersama Wulandari. “Buu.., rencananya saya mau buat satu kamar lagi di dekat halaman belakang untuk Siti, hanya saja saya mau minta pendapat

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 88 : Rumah Kenangan untuk Meytha

    Hubungan yang berlanjut antara Meytha dan Reynaldi lewat LDR selama dua bulan ini kian bertambah mesra, hingga akhirnya kenaikan kelas si kembar menjadi satu jalan menuju jarak antara keduanya kian mendekat. Seperti saat ini, Reynaldi datang pada hari kenaikan kelas si kembar. Meytha mengambil rapor Bintang Hutama Putra dan Reynaldi mengambil rapor Bulan Hutami Putri. Selama enam bulan berada dalam lingkungan pedesaan membuat si kembar sangat mengerti, arti sebuah kesederhanaan dari teman-teman sekelasnya yang mayoritas orang tuanya menjadi petani dan pedagang. Reynaldi mengabadikan perpisahan si kembar bersama temen sekelasnya dengan berfoto dan memvideokan kebersamaan mereka. Sementara, Reynaldi sendiri cukup dikenal oleh kepala sekolah dan semua guru, setelah melakukan perbaikan halaman sekolah anaknya, yang awalnya hanya berupa tanah berwarna merahan, kini berisi paving dan di tata juga bagian tamannya.Bukan hanya itu, Reynaldi pun memperbaiki ruang UKS dan tiga kamar mandi untu

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 87 : Cemburu tapi Malu

    Kehamilan Elmira membuat Widyawati dan Richard memiliki rasa kasihan pada gadis muda nan cantik jelita itu. Walaupun Elmira pernah melakukan sebuah kesalahan, namun bagi Richard kesempatan kedua untuk menjadi pribadi yang baik diberikan olehnya. Dan keputusan Reynaldi untuk mengambil bayi yang sedang dikandung oleh Elmira disetujui oleh kedua orang tuanya serta mendapat dukungan penuh dari Meytha. Bagi Meytha keadaan buruk yang dialaminya dulu, lebih buruk yang dialami Elmira, karena itu membuat hati Meytha tergerak untuk mengambil bayi yang dikandung Elmira saat bayi itu dilahirkannya. Dan atas permintaan Elmira, ia ingin Reynaldi bisa mengantarkannya ke dokter kandungan ketika akan memeriksa kehamilannya.Hingga jadwal seminggu sekali Reynaldi untuk menemui kedua anak kembarnya pun pastinya, akan menjadi berubah akibat kewajibannya mengantar Elmira ke dokter kandungan. Seperti pada hari ini, putrinya mengeluh saat Reynaldi membatalkan kepulangannya pada minggu pertama ke Surabaya, s

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 86 : Solusi untuk Elmira

    Widyawati yang mendengar ucapan Richard jelas sangat terkejut dengan apa yang dikatakan suaminya. Richard pun tersenyum lebar melihat raut wajah Widyawati yang tampak tersenyum kecut. “Emang Papi punya niat untuk nikah lagi?” tanya Widyawati serius. “Sayang.., bukannya kamu ingin kita membantu Elmira untuk mencari ayah dari bayi yang dikandungnya?” tanya Richard masih tersenyum lebar. “Nggak lucu..! Kenapa Papi yang harus maju? Maksud Mami kan.., Rey bisa minta izin sama Meytha.., siapa tahu dia setuju,” ucap Widyawati tetap ada keinginannya karena kasihan pada Elmira. “Sayang.., sekarang coba kamu tempatkan dirimu menjadi Meytha.., kira-kira apa yang akan kamu lakukan? Apa lagi Elmira berperilaku tidak baik. Apa kamu pikir, Meytha akan mau terima usulan itu?” tanya Richard memandang Widyawati yang terlihat baru menyadari kesalahannya. “Hmm.., gimana dong Pii.., aku kasihan sama Elmira. Aku takut dia stress dan akan berpengaruh pada janin yang dikandungnya,” tutur Widyawati dengan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status