Share

BAB 4 : Mengenang Masa Lalu

Reynaldi keluar kantor dengan seorang sopir menuju sebuah restoran seafood untuk bertemu dengan kedua orang tua angkatnya. Di sepanjang jalan menuju restoran tersebut, lamunan dan bayangan atas sosok Meytha di masa lampau, berhamburan keluar dalam pikirannya. Selama sembilan tahun berada di Jerman tidak membuatnya mampu mengikhlaskan semua yang telah terjadi diantara mereka.

~ FLASH BACK MASA LALU UTOMO/REYNALDI~

“Kamu itu..! Kalau mau menikah sama anak saya, harus punya modal! Masak anak saya mau kamu nikahi cuman di KUA aja? Kamu pikir Meytha nggak punya keluarga, macam kamu? Hah!” sengit Bimantoro, bapaknya Meytha kala Utomo mengatakan niatnya untuk menikahi Meytha, saat mereka telah menjalin kasih selama lima tahun.

“Maaf Pak.., untuk acara besar-besarannya saya belom ada dana. Tapi kalau untuk acara syukuran dan makan bersama keluarga besar bapak saya punya sedikit tabungan, Pak,” sahut Utomo yang tak gentar mendengar penolakan atas dirinya.

Dikeluarkan uang sejumlah dua puluh lima juta yang selama ini ditabungnya. Itu pun Utomo mencari tambahan dengan menjadi sopir pada sebuah Travel agent di saat libur kantor, hari Sabtu dan minggu.

Terlihat Meytha duduk disebelah Utomo menemani sang kekasih yang sejak awal sudah membicarakan perihal keinginan hatinya untuk melamar secara langsung pada Bimantoro tanpa ada acara seserahan yang biasa dilakukan sebagian orang.

Hal itu disepakati Meytha, mengingat usia mereka yang akan menginjak dua puluh lima tahun dan mereka takut khilaf dan melakukan perbuatan terlarang diantara mereka.

Bimantoro dan sang istri melihat uang sebesar dua puluh lima juta dikeluarkan dari tas selempang yang digunakan Utomo, tertawa lepas seraya menghina pemuda itu.

“Hahahhahaha..., Kamu pikir, saya membesarkan Meytha hingga dia lulus kuliah dan sudah bekerja itu cuman cukup dua puluh lima juta rupiah ?! Otak kamu itu sesekali di pakai..! Mana ada orang tua yang tega melepas anak gadisnya sama orang yang cuman punya uang segitu?!” ujarnya dengan sengit seraya menunjuk ke arah uang yang diletakkan di meja tersebut.

Meytha yang melihat bapak dan ibunya menghina Utomo bereaksi atas apa yang dikatakannya, “Bapak..! Jangan terlalu menghina seperti itu. Saya dan Utomo saling mencintai, dan bagi kami itu cukup sebagai modal untuk kami menikah.”

“Masalah Rejeki, kekayaan itu besok kita bisa cari berdua. Kami memang, saat ini kerja di perusahaan kecil. Kami bekerja di oerusahaan Finance itu untuk mencari pengalaman. Besok kami akan cari pekerjaan di perusahaan yang lebih besar, Pak!” seru Meytha membela Utomo.

“Kamu itu.., Mey.., pikir dikepalamu.., kamu pikir bapakmu berbicara seperti ini untuk kepentingan dia? Sudah dari lama.., ibu, bapak sama sekali nggak setuju kamu berhubungan sama Utomo...!”

“Maaf aja.., ya Tomo.., kami nggak setuju dengan niat kamu.., apalagi silsilah keluarga kamu aja nggak jelas. Dan kami nggak mau keturunan kami berasal dari seorang penjahat atau..., Hmmm.., kamu seharusnya tau apa maksud kami,” ujar Wulandari berbicara terus terang pada Utomo.

Meytha yang duduk disisi Utomo memandang kekasihnya dengan rasa kasihan dan malu atas perilaku kedua orang tuanya. Sementara Utomo dengan wajah merah padam dan hati yang remuk redam berpamitan pada kedua orang tua Meytha dengan suara bergetar.

“Baiklah.., Buu.., Pak.., saya permisi dulu. Mungkin memang saya nggak berjodoh dengan Meytha,” ucap Utomo menunduk dan berlalu meninggalkan Meytha yang menangis disisinya.

“Tomo...! Tunggu..!” panggil Meytha yang mengejar Utomo sampai diluar pagarnya.

Dipeluknya tubuh Utomo dari belakang saat lelaki itu mendekati motornya. Dan Utomo membiarkan air mata kekasih hatinya membasahi punggungnya. Utomo yang juga menangis, sama sekali tidak ingin memperlihatkan air matanya di hadapan Meytha.

Setelah itu, Utomo pun menaiki motornya menuju kos-kos’an nya dengan hati yang penuh luka. Sementara kedua orang tua Meytha memanggil putrinya yang masih berdiri di pintu pagar itu, melepas kepergian Utomo.

“Meytha..! Masuk kamu..!”

Meytha pun masuk dengan perasaan sangat sedih. Karena harapan dan impian yang sering mereka bicarakan seolah menguap bagaikan asap. Dan saat ia sampai di ruang tamu, Ibunya pun berbicara padanya.

“Ingat besok kamu kembalikan uang si kere itu! Dia pikir dengan meninggalkan uang segitu aja bisa buat hati kami bergeming!”

Dengan air mata berlinang Meytha merapikan uang Utomo yang ditolak oleh kedua orang tuanya, lalu ia pun berjalan ke kamarnya mendekap uang kekasih hatinya dengan air mata berlinang yang membasahi sebagian besar uang tersebut.

***

Di hari Minggu ini, Utomo yang biasanya melakukan aktivitas dengan berolah raga di pagi hari, sama sekali tidak ingin melakukan aktivitas apa pun. Bahkan tawaran untuk membawa tamu asing dari Travel yang biasa dilakukannya ditolak mentah-mentah.

“Meytha.., bagaimana mungkin kedua orang tuamu memisahkan cinta kita? Apa kelahiranku di dunia ini memang harus menangung dosa-dosa kedua orang tuaku?” ucap Utomo saat terbangun dan teringat atas kejadian semalam.

Lelaki mana pun pasti akan hancur hatinya bila ditolak mentah-mentah saat akan melamar wanita pujaan hatinya. Begitu pun dengan Utomo yang bersedih dan frustrasi atas penolalan semalam. Apalagi perjalanan cinta Utomo dan Meytha telah berjalan lima tahun.

Tok.. Tok.. Tok..

Utomo yang mendengar ketukan pada pintu kosnya dengan bermalas-malasan beranjak dari tempat tidur berjalan membukakan pintu.

Ceklek...!

“Meytha..!” panggil Utomo terkejut dengan kehadiran Meytha di pagi hari ini.

Wanita muda cantik yang kini ada di depan pintu kamarnya itu memeluk erat tubuhnya. Tangisannya masih sama terdengar seperti kemarin malam saat ia meninggalkan kekasih hatinya di pintu gerbang rumahnya.

“Utomo.., aku nggak mau kita putus.., aku nggak mau.., jangan tinggalkan aku seperti ini.., hiks.. hiks..,” tangis Meytha dalam pelukan kekasih hatinya.

Yang dilakukan oleh Utomo hanya memeluk tubuh Meytha, saat wanita cantik jelita yang dicintanya menangis sesenggukan dalam pelukannya.

Utomo menghapus air pada Meytha, dan berkata, “Sayang.., tenangkan hatimu.., kita akan cari jalan agar kedua orang tua kamu mengizinkan aku meminang kamu.”

Tatap Utomo pada Meytha usai kekasih hatinya bisa menenangkan diri. Lalu, mereka duduk dilantai keramik pada sebuah kamar kos berukuran 3meter x 4meter.

“Tadi aku beli sarapan buat kamu, sekarang kita makan yaa.., dan ini aku diminta kembalikan uang kamu,” ucap Meytha menaruh uang yang kemarin ditinggal oleh Utomo pada nakas samping tempat tidurnya, lalu kekasih hatinya mengambil sendok dan piring pada dapur yang berada di dalam kamar dan berhadapan dengan kamar mandi.

Sambil menikmati sarapan yang dibawa oleh Meytha, mereka pun saling bertukar pikiran atas apa yang kini mereka hadapi. Dan usai menikmati sarapan, Utomo pun izin untuk membersihkan diri. Karena sejak bangun pagi, sama sekali ia tidak beranjak dari tempat tidurnya.

“Aku mandi dulu yaa.., kalau gimana kita nonton film ke bioskop,” ujar Utomo tersenyum seraya mengecup pipi Meytha.

“Udah sana mandi dulu.., pantas aja bau asem, pakai acara cium pipiku segala,” rajuk Meytha tersenyum bahagia saat bersama kekasih hatinya.

Saat Utomo sedang membersihkan diri itu, Meytha yang sangat takut kehilangan kekasihnya memikirkan hal yang selama mereka berpacaran selalu dijaga dan selalu mengingatkan satu dan lainnya untuk berada dalam pacaran yang sehat.

Maka saat pikiran liar Meytha menjelajahi otaknya dan dibenturkan pada kenyataan yang dialaminya, maka Meytha dengan keyakinan dirinya, menutup dan mengunci pintu kos sang ke kasih dan menyalakan pendingin pada kamar itu.

Tanpa sepengetahuan Utomo, Meytha telah menanggalkan seluruh pakaiannya disaat Utomo tengah membersihkan diri. Lalu, Meytha pun beranjak ke tempat tidur dan sengaja ia menutupi tubuh polosnya dengan selimut tebal di kamar itu.

Dalam hati Meytha berbisik, ‘Baiklah.., akan aku serahkan kesucianku atas cinta yang telah aku jaga selama ini, agar Tomo tahu, betapa aku sangat mencintainya. Dan aku berharap lewat jalan ini aku akan hamil, hingga kedua orang tuaku tidak lagi menentang pernikahan kami. Aku pikir ini adalah jalan terbaik untuk masalah yang kami hadapi.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ela Ela
astaga, benar dugaaanku kan.ternyata anak so Meta benar2 ayahnya adalah di cEO itu
goodnovel comment avatar
Parikesit70
Kenalkan saya Parikesit70(✷‿✷) Terima kasih untuk kakak semua yang sudah meluangkan waktu baca cerita ini⊂((・▽・))⊃ Mohon bantuan kakak, Abang, Mas, Uda, Uni, bunda untuk kasih 5 bintang, ulasan pada buku & tambahkan pada rak buku kakak\(^o^)/ sekali lagi makasih kakak(◍•ᴗ•◍)...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status