Share

BAB 2 : Pertemuan Pertama

Ceklek...!

Pintu ruangan kerja CEO itu pun terbuka. Ayunan langkah kaki Meyta beriringan dengan detak jantungnya yang kian berdetak lebih kuat saat jarak antara kakinya menuju meja kerja CEO tersebut semakin kian dekat.

Perlahan Meytha menarik napasnya lalu membasahi kerongkongannya yang terasa kering dengan salivanya. Entah mengapa kini pikirannya terasa buntu. Dan ia kini hanya memandangi sepatu pantofelnya yang tak terdengar saat ia menyentuh lantai di ruangan itu.

Terlihat hamparan permadani lembut berwarna merah menutupi lantai marmer pada ruang kerja sang CEO. Pada saat sepatu jenis pantofel dengan sedikit bukaan pada jemari kaki indah Meytha menyentuh sedikit permadani yang terasa empuk dan lembut pada bagian depan jemarinya.

Kini Meytha berdiri mematung persis di belakang kursi yang berada di hadapan Reynaldi.

“Duduk..! Kenapa kamu berdiri?!” tegas Reynaldi menatap wanita pemilik bola mata terindah yang kini berdiri di hadapannya.

Sebelum bertemu dengan Meytha, Reynaldi telah mempersiapkan mentalnya untuk bisa bertemu dan menatap sosok wanita yang dulu pernah membuatnya hampir mati, karena cinta.

Perlahan Meytha pun mengangkat wajahnya menatap dari jarak dekat lelaki yang dulu akan menikahinya. Meytha pun menelan salivanya untuk mengatasi kegugupan, saat bertemu dengan seorang lelaki yang dulu pernah menjadi bagian hidupnya.

Walau selama dua bulan ini telah ia kumpulkan keberaniannya untuk bertemu lelaki yang kini menjadi seorang CEO, namun rasa takutnya pada lelaki tampan nan dingin itu masih membuat nyalinya ciut untuk memandangnya.

Saat pandangannya beradu, sesaat kemudian Reynaldi membuang pandangannya ke sisi lain dari ruang itu seraya berkata, “Duduk..!”

Dalam hati Reynaldi pun mengutuk dirinya sendiri dan bergumam dalam hati, ‘Sialan..! Kenapa gue yang harus takut ketemu sama wanita ini? Rey.., elo sekarang ini CEO! Bukan si Utomo yang dulu miskin dan terhina. Catat!’

“Apa kabarmu? Bagaimana dengan suami pilihan orang tuamu? Apa dia lebih hebat dariku? Hmmm.., apa kedua orang tuamu yang sombong itu masih hidup?!” tanyanya tanpa ada rasa hormat.

Meytha yang tak menyangka kalau lelaki di hadapannya kini telah berubah, berusaha menahan rasa emosinya. Ia mengingatkan dirinya kalau saat ini ia memerlukan pekerjaan untuk biayai kehidupannya dan kedua anak kembarnya yang kini berusia sembilan tahun.

“Baik.., Pak Utomo. Apa bisa bapak nggak usah mengungkit masa lampau?” tanya Meytha menunduk sangat dalam dan suaranya pun nyaris tak terdengar.

“Tolong.., kamu ingat kembali! Aku bukan lagi Utomo yang dulu kamu sepelekan dan hina! Aku adalah Reynaldi Utomo Gerald Jr. Dan aku saat ini punya orang tua.., bukan anak yatim piatu yang pernah diinjak-injak oleh ayahmu itu! Dan.., aku berharap ayahmu...”

“Cukup..! Jangan hina orang yang telah berpulang. Maafkan dia, Pak,” pinta Meytha seraya menahan umpatannya dan memandang lelaki yang dulu punya sifat lembut berubah kasar.

“Hahahahahaha.., bagaimana? Kamu nggak terima atas hinaanku untuk ayahmu itu? Bukankah dia yang menjual kamu pada bandot tua agar menikahi kamu demi kekayaannya?!” senyum getir nan dingin menghias wajah tampannya.

“Boleh, saya keluar dari ruang ini? Masih banyak kerjaan yang belum saya selesaikan,” pinta Meytha dengan lembut dan berharap dengan kelembutannya ia mampu membuat hati Reynaldi tergerak melepaskannya.

“Kamu tahu sekarang ini sedang berhadapan dengan siapa? Hah!?” bentak Reynaldi yang kini berdiri dan berjalan menuju tempat duduk Meytha. Terlihat ia mengitari bagian belakang dan sisi kanan serta kiri tempat duduk Meytha.

“Jawab..!” serunya memegang sandaran kursi yang diduduk oleh Meytha.

“Yaa.., bapak saat ini CEO perusahaan ini,” sahutnya lemah.

Terlihat Reynaldi bertepuk tangan dan melangkah pada sebuah sofa panjang lalu duduk dengan kaki kanan yang bertumpu pada kaki kiri, ia memandangi Meytha dari jarak empat meter dari sofa ke meja yang didudukinya.

“Meytha..!” panggil Reynaldi dari sofa panjang tersebut.

Meytha pun menoleh kearah lelaki yang dulu pernah mengisi hari-hari indah dengannya yang kini berubah menjadi seorang lelaki yang menyebalkan dengan sikap dingin dan kasarnya.

“Pak..! Saya serius.., kalau pekerjaan saya masih sangat banyak dan saya harus membuat laporan ke cab...”

“Stop..! Kamu nggak usah mengatur perusahaan ini. Aku yang punya kendali,” potong Reynaldi dengan sorot mata penuh kebencian.

“Tapi Pak..! Izinkan saya..”

“Kalau aku bilang diam.., Diam! Ngerti kamu?!” potong Reynaldi berdiri dan berjalan serta menatap tajam ke arah Meytha yang memandangnya.

Dan kini Meytha sudah tidak bisa lagi melemparkan pandangannya pada sisi lainnya karena hal itu mungkin saja akan membuat mata Reynaldi, seorang CEO tempatnya bekerja akan semakin marah dan menganggapnya tidak menghargai lelaki yang dulu penuh kelembutan sekarang sekeras batu karang.

Diraih telepon direct yang berada pada meja kerjanya yang terlihat luas lalu, dihubunginya seseorang dari sambungan telepon direct tersebut.

“Bu Andini.. sekarang juga buat surat mutasi untuk Meytha Kasturi ke bagian sekretaris. Saya mau ada dua orang sekretaris di tempat saya!”

“Siap.., baik Pak..!” sahut Andini dari sambungan telepon direct.

Setelah itu Reynaldi pun tersenyum pada Meytha. Sebuah senyum kemenangan dan pembuktian kalau ia kini adalah seorang lelaki yang berkuasa.

“Bagaimana.., kamu masih mau membuat laporan di bagian accounting?” tanya Reynaldi dengan senyum mengejek.

Meytha yang telah sangat kesal dengan perilaku Utomo atau sekarang ia menyebutnya dengan nama Reynaldi hanya terdiam.

Namun Meytha tidak bisa gegabah untuk menangapi penghinaan yang ditujukan oleh mantan kekasihnya itu. Karena ia tidak ingin kehilangan pekerjaan.

Dalam hati Meytha pun bergumam, ‘Pasti.., Utomo sengaja buat gue kesel lalu keluar dari perusahaan ini dengan suka rela. Hmmm.., enak aja.., dia pikir gue akan keluar tanpa pesangon? Walau seperti apa pun hinaannya, gue kagak peduli, yang penting anak gue, si kembar bisa hidup.’

“Nggak.. Pak.., sekarang bisa saya ke ruangan saya?” tanya Meytha yang telah lelah mendengar hinaan dari sang CEO.

Reynaldi berjalan keluar dari meja kerjanya. Ia kembali berjalan menuju sofa panjang, duduk di bagian tengah dari sofa itu. Sesaat kemudian, ruangan itu hening tanpa suara. Kemudian ia pun berbicara dengan lugas.

“Meytha.., bisa kamu berjalan dari sana ke hadapanku dan berputar!” perintah Reynaldi.

“Maksud.. Bapak apa? Untuk apa saya harus berjalan dan membalikkan badan? Apa saya nggak salah dengar?” tanyanya dengan suara parau.

“Aku mau membayangkan bentuk tubuhmu saat berjalan. Hahahhahaha..., Walau hanya dengan berjalan aku masih mengingat dengan detail bagian tubuhmu, walau sudah sepuluh tahun lalu!” senyuman hina pada diri Meytha tersungging dari bibir tipisnya.

“Pak.., saat ini saya ibu dari dua orang anak. Tolong jangan hina dan ingatkan saya atas masa lampau kita. Saya sudah mengubur dalam kisah itu. Cukuplah itu jadi pelajaran berharga untuk kita,” tutur Meytha sengaja menyebutkan jumlah anak yang ia punya dengan menunduk dan terlihat menggelengkan kepalanya.

“WOW..! Dua anak., bagaimana kalau aku juga ingin punya dua orang anak? Hemmm.., hehehehe, apa masih bisa?” tanya Reynaldi yang kini menarik tangan Meytha.

“Pak..! Tolong lepaskan tangan saya. Jangan perlakukan saya seperti ini.., hiks.. hiks.. hiks,” tangis Meytha pun pecah karena telah tidak kuat menahan semua hinaan dari sang mantan.

“Pak.., saya juga sakit..! Sakit.., jangan hina saya seperti itu. Demi kedua anak saya,” pintanya.

Bulir air matanya pun jatuh menetes pada wajah putih bersihnya. Ia menangis karena mengingat dua anak kembarnya saat seorang yang pernah dicintainya menghina dan menyakiti hatinya.

Dalam hati Meytha pun berbisik, ‘Utomo.., kalau saja elo tahu kisah sebenarnya. Elo pasti menyesal menghina gue.’

“Ini tisu.., seka air matamu. Buatkan aku kopi..!” perintahnya usai memberikan tisu pada Meytha.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ela Ela
ok de.sya ks bintang 5 kl madih ada bintang yg diatasnya lagi.gue kasi ya.........
goodnovel comment avatar
Parikesit70
Kenalkan saya Parikesit70(。♡‿♡。) Untuk kakak & Pembaca setia Good Novel, saya mohon dukungannya dengan bintang 5, komentar pada bagian depan serta tambahkan pada pustaka kakak yaa..\(^o^)/ Semoga kebaikan kakak dapat pahala Aamiin(♡ω♡ ) ~♪ Terima kasih(◕ᴗ◕✿)
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status