Share

BAB 47

Author: jasheline
last update Last Updated: 2024-12-25 21:33:33

Semua anak sudah berkumpul di bandara dan kini mulai memasuki pesawat satu per satu. Mereka mencari tempat duduk sesuai tiket masing-masing. Tak disangka, Selena, Rangga, dan Linggar duduk dalam satu barisan yang sama, Selena di tengah diapit oleh keduanya.

Melihat itu, Linggar dan Rangga bersorak kegirangan. Mereka bahkan melakukan tos tangan dengan kompak, sesuatu yang jarang terjadi.

“Idih, tumben banget kalian akur,” ucap Selena sambil tersenyum. Biasanya, Linggar dan Rangga seperti kucing dan tikus yang tak pernah berhenti saling mengusik.

Linggar hanya bisa menggaruk kepalanya sambil berusaha berdalih. “Ya kan… udah mau lulus. Bentar lagi nggak bakal ketemu dia lagi.”

“Dih, mulai songongnya,” balas Rangga, melirik Linggar tajam. Namun Linggar pura-pura mengalihkan pandangannya ke luar jendela.

Selena tersenyum hangat. “Aku senang deh lihat kalian akur gini. Berasa banget kekeluargaannya.”

Perkataan Selena membuat Linggar dan Rangga saling melirik. Kata “kekeluargaan” yang diucap
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • CALON TUMBAL   BAB 48

    Semua anak berkumpul di restoran hotel untuk makan malam. Selena duduk di meja bersama Linggar, Rangga, dan Citra. Sore tadi, gangguan dari sosok yang mengerjainya membuat Selena memutuskan untuk kembali membuka mata batinnya.Setelah makan malam, suasana semakin meriah. Para siswa mengadakan pool party di kolam renang utama hotel untuk menghilangkan kebosanan. Tidak ada minuman beralkohol di sana, hanya soda, jus, milkshake, dan minuman lain yang aman. Beberapa anak terlihat berenang sambil tertawa riang, ditemani alunan musik yang membuat malam terasa hidup.“Lompat! Lompat! Lompat!” sorak-sorai anak-anak bergema di udara, menciptakan keriuhan penuh kesenangan.Namun, Selena hanya duduk di meja, menolak ikut ke kolam. Ia memandang sekeliling dengan mata batinnya yang kini kembali terbuka. Dan apa yang dilihatnya membuat bulu kuduknya meremang. Energi di tempat ini jauh lebih menyeramkan dibandingkan saat ia pertama kali tiba.“Hotel ini keren banget, ya. Tiap kamar ada kolam renangn

    Last Updated : 2024-12-27
  • CALON TUMBAL   BAB 49

    Keesokan harinya, semua anak sudah berkumpul di restoran sesuai dengan yang diperintahkan oleh guru. Mereka menikmati sarapan sambil bercanda dan berbagi cerita tentang pengalaman tidur mereka di kamar masing-masing."Nyenyak banget gue tidur, maklum sih abis renang malam-malam," ujar seorang siswa dengan penuh semangat."Badan gue pegel, njir. Kayak abis digebukin, salah bantal apa ya?" keluh siswa lainnya sambil mengusap lehernya.Selena hanya mendengarkan, matanya melirik ke sekeliling hotel, mengamati setiap sudut dengan cermat. Dia merasa ada yang tidak beres, dan instingnya terus mengarah pada karyawan lama hotel yang tidak terlihat di mana pun. Dia sangat ingin bertanya, tapi sepertinya tidak ada satupun yang bisa memberinya jawaban.Tiba-tiba, seorang pria keluar dari arah dapur restoran. Dari pakaian dan cara berbicaranya yang sedang menegur karyawan, Selena bisa memastikan bahwa pria itu adalah bos atau pemilik hotel yang baru. Namun, dia tidak mengenal sosok itu sama sekali

    Last Updated : 2024-12-28
  • CALON TUMBAL   BAB 50

    Selena hendak keluar, namun tangan nya dicekal oleh pemilik hotel itu. Selena pun menatap tangan yang menahan pergerakannya dengan ekspresi terkejut.Sementara itu, di luar ruangan, Linggar dan Rangga tampak cemas."Maaf, Pak, teman saya sudah mencariku," ujar Selena dengan nada hati-hati."Iya, maaf. Tapi, apa kamu nggak bisa cabut dulu kerisnya?" tanya pemilik hotel itu, mencoba menahan Selena lebih lama."Selena! Kamu di dalam!?" panggil Linggar khawatir."Iya, Li," jawab Selena singkat.Linggar merasa tak nyaman dengan atmosfer di sana, suasana yang mengingatkannya pada saat ia diteror oleh ratu siluman ular di rumahnya.Selena tak peduli lagi dengan pemilik hotel itu. Dengan cepat, ia membuka kunci pintu dan melangkah keluar."Selena, kamu..." Linggar terkejut."Ayo, kita pergi dari sini," kata Selena, dengan cepat menarik tangan Linggar dan Rangga, lalu berlari.Namun, arah larinya berbeda dengan jalan yang mereka tempuh saat datang. Linggar dan Rangga saling berpandangan bingun

    Last Updated : 2024-12-29
  • CALON TUMBAL   BAB 51

    Selena sudah berada di kamarnya saat ini. Namun, matanya sulit terpejam. Tidur siang yang terlalu lama hingga pukul tujuh malam tadi membuat rasa kantuk enggan kembali. Dia hanya bisa berbaring telentang di ranjang, pikirannya melayang pada kejadian aneh yang baru saja dilihatnya, asap yang melayang di belakang tubuh Rangga."Kalau itu nyata, apa berarti nyawa Rangga sedang terancam?" batinnya gelisah.Tapi logikanya segera membantah."Mungkin aku salah lihat. Buktinya tadi nggak ada lagi asap itu," gumamnya, mencoba menenangkan diri.Saat pikirannya sibuk bergumul, hidungnya tiba-tiba menangkap bau anyir yang menyengat. Bau itu memaksa Selena untuk bangun dari ranjang dan mencari asal sumbernya. Dengan langkah hati-hati, dia berusaha menelusuri jejak aroma tak wajar itu.Hingga akhirnya, dia menemukannya.Di sudut ruangan, berdiri sesosok perempuan bergaun putih. Sosok itu menunjukkan tubuhnya yang penuh luka, dengan darah mengalir membasahi kain putih yang ia kenakan."Kamu kenapa?"

    Last Updated : 2025-01-01
  • CALON TUMBAL   BAB 52

    Beberapa hari kemudian, akhirnya tiba waktunya Rangga pulang ke kampung halamannya. Saat ini, dia sedang sibuk mengemas barang-barangnya, dibantu oleh Linggar dan Selena. Suasana terasa sedikit sendu, terutama bagi Selena, yang sedih karena sebentar lagi harus berpisah dengan Rangga.Mereka bertiga tengah memasukkan buku-buku sekolah Rangga ke dalam kardus. Selena lebih banyak diam, membuat Rangga merasa tidak nyaman melihat sahabatnya seperti itu. Inisiatif pun muncul dari Rangga untuk mencairkan suasana.Tanpa pikir panjang, dia mengambil penghapus dan melemparkannya ke arah Selena."Aduh!" Selena meringis kecil sambil memegangi kepalanya. "Sakit tahu!""Jangan ngelamun terus, nanti kerasukan lho," goda Rangga dengan tawa kecil di wajahnya.Selena memandang Rangga dengan ekspresi manyun. "Ish! Orang lagi sedih kita bakal pisah, eh malah ditimpuk pakai penghapus!""Kan ada Linggar. Dia bisa nemenin kamu," sahut Rangga, masih mencoba menghibur Selena.Selena menghela nafas panjang. "T

    Last Updated : 2025-01-01
  • CALON TUMBAL   BAB 53

    Linggar terkejut mendengar teriakan Selena, dia langsung melihat ke arahnya dengan cemas. Rangga yang sebelumnya tertidur di depan juga terbangun, terkejut mendengar nama dirinya dipanggil dengan suara panik oleh Selena."Selena, kenapa?" tanya Linggar dengan khawatir, sigap membuka botol air dan memberikannya pada Selena.Selena langsung meminum air itu dengan rakus, meneguk seluruhnya dalam sekali habis. Setelahnya, dia mengatur napas, berusaha menenangkan diri. Dengan lega, Selena sadar bahwa itu hanya mimpi. Namun, betapa anehnya mimpi yang datang begitu jelas di siang hari."Selena, kenapa? Kok kamu teriak manggil namaku?" tanya Rangga, kini berbalik ke belakang, penasaran."Nggak apa-apa, aku cuma mimpi aja tadi," jawab Selena, sambil memejamkan matanya, berusaha menenangkan diri dari kegelisahan yang melanda.Rangga terkekeh mendengar penjelasan Selena, ia mengira mungkin Selena merasa cemas karena perpisahan yang akan datang, hingga terbawa dalam mimpi."Kita masih bisa ketemu

    Last Updated : 2025-01-02
  • CALON TUMBAL   BAB 54

    Rangga membuka buah kelapa yang dia petik tadi dan membagikannya kepada Linggar, ibunya, dan dirinya sendiri. Linggar sangat menikmati rasanya, merasakan manis alami yang segar."Bude, di rumah bude banyak energi yang asing," tiba-tiba Selena berbicara, membuat ibunya Rangga dan Rangga tertegun."Maksudnya, nak?" tanya ibunya, terlihat bingung."Ada yang aneh sama rumah ini. Aku lihat banyak sekali monyet di sekitar rumah Bude, tapi bukan monyet asli," jawab Selena. Rangga langsung tersedak."Pelan-pelan, Ra," ujar ibunya, cemas."Selena, maksud kamu bukan monyet asli?" tanya Rangga, mencoba mencerna apa yang baru saja didengar."Banyak monyet. Ada satu, dua, tiga, empat, lima, enam... (Selena menoleh ke sana kemari) ada sembilan monyet," jawab Selena, matanya bergerak cepat, seolah mencoba menangkap setiap gerakan di sekitar mereka.Seketika itu, Rangga merinding. Saat di atas pohon kelapa, dia memang melihat monyet aneh yang terus menatapnya, dan sekarang Selena mengungkapkan sesuat

    Last Updated : 2025-01-03
  • CALON TUMBAL   BAB 55

    Selena dan Linggar telah selesai makan dan melaksanakan sholat. Kini, mereka berada di ruang tamu bersama bibi dan Ustadz Sholeh yang datang berkunjung.Kedatangan Ustadz Sholeh bukan tanpa alasan. Ia baru saja membantu Selena memagari rumah setelah menemukan sebuah buhul, yang ternyata merupakan kiriman untuk mencelakai Selena. Tanpa ragu, Selena membakar buhul tersebut, bersikap tegar meski situasinya cukup mencekam.“Rupanya, bukan hanya saya yang merasa ada sesuatu yang janggal dengan ayahnya Rangga. Setelah diamati, dia memang telah melakukan hal-hal yang tidak seharusnya,” ujar Ustadz Sholeh sambil menghela nafas panjang.Selena menatapnya dengan cemas. “Jadi, yang ada di rumah Rangga itu bukan kiriman, Ustadz? Itu peliharaan ayah Rangga?” tanyanya.Ustadz Sholeh mengangguk, raut wajahnya menyiratkan keprihatinan. “Astaghfirullah…” gumam Selena pelan.“Kenapa Pakde sampai menempuh jalan itu? Ya Allah…” ucap Selena dengan mata berkaca-kaca. Kesedihannya terasa dalam; keluarga Ran

    Last Updated : 2025-01-04

Latest chapter

  • CALON TUMBAL   BAB 127

    Selena sedang berada di dalam kamarnya dan dia sedang menangis sesenggukan sekarang setelah sholat Isya, dia masih terpikirkan dengan apa yang ayah Nicholas katakan tentang kondisinya."Hiks! Hiks! Ya Allah, gimana caranya ngomong sama abang." Gumam Selena.Ponselnya berdering dan itu panggilan video dari Nicholas. Tapi Selena bingung bagaimana dia harus menghadapi Nicholas, wajah sembab dan suaranya yang bindeng tentu akan mengundang pertanyaan dan kekhawatiran Nicholas.(Kilas Balik Selena Bermula)Sebelumnya Selena masih mematok di depan kaki ayah Nicholas, ia masih menunggu ayahnya itu jujur dan berterus terang padanya. Ayah Nicholas seolah terpojok, bahkan dia tidak tega melihat Selena yang terus duduk di bawah kakinya sambil sesekali menghapus air matanya.Akhirnya ayah Nicholas menghembuskan nafasnya dan tersenyum, lalu mencoba membangunkan Selena dari duduknya, tapi Selena tidak mau."Haihh.. memang susah menyembunyikan sesuatu dari kamu, hehehe.." Kekeh ayah Nicholas."Bangun

  • CALON TUMBAL   BAB 126

    Selena sedang membakar bungkusan yang diberikan oleh supirnya yang dikira itu diberikan oleh Rangga, Selena tidak membukanya sama sekali dia langsung membakarnya sambil membaca doa.Dan benda itu menghilang secara misterius setelah di bakar, yang diyakini itu adalah bungkusan benda berisi kiriman santet. Selena sekarang mencoba menghubungi Rangga.."Halo, Assalamu'alaikum, Ra." Ucap Selena ketika panggilan teleponnya terhubung dan dia sengaja meletakan dalam speaker handphonenya agar supirnya juga ikut mendengar suara Rangga."Wa'alaikumussalam, kenapa Sel?" Tanya Rangga, supir Selena terlihat mengerutkan keningnya mendengar jawaban Rangga."Ra, tadi lu ke kampus gue?" Tanya Selena."Enggak, gue jenguk om Basuki abis gue kelar di bengkel, Sel. Lo udah sama om Basuki?" Sahut Rangga, supirnya terlihat menutup mulutnya."Gue mau ke rumah sakit jemput papa, tapi tadi katanya lo dateng kesini nganter kiriman." Ujar Selena, Rangga dalam panggilan itu terdengar kebingungan."Gue ngga kemana-

  • CALON TUMBAL   BAB 125

    Selena mengantar Linggar lebih dulu, dan sebelum Linggar masuk Selena memastikan lebih dulu agar tidak ada yang ikut dengan Linggar."Sel, lu nggak apa apa?" Tanya Linggar."Nggak apa-apa, udah biasa. Kalo mereka nyerang gue nggak apa apa, karena gue bisa tau, tapi kalo mereka nyerang lu dan orang-orang yang deket sama gue, gue baru khawatir." Ujar Selena sambil fokus menetralisirkan tubuh Linggar.Linggar yang mendengar itu merasa menjadi orang yang spesial karena Selena peduli padanya. Padahal Selena mengatakan itu bukan dengan maksud apapun, dia murni berkata demikian karena tidak mau orang lain yang dekat dengannya jadi terkena imbasnya."Udah, aman." Ujar Selena."Makasih, Sel." Ujar Linggar dan Selena tersenyum."Gue pulang, ya." Ujar Selena dan Linggar mengangguk."Ati-ati." Ujar Linggar."Siap." Sahut Selena, lalu masuk kembali kedalam mobil. Selena masih merasakan energi yang mengikutinya itu berada di mobil, yang berarti sejak tadi kiriman itu memang berada di mobil dan ikut

  • CALON TUMBAL   BAB 124

    Lalu akhirnya setelah pulang kuliah, Selena menepati janjinya pada ibunya Intan untuk menyampaikan maaf Intan pada kedua orang tuanya Roy. Sekaligus juga Roy ikut dan kini mereka sedang berada di rumah Roy, bersama Faaz, Doni dan Linggar.Kedua orang tua Roy saat ini sedang menangis, terutama ibunya yang menangis sampai terisak-isak setelah mengetahui kebenaran tentang kematian Roy. Ibunya Intan sampai bersimpuh di depan ibunya Roy dan meminta maaf atas nama Intan, Selena, Linggar, Faaz, Doni dan hantu Roy yang melihat itu juga ikut sedih."Roy.." Gumam ibunya Roy sambil terisak."Tante, aku mau ngasih tau kalo Roy masih penasaran di dunia. Dia masih berada di dunia dan sekarang dia ada didekat tante, di sebelah kanan tante." Ujar Selena, ibunya Roy menoleh ke kanan tapi tentu saja tidak ada siapapun."Roy mau pamit sama tante dan om, karena dia sudah tidak penasaran lagi. Alasan kematiannya bukan bunuh diri tapi karena diganggu yang ghaib." Ujar Selena lagi."Roy! Roy! Kamu dimana na

  • CALON TUMBAL   BAB 123

    Meski Selena sudah bilang bahwa jangan keluar rumah, tapi ayah Nicholas tetap saja pergi. Ayah Nicholas bilang pada bibi dia pergi bukan mau bekerja tapi menemui temannya, bibi pun mengangguk karena memang ayah Nicholas tidak membawa jubah dokternya.Ayah Nicholas pergi ke rumah sakit, tapi bukan untuk bekerja melainkan dia menemui teman dokternya yang kemarin memapahnya, seorang dokter ahli neurologi. Temannya itu tersenyum melihat kedatangan ayah Nicholas."Nah.. Akhirnya mau juga datang kemari, dok." Ujar teman ayah Nicholas, namanya dokter Jaya."Haha, iya. Dimarahin sama anak, nggak boleh kerja jadi saya nggak kerja hari ini. Karena nggak ada kegiatan jadi saya kesini untuk memeriksakan diri." Ujar ayah Nicholas."Emang mantranya anak perempuan tuh ampuh pokoknya, kalo nggak boleh ya nggak beneran, hahaha.." Dokter Jaya terkekeh."Jadi, tolong periksa saya dok." Ujar ayah Nicholas."Tentu dok, mari." Ujar dokter Jaya.Mereka sama-sama dokter profesional, dan mereka juga sama-sama

  • CALON TUMBAL   BAB 122

    Setelah Selena memastikan ayahnya sudah masuk kedalam kamarnya untuk istirahat, Selena pun kini kembali ke kamarnya sendiri dengan rasa bersalahnya. Selena tau rumah itu dipagari dan pagarnya juga sangat kuat, tapi Selena tidak terpikirkan bahwa semakin kuat pagar gaibnya maka semakin besar juga usaha yang dikerahkan ayah Nicholas.'Jangan khawatir Selena, aki bisa menjaga kamu dan rumah ini.’ Tiba-tiba suara aki muncul."Makasih aki, tapi aku tetep merasa bersalah sama papa." Ujar Selena."Aku akan belajar untuk memagari rumah ini sendirian, supaya nggak bikin papa capek." Ujar Selena.Selena akhirnya masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, dan ketika dia sedang mandi dia kembali teringat dengan sosok-sosok yang berada di rumah Pak Hasan yang menyambutnya dengan ramah.Sosoknya ada yang berupa binatang macan putih yang sangat besar bahkan lebih besar dari gajah, lalu ada yang seperti aki namun dalam versi lebih pendek sedikit, dan juga ada yang seperti manusia biasa na

  • CALON TUMBAL   BAB 121

    Selena berdiri di luar ruangan Intan setelah berhasil melepaskan susuk terakhir dari Intan, dan Intan akhirnya sudah berpulang.."Pada akhirnya, dia meninggal dengan menderita." Gumam Selena."Kita sampein maafnya ke keluarganya Roy besok, Roy juga masih belum bisa pergi kan?" Tanya Linggar, dan Selena mengangguk."Siapa tau setelah ini dia bisa pergi dengan damai." Ujar Linggar."Iya.." Ujar Selena.Ya, Roy.. Sebelum Intan meninggal, dia menyebut nama Roy. Dia mengakui dirinya juga membuat Roy kehilangan akal. Ibunya tidak tahu siapa Roy, tapi Selena memberi tahu bahwa Roy adalah kakak seniornya di kampus."Yuk, makan dulu. Kita ampe lupa makan dari siang." Ujar elang dan Selena kembali mengangguk.Pak Hasan sudah lebih dulu pergi untuk melebur semua susuk yang keluar dari tubuh Intan, ada sekitar 17 susuk yang ditempatkan di setiap titik mata memandang sehingga banyak pria yang tertarik melihat Intan karena banyaknya susuk yang terpasang.Intan dan Linggar kini sedang berada di rest

  • CALON TUMBAL   BAB 120

    Selena dan Linggar sedang duduk di dalam mobil, Selena masih memikirkan apa yang dilihatnya di alam astral dan yang terjadi di dunia nyata berbeda tapi berujung sama. Kini harapan mereka yang bisa menolong Intan sudah tidak ada, lalu apa Intan bisa ditolong?Sebelumnya, ibu-ibu yang mereka temui itu memberitahu kematian nenek Darsih yang tidak normal juga.(Kisah Balik Bermula)"Kami di kampung ini semua tahu nenek Darsih tuh siapa, dia ilmunya tinggi sampe banyak pelanggan yang dateng. Tapi seminggu lalu, nggak tau kenapa dia nggak pernah keluar dari rumah." Ujar ibu-ibu itu."Terus baru tiga hari lalu semua warga di sini curiga dengan rumah nenek Darsih yang baunya banget-bangetan, bau bangke! Semua orang pun akhirnya mendobrak masuk dan mereka menemukan jasadnya nenek Darsih yang udah busuk dibelatungin." Ujar ibu-ibu itu lagi."Inalillahi.." Selena bergumam."Nggak tau itu nenek meninggalnya dari kapan, ditemuinnya udah busuk dan belatungan. Baunya beeuuhh.. Naudzubillah!""Nggak

  • CALON TUMBAL   BAB 119

    Selena dan Linggar serta ibunya Intan sudah sampai di sebuah rumah yang tampak sangat asri, rumahnya juga tipikal rumah lama era 80 an dengan taman yang hijau dan pohon-pohon yang rindang."Ini bener rumahnya, Sel?" Tanya Linggar."Menurut maps sih iya, Jalan xx no 44." Sahut Selena."Bentar gue telpon dulu." Ujar Selena, dan ia menghubungi seseorang."Assalamu’alaikum, Om. Selena di depan rumah nomor 44 sesuai yang Om kasih." Ujar Selena."Oh, iya-iya Om." Sahut Selena.Tak lama ada seorang pria yang membuka kan pintu gerbang, dan mobil Linggar dipersilahkan masuk. Selena, Linggar dan ibunya Intan pun turun dari mobil."Non Selena, ya?" Tanyanya, dengan logat sunda."Iya pak, Om Hasannya ada?" Sahut Selena."Panggil mamang aja, Pak Hasan aya di dalam, silahkan masuk atuh." Ujar si bapak tadi."Oh, iya mang." Sahut Selena dengan senyumnya.Selena terkesima dengan rumah Hasan yang sangat adem, nyaman dan asri. Beda dengan rumah-rumah jaman sekarang yang modern tapi terlihat panas, ruma

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status