Gadis Tanpa Mata Batin

Gadis Tanpa Mata Batin

last updateLast Updated : 2025-05-29
By:  Sofia SaarahUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
34Chapters
283views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Seorang perempuan biasa, bukan dari kalangan ahli agama, namun keluarganya membesarkannya dengan penuh kehangatan dan cinta. Dirinya berasal dari keluarga sederhana yang pergi ke kota untuk bekerja. Karena keuangan yang terbatas Minama seorang perempuan berhijab terpaksa mencari kostan yang sesuai dengan budgetnya, sampai dia menemukan sebuah tempat tinggal kostan berlantai 2 yang menurutnya bagus, fasilitas yang memadai namun harganya sangat jauh di bawah rata-rata. Saat pertama kali penyerahan kunci kamar, dari sanalah semua cerita Mina di mulai..

View More

Chapter 1

1. Pindahan

Mina duduk bersandar di sofa ruang tamu, menatap ponsel di tangannya dengan ekspresi kosong. Udara siang itu panas, membuat kipas angin tua yang terus berputar di sudut ruangan terdengar seperti mesin lelah. Dari dapur, terdengar suara panci dan sendok yang beradu, pertanda ibunya sedang sibuk menyiapkan makan siang.

Di meja belajar kecil di pojok ruangan, Miranti, adiknya yang masih duduk di bangku kelas 2 SMA, sibuk mengerjakan tugas sekolah. Suaranya memecah keheningan. “Mbak, lamaran kerja hari ini gimana? Ada yang respons?”

Mina mendesah, jarinya mengusap layar ponsel untuk kesekian kalinya. “Belum ada. Email kosong, notifikasi pun nihil. Sepertinya HRD di luar sana udah muak lihat namaku.”

Miranti tertawa kecil. “Coba kasih nama baru. Mungkin kalau namanya keren kayak artis Korea, mereka langsung manggil.”

Mina mendelik, tapi sudut bibirnya tersenyum tipis. Candaan Miranti selalu berhasil membuatnya merasa lebih ringan. Hidup mereka sekeluarga memang sederhana, tapi bukan berarti mereka miskin kebahagiaan. Ayah dan ibu Mina selalu memastikan tidak ada satu pun anggota keluarga mereka yang merasa kekurangan, meskipun saldo rekening tak pernah tebal.

Namun, lima tahun setelah lulus kuliah, Mina mulai merasa seperti beban. Dia pernah bekerja serabutan sebagai admin toko online, guru les privat, bahkan sempat jadi sales asuransi. Tapi pekerjaan-pekerjaan itu hanya bertahan sebentar, seperti mimpi yang terputus di tengah malam. Terakhir dia bekerja sebagai customer service di sebuah klinik kencantikan, namun karena dia memutuskan untuk tidak memperpanjang kontraknya, iapun pulang kampung. 

Enam bulan sudah Mina menganggur, dirinya merasa menyesali keputusannya yang telah memilih untuk tidak melanjutkan kontraknya di perusahaan sebelumnya. Kedua orang tuanya memang tidak mempermasalahkan keadaan Mina sekarang, namun Mina merasa tahu diri saja, terlebih dia juga masih muda dan masih banyak keinginan dan cita-cita di benaknya yang ingin ia raih. Tabungan sudah mulai menipis dan ia harus segera mendapatkan pekerjaan jika tidak ingin jatuh miskin.

Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Sebuah notifikasi email masuk. Mina membukanya dengan cepat, dan matanya membulat membaca judulnya: "Selamat, Anda diterima di PT Tidur Enak Indonesia."

“Miranti! Lihat ini!” serunya, sambil berdiri dengan penuh semangat.

Miranti menghampiri dengan rasa penasaran, lalu membaca email itu dari balik bahu Mina. “Serius, Mbak? Akhirnya! Tapi, di mana kantornya?”

“Di Kota Bandung.” Suara Mina terdengar pelan saat ia melanjutkan. “Jadi, aku harus ngekos, soalnya ini lumayan jauh juga mana aku gak punya motor lagi”

Wajah Miranti mendadak berubah, begitu juga suasana di ruang tamu. Dari dapur, ibunya muncul sambil membawa sepiring tempe goreng. “Mina? Kamu di terima kerja Nak?” tanyanya dengan raut bangga bercampur cemas.

“Iya, Bu. Kayaknya ini kesempatan yang nggak boleh aku sia-siakan,” jawab Mina sambil berusaha tersenyum.

“Ya sudah, di ambil saja, jangan sampai kamu melewatkan kesempatan ini”

“Iya, Bu”

Keputusan untuk pindah dari rumah keluarga sederhana mereka adalah langkah besar. Mina tahu bahwa dengan pekerjaan ini, selain ia bisa kembali membantu kedua orang tuanya. Ia juga dapat menyambung kembali keuangannya yang sudah mulai menipis.

***

Setelah resmi menerima pekerjaan barunya, Mina sibuk mencari tempat kost melalui aplikasi pencari kost dan grup media sosial. Waktunya terbatas, dan ia ingin segera pindah agar tidak perlu bolak-balik rumah-kantor yang jaraknya cukup jauh. Di E-mail tertera bahwa ia bisa mulai bekerja pada hari senin besok, berarti tersisa 2 hari lagi saja waktunya untuk mencari tempat tinggal.

Di sela-sela pencariannya, Mina menghubungi sejumlah pemilik kost. Sebagian menawarkan harga yang membuatnya hampir menyerah. "Semua serba mahal," pikirnya sambil menatap layar ponsel.

Namun, di tengah guliran layar aplikasi, sebuah iklan dengan judul besar mencuri perhatiannya:

"Kost Putri. Fasilitas lengkap. Kamar mandi dalam. Harga terjangkau: Rp400.000 per bulan!"

Mina tidak bisa menahan rasa penasaran. Ia segera menghubungi nomor yang tertera. Pemilik kost, seorang wanita bernama Bu Diah, menjawab telepon dengan suara ramah.

"Iya, Nak Mina. Kamarnya masih ada. Fasilitasnya lengkap, sudah ada tempat tidur, lemari, kipas angin. Kamu tinggal bawa barang saja," kata Bu Diah dengan nada tenang.

"Kalau boleh tahu, kok harganya murah sekali, Bu? Biasanya kost dengan fasilitas begini bisa sampai sejuta," tanya Mina, sedikit ragu.

Bu Diah tertawa kecil, suara tawanya terdengar seperti bergema melalui telepon. "Ah, ini karena saya hanya tinggal sendiri dengan rumah yang cukup luas, supaya ramai terus aja kostannya, Nak, kalau  mahal-mahal nanti gak ada yang mau kost lagi. Rumah ini juga bukan di jalan besar, jadi saya sesuaikan harganya. Kalau kamu tertarik, kamu bisa langsung datang untuk lihat-lihat."

Tanpa pikir panjang, Mina setuju. “Baik Bu, besok saya lihat  tempatnya ya. Sebenarnya sekalian mau langsung pindah aja Bu, soalnya lusa saya mulai masuk kerja”

“Iya boleh Nak, langsung datang saja ya, nanti Ibu sharelocation di Whats Apps

“Baik Bu, terimakasih”

***

Keesokan harinya, suasana terasa sedikit mendung, seolah cuaca merasakan keheningan yang meliputi hati para penghuni warga di sekitar sana. Mina turun dari mobil sedan tua bersama kedua orang tuanya dan Miranti, membawa koper besar yang penuh dengan barang-barang keperluannya selama tinggal di kostan. Namun, ketenangan yang mereka rasakan seketika berubah menjadi kecanggungan saat sebuah rombongan pengantar jenazah melewati mereka. Beberapa orang terlihat membawa keranda, berjalan dengan langkah perlahan, sementara anggota keluarga jenazah menahan tangis.

Pak Nurdin menghentikan langkahnya, mengamati rombongan tersebut dengan alis berkerut. "Kenapa bisa ada rombongan jenazah lewat sini?" gumamnya pelan, lebih kepada dirinya sendiri. Perasaan ganjil muncul di hatinya, membuatnya merasa tidak nyaman.

“Yah, kayanya kita sepemikiran deh. Coba Ayah tanya dulu sama salah satu dari mereka” bujuk Bu Nita sambil melirik Pak Nurdin.

“Iya, Bu” jawab Pak Nurdin sambil berjalan mendekati salah satu pria tua yang ada di rombongan tersebut.

"Permisi, Pak," sapa Pak Nurdin sopan. "Kalau boleh tahu, jenazah ini akan dimakamkan di mana ya? Saya lihat rombongan masuk gang di samping kostan itu."

Pria tua tersebut menghentikan langkahnya, menatap Pak Nurdin dengan pandangan sabar. “Oh, pemakaman umum daerah ini memang ada di belakang kostan itu, Pak,” jawabnya singkat sebelum bergegas kembali mengikuti rombongan.

Pak Nurdin tertegun. Ia menoleh ke arah Bu Nita dan Miranti, mencoba menilai reaksi mereka. Bu Nita tampak cemas, sementara Miranti hanya diam sambil melirik ke arah Mina, yang terlihat bingung.

"Belakang kostan ini ada kuburan, Yah? Yang mau di tempati Mina" tanya Bu Nita lirih, nadanya penuh kekhawatiran.

Pak Nurdin mengangguk kecil. "Iya, sepertinya begitu. Tapi... kuburan kan nggak selalu masalah. Lagipula, kalau Mina nggak merasa terganggu, ya mungkin nggak apa-apa." Namun suaranya terdengar kurang yakin, seolah dirinya sendiri belum sepenuhnya menerima fakta itu.

Mina mendekati mereka dengan raut wajah datar. “Ada apa, Ayah, Ibu? Memangnya kenapa kalau ada kuburan di belakang kostan? Aku nggak masalah, kok,” katanya mencoba menguatkan kedua orang tuanya, meskipun sebenarnya ada sedikit rasa takut yang menyelinap di hatinya.

Namun, saat mereka hendak masuk ke dalam kostan untuk menemui pemiliknya, Bu  Diah, Miranti tiba-tiba menghentikan langkahnya. "Mbak, tunggu," katanya dengan nada serius. "Tadi aku lihat ada sesuatu di ujung gang itu..."

Semua mata menatap Miranti dengan bingung. "Apa maksudmu, Ran?" tanya Mina.

Miranti menelan ludah, lalu berbisik, “Ada seseorang... atau sesuatu. Aku nggak yakin. Tapi dia berdiri diam di sana, dan sekarang nggak ada lagi.”

Pak Nurdin langsung menoleh ke arah gang, tapi yang terlihat hanya jalan sempit dengan tembok-tembok rumah tua. Tak ada siapa pun.

"Ah, mungkin cuma perasaanmu saja, Ran," kata Pak Nurdin mencoba menenangkan. Tapi di dalam hati, ia mulai bertanya-tanya, apakah mereka telah membuat keputusan yang tepat dengan membiarkan Mina tinggal di tempat ini.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
34 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status