Accueil / Urban / CALON TUNANGAN (PALSU) / CURHATAN BOS CEREWET

Share

CURHATAN BOS CEREWET

Auteur: YUNA IZMAYA
last update Dernière mise à jour: 2022-12-14 11:41:24

Beres menyelesaikan semua urusan terkait masalah survey lokasi, Aydan akhirnya mengajak Azzura untuk bersiap-siap pulang, kembali ke Jakarta.

"Ra, sekitar lima belas menitan lagi kita pulang ya, kamu siap-siap aja duluan, takutnya ada barang-barang kantor yang ketinggalan," titah Aydan pada Azzura.

"Hmm, bukannya, Bapak yang sering ketinggalan barang? Saya sih nggak bawa apa-apa. Malah Bapak tadi yang turun sambil bawa banyak barang-barang, udah sana Bapak beresin urusan sama klien, biar saya yang ngecek ulang, takutnya malah barang punya Bapak yang ketinggalan."

Azzura memang benar. Aydan memang terkadang ceroboh dan pelupa. Ia sering sekali meninggalkan barang miliknya tanpa sengaja. Dan hal itu yang sering membuat Azzura jadi korbannya.

Seiring waktu Azzura jadi hafal sifat bosnya itu, hingga ia sudah siap jika diminta mengambil barang milik Aydan yang tertinggal.

"Ya udah sana, kalo gitu tolong kamu aja deh yang cek ulang, ya. Saya mau ngobrol sebentar sebelum pamitan sama yang jaga lokasinya." Aydan melambaikan tangan ke arah Azzura, menyuruhnya untuk menuju ke arah kantor pemasaran yang terletak di bagian ujung lokasi yang baru saja beres disurvey.

Azzura kemudian bergegas berjalan ke arah kantor pemasaran, tempat Aydan meletakkan barang-barang yang tadi diturunkan dari dalam mobil.

Setelah beberapa saat sibuk mengecek, terdengar sebuah dering ponsel. Suara deringan nya membuat Azzura celingukan. Ia berusaha mencari arah sumber suara. Sepertinya dia hafal dengan nada dering norak yang sering melantun dari ponsel ketika bosnya menerima panggilan masuk dari kekasihnya.

Sebaris nama yang sudah sering Azzura dengar dari curhat sang bos muncul berpendar pendar di layar telepon seluler milik Aydan yang sedang dia pegang. Azzura segera berlari keluar mencari sosok bosnya.

"Pak ... Pak, ini .. cepetan, ada telepon." Aydan mengernyit menatap Azzura yang sedikit terengah-engah. Sambil menyodorkan telepon seluler yang kini sudah tidak berdering, ia mengambil napas dalam-dalam.

"Wah? Kenapa telepon nya bisa ada di kamu, ya?" Ucapnya sambil meraba saku jaketnya. Aydan lalu buru-buru meraih telepon miliknya dari tangan Azzura.

"Ketinggalan! Tahu nggak, Pak! Makanya jangan teledor ... cepat ditelpon balik ya, Pak, sepertinya penting. Soalnya sudah daritadi berdering berulang-ulang." Azzura memberi saran pada Aydan.

"Iya ... iya tahu ... ini juga saya mau telepon balik. Udah sana, kamu siap-siap aja buat pulang." Aydan memberi instruksi dengan gerakan setengah mengusir Azzura.

Membuat gadis itu berlalu sambil berdecak sebal.

"Yeee, bukannya terima kasih, malah ngusir. Awas aja, aku doain kalian berdua putus! Hmm, biar deh, tahu rasa Pak Aydan!" Azzura mengomel.

Setelah beres mengecek semuanya dan memastikan tidak ada barang yang tertinggal, Azzura langsung menunggu Aydan di dekat mobil. Semua barang bawaan sudah dia rapikan dan letakkan kembali ke dalam bagasi mobil milik Aydan.

Sebenarnya Azzura bisa saja naik lebih dulu, tapi dia juga tahu diri. Jadi lebih baik ia menunggu Aydan yang naik lebih dulu.

Tak berapa lama. sosok Aydan nampak berjalan menghampiri Azzura. "Gimana? Udah beres kan? Udah di cek semua? Nggak ada yang ketinggalan lagi di lokasi?" Aydan bertanya tanpa jeda.

Azzura menggeleng dengan cepat, "udah nggak ada Pak, tenang saja. Saya sudah cek ke semua tempat sampai dua kali cek ricek. Saya juga udah pakai mata batin saya untuk menerawang, apa kira-kira ada barang yang menghilang secara ghaib ..."

Aydan meringis, menggeleng-geleng melihat kelakuan absurd asisten pribadinya itu, nggak heran dengan sifat nggak jelas Azzura.

"Ya udah, ayo kita balik sekarang. Nanti kita cari makan siang dulu sebelum lanjut jalan pulang ke Jakarta, gimana?" tanya Aydan. Tangannya meraih kunci dari balik saku lalu segera menyalakan mobil.

"Bebas aja, Pak. Saya sih gimana yang bayarnya aja ..." jawab Azzura dengan wajah polos seolah tanpa dosa membuat Aydan menoleh sekilas lalu terkekeh.

Sambil mengendarai pelan mobilnya, Aydan yang awalnya hanya fokus menyetir tiba-tiba bicara. "Ra ... kayaknya dalam beberapa minggu ke depan saya harus pulang ke kampung halaman saya deh," Aydan menoleh dan memastikan Azzura sedang mendengarnya berbicara.

Benar dugaan Aydan, ternyata Azzura sedang tidak fokus.

Azzura yang sedang asyik mendengarkan playlist musik di telepon selulernya, buru-buru menekan tombol pause. "Ehm, gimana Pak? Minggu depan Bapak mau undangan? Undangan di mana?"

Aydan memutar bola matanya. "Siapa yang mau undangan,Ra? Saya mau pulang ke kampung halaman! Bukan mau undangan, makanya kalo denger lagu tuh jangan kenceng-kenceng, Ra! Bisa rusak lho kuping kamu."

"Ooh, pulang kampung. Memangnya kampung halaman Pak Aydan di mana?"

"Ra ... kamu tuh udah kerja sama saya berapa lama sih?" Aydan menghela nafasnya sambil tetap fokus mengarahkan kemudi menyusuri aspal jalan yang terbentang lurus membosankan.

"Lho? Apa hubungannya berapa lama saya kerja sama kampung halaman Pak Aydan?" Azzura menatap bosnya bingung.

"Gini .... gini Ra, maksud saya, kamu kan asisten pribadi saya kan, masak iya kamu nggak tahu hal mendasar seperti kampung halaman saya. Mestinya kamu harus tahu juga hal sepele kayak begitu."

"Gini ya Pak Aydan, saya tuh, asisten pribadi Bapak, yang ngurusin soal kerjaan dan hal-hal terkait masalah kantor dan kerjaan punya Bapak. Kalau soal kampung halaman, itu kan nggak masuk job desk lho ..."

Aydan kembali menghela napasnya, cuma Azzura yang bisa membuatnya menghela nafas berulang kali. "Iya deh iya, kamu bener. Masalah kampung halaman saya nggak masuk job desk kamu."

Azzura terkikik melihat Aydan yang nampak kesal,"Pak ... ngambek ya? Maaf deh maaf, saya cuma bercanda kok. Saya tahu kok, kampung halaman Pak Aydan. Kan beberapa teman-teman di kantor sering gosipin soal Bapak ... lagipula saya kan udah mau dua tahun kerja sama Bapak. Jangankan kampung halaman Pak Aydan ... nomer sepatu Bapak aja saya hafal."

Aydan berdecak, "haish! Kamu ini! Saya kira kamu beneran nggak tahu"

"... eh iya, itu gosip? Gosip apa Ra?" Imbuh Aydan dengan nada suara terdengar penasaran.

"Hmm. Mau tahu aja ... Penasaran apa penasaran banget Pak ..." Azzura berniat kembali mengisengi bosnya.

"Ra ... Yang serius deh, gosipnya apa?" Aydan bertanya setengah memaksa.

"Ehm, dari yang saya sering dengar. Katanya Bapak itu ... ini katanya lho ya, bukan kata saya,"

"Iya iya, saya paham ... udah apa? Apa katanya?" Aydan kembali menoleh ke arah Azzura.

"Itu ... Katanya Bapak nggak berani pulang ke kampung halaman, soalnya takut ditagih ..."

"Ditagih? Ditagih apaan, Ra?" Aydan terdengar sangat tak sabar dan penasaran dengan kalimat Azzura yang menggantung.

Azzura tertawa kecil,semakin senang melihat reaksi bos bawelnya itu. Ia semakin bersemangat membuat bosnya itu berpikir keras.

♥️♥️♥️

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • CALON TUNANGAN (PALSU)   TIDAK SENGAJA

    Telepon seluler milik Aydan terus menerus berdering. Azzura, yang sedang tertidur dengan cemas berinisiatif untuk mengambil telepon itu.Dering telepon itu mau tak mau membangunkan Azzura. Dia terbangun Setelah beberapa saat. Sepertinya Aydan juga sudah tertidur. Diliriknya jam yang melingkar di tangannya. Hampir pukul setengah tiga pagi.Telepon seluler milik Aydan kembali berbunyi.Apa itu bunyi alarm pengingat waktu, ya? Azzura terlihat ragu. Bunyi dering dari telepon seluler Aydan terus terdengar. Azzura takut jika suara itu mengganggu tidur bossnya dan membuat nya terbangun dari tidur.Ragu-ragu Azzura berjalan menuju ke arah telepon seluler yang sedang diisi daya di atas meja di sebelah ranjang Aydan.Azzura mengulurkan tangannya nya hendak mencoba untuk mematikan bunyi alarm. Ternyata dugaannya keliru. Itu bukan bunyi alarm pengingat, tapi panggilan video masuk dari Mama Aydan! Azzura terlihat panik. Dan yang lebih gawatnya lagi, Azzura tidak sengaja menekan tombol jawab!"Hall

  • CALON TUNANGAN (PALSU)    GELISAH

    Aydan sudah menghabiskan bubur yang dibuat oleh Azzura. Awalnya Aydan agak sangsi untuk mencicip bubur di hadapannya itu, sepertinya dia sedikit tidak yakin kalau bubur buatan Azzura benar-benar aman untuk dikonsumsi."Ehm, ini beneran kamu yang bikin, Ra?" Aydan menatap mangkuk buburnya yang sudah kosong di atas meja. Ternyata bubur itu rasanya cukup enak.Azzura mengernyit, "maksudnya apa ya, Pak? Apa Pak Aydan pikir saya nggak bisa masak, ya? Jangan salah ya, Pak, masak itu salah satu passion saya, lho." Azzura mencebik.Aydan terbatuk-batuk, "yaa, itu ... saya minta maaf deh ... saya kira kamu itu bukan tipe cewek yang suka berurusan dengan dapur.""Memangnya tipe saya, tipe cewek yang bagaimana, Pak?"Aydan terkekeh, "sejauh saya perhatikan, kamu ini tipe yang suka-suka dan semau gue. Cuek banget dengan urusan penampilan. Jadi ... wajar kan, kalau saya mengira kamu nggak mungkin punya hobi masak.""Dih, nggak nyambung." Azzura mencebik sambil menatap wajah Aydan yang masih terlih

  • CALON TUNANGAN (PALSU)   TERPAKSA MENGINAP

    Setelah berhasil mendapatkan izin untuk menggunakan dapur. Azzura segera bergegas untuk membuat makanan untuk bosnya yang sedang sakit.Azzura berjalan ke dapur milik Aydan. Setelah memeriksa isi kulkas dan memastikan bahan untuk membuat bubur tersedia. Azzura lalu Membuat Bubur yang Lembut. Supaya bosnya itu bisa makan dengan mudah.Untung saja, Azzura sudah sering membantu (baca, terpaksa membantu) mamanya masak, jadi dia tidak perlu khawatir, kalau hanya sekadar untuk memasak bubur saja.Aydan duduk bersandar di atas kasur dengan ponsel di tangan. Sepertinya sedang menunggu panggilan dari seseorang."Hari ini semestinya jadwal saya meeting di Bandung, Ra. Dan, mestinya ... malam ini harusnya saya berada di sana untuk menghadiri konferensi bisnis penting, ""Namanya juga sakit, masa iya mau memaksakan diri." Ucap Azzura sambil meletakkan mangkuk bubur di atas meja kecil yang ada di sebelah ranjang. "Pak Aydan pasti belum makan! Tadi siang saya sudah ingatkan bapak untuk makan sandw

  • CALON TUNANGAN (PALSU)   PAK AYDAN KENAPA?

    Azzura terdiam sesaat begitu panggilan telepon dari Aydan terputus. Dia sibuk berdebat dengan pikirannya sendiri. Antara menuruti rasa penasaran dirinya sendiri atau menolak permintaan tolong Aydan, yang nampaknya terdengar benar-benar seperti sedang kesakitan.Malam-malam begini, menyuruh datang ke apartemen saja sudah membuat dirinya ketar ketir. Apalagi ditambah disuruh langsung ke kamar mandi! Azzura menghentakkan kakinya. Setelah sekitar lima menit, berdebat dan berargumen seorang diri. Ia akhirnya memutuskan nekat, memberanikan diri untuk mencari Aydan, yang nampaknya ada di dalam kamar mandi.Dengan langkah kaki yang setengah takut-takut, Azzura mulai mencari sosok Aydan.What the! Azzura baru sadar, jika ruang di dalam unit penthouse milik Aydan ini ada banyak! Yang mana menyebabkan pintu di dalamnya juga ada banyak!Pintu pertama yang dia buka ternyata bukan pintu kamar mandi, tapi sebuah ruang tidur berukuran sedang. Tampak rapi, sepertinya belum terpakai. Azzura yakin, itu

  • CALON TUNANGAN (PALSU)   APARTEMEN AYDAN

    "Kenapa Ra?" Donita mengernyit menatap Azzura yang terlihat gusar."Gue disuruh ke tempat Pak Aydan sekarang, Ta.""Mau ngapain dia?""Ya ... Mana gue tahu?" Azzura mengendikkan bahunya. Dia sendiri memang benar benar tidak tahu, kenapa juga Aydan mesti menyuruh dia datang ke apartemen, lebih tepatnya, penthouse-nya malam malam begini. "Paling juga mau bahas soal mamanya yang nelpon dia terus-terusan."Donita cuma bisa setuju dengan pendapat Azzura. "Ya udah, kita cabut aja sekarang. Urusan rahasia-rahasia an yang barusan elo cerita. Janji, nggak bakal bocor kemana mana!" Donita kembali menyakinkan Azzura."Thank ya Ta, udah mau nemenin gue dan dengerin semua cerita soal Pak Aydan.""Hmm, itu gunanya elo punya sahabat Ra."Kedua sahabat itu berpisah di tempat parkir. Mobil mereka berdua diparkir bersebelahan. Setelah keduanya naik ke dalam mobil. Mereka saling membunyikan klakson untuk berpamitan. Donita melaju ke arah yang berlawanan dengan mobil yang dikendarai oleh Azzura.Azzura m

  • CALON TUNANGAN (PALSU)   INI RAHASIA

    "Ini rahasia ya Ta, Lo jangan sampai ngebocorin ke siapapun!""Iya, iya Ra. Kan tadi udah janji ke elo, gue nggak akan jadi mulut ember. Tenang aja deh, Ra." Donita mengangkat dua jari tangannya, kembali berjanji. Dia memastikan bahwa semua yang sudah diceritakan oleh Azzura tidak akan bocor."Jadi ... kurang lebih seperti itu masalah besar yang sekarang ini sedang gue adepin Ta." Azzura menghela napasnya sesaat."Ck, sumpah Ra. Gue nggak nyangka bakal jadi kayak begini. Seandainya aja, waktu itu bukan elo yang nganter cincin lamaran Pak Aydan yang ketinggalan. Pasti sekarang nggak bakalan kayak begini nasib Lo."Donita ikut ikutan menghela napasnya. "kalo menurut gue nih ... kayaknya sih nggak ada masalah kalau pura-pura, kan cuma sementara, tapi justru masalah utamanya itu, kasihan nyokap sama bokap Lo, Ra ..."Benar yang dibilang Donita, justru saat ini malah masalah utamanya adalah bagaimana cara untuk menjelaskan bahwa semua ini hanya sebuah sandiwara.Rasanya pikiran Azzura sepe

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status