Pagi ini Mahardika mengajak Arsyila untuk pergi ke toko perhiasan. Dia ingin membelikan cincin pertunangan untuk Arsyila, bahkan Mahardika memilih tempat yang paling bagus di kotanya."Mas, kenapa musti bawa aku ke tempat semewah ini? Bukannya untuk beli cincin tak perlu di tempat seperti ini? Bahkan aku merasa sangat minder," kata Arsyila yang melihat orang yang berada di sana golongan orang kaya."Karena kamu pantas di bawa ke tempat ini," jawab Mahardika dengan mudahnya. Jika di bilang Mahardika sedang berbahagia karena kisah cintanya yang unik ini akan segera dia sahkan."Pantas bagaimana? Bahkan penampilan aku saja seperti ini. Lihatlah mereka menatapku dengan ragu," ucap Arsyila sembari melihat orang di sekitarnya yang menatapnya dengan aneh."Penampilan kamu sangat cantik kok, mereka melihatmu karena merasa kagum," jawab Mahardika masa bodoh dengan pandangan orang.Mahardika menuntun Arsyila untuk menuju ke bagian diamond yang akan menjadi cincin kawin untuk Arsyila.Sejenak Ar
Mahardika melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dia mengikuti arahan Arsyila agar mau menepi di sebuah pasar traditional. "Kamu mau ngapain, Sayang?" tanya Mahardika yang merasa bingung dengan Arsyila yang tiba-tiba keluar dari mobil Mahardika."Tunggu sebentar!" Jawab Arsyila sembari berlalu meninggalkan Mahardika. Mahardika hanya bisa cemas karena dia tidak tahu apa maksud dari Arsyila.Sebuah notif pesan masuk ke dalam HP milik Mahardika, dengan segera dia membukanya.["Mas, jalan dulu saja, aku akan buat janji sama Gempita,"] pesan dari Arsyila yang membuat Mahardika paham maksud dari kekasihnya itu.["Baik, nanti kabari lagi,"] jawab Mahardika tak mau bertele-tele.Mahardika memilih melajukan mobilnya dan meninggalkan pasar traditional.Di sisi lain, Gempita merasa geram karena mendapatkan telepon dari Putri Atmadja tak lain Arsyila, jika dia minta untuk bertemu.'Kurang ajar, gara-gara si Putri aku jadi kehilangan jejak mobil Dika,' monolog Gempita merasa geram.'Sepertiny
"Sayang, kamu tidak apa-apa?" tanya Mahardika saat bertemu dengan Arsyila. Mahardika memeluk Arsyila sangat erat. Dia sangat merasa khawatir dengan Arsyila."Aku baik-baik saja," jawab Arsyila yang langsung melerai pelukannya."Ma-af, aku tidak sengaja." Mahardika tahu jika Arsyila tidak suka di peluk sebelum mereka sah menjadi suami istri. Arsyila hanya tersenyum dan mengangguk.Arsyila menata rambut Mahardika yang berantakan dan sedikit tebal."Besok harus potong rambut," ucap Arsyila begitu perhatian dengan Mahardika. Mahardika sendiri merasa senang dengan sikap Arsyila yang demikian."Iya, temani mas, ya?" kata Mahardika lembut. Dia sendiri semakin merasa hidupnya bewarna karena cinta yang tumbuh di hatinya."Tentu, aku kan asisten pribadi kamu," jawab Arsyila sembari berlalu melangkah menuju sofa panjang sembari mengambil cup kopi yang telah dia pesan sebelumnya.Mahardika ikut duduk di samping Arsyila. Arsyila merasa risi saat Mahardika memperhatikan cara dia minum."Ada apa, ma
Amira hanya mengikuti kemana Fahri pergi. Dia sendiri hanya merasa nyaman jika bersama dengan Fahri."Kita di sini dulu," ucap Fahri sembari mengarahkan Amira di sebuah sofa yang duduknya tak jauh dari Arsyila dan Mahardika.Fahri nampak perhatian dengan Amira, bahkan dia tak segan untuk mengambilkan minuman dan makanan."Mau minum apa?" tanya Fahri kepada Amira. Amira terlihat terkejut dengan perlakuan Fahri."Tidak usah, Kak. Nanti biar ambil sendiri," jawab Amira tidak enak hati."Sekalian kakak ambil buat yang lainnya juga kok," kata Fahri tahu jika Amira tidak enak hati."Kalau begitu aku ikut." Amira berdiri dan mengikuti langkah Fahri. Fahri sendiri tersenyum karena Amira tetap memiliki sikap baik, walaupun masih banyak sikap buruknya.Bahkan Fahri berpikir jika tugasnya akan semakin besar jika Amira akan menjadi istrinya.Walaupun semua belum di resmikan, tetapi Fahri sudah tahu jika dirinya di jodohkan dengan Amira.Fahri merupakan anak yang berbakti. Dia hanya ingin menuruti
Hari ini merupakan hari yang sangat bersejarah bagi Arsyila dan Mahardika.Hari dimana mereka telah sah menjadi pasangan suami istri. Mahardika terlihat gagah dengan baju hem panjang yang di baluti dengan jas hitam dengan dasi di lehernya. Hiasan bunga pada saku jas semakin membuat elegan penampilan Mahardika.Mahardika nampak grogi dengan perasaannya yang entah dia susah mengartikannya.Amira mendekati Mahardika, dia melihat ke arah Mahardika dengan mata yang berkaca-kaca."Kakak," ucap Amira yang langsung memeluk Mahardika. Dia menangis merasa terharu melihat Mahardika akan mengakhiri masa lajangnya."Kenapa menangis?" tanya Mahardika sembari melerai pelukannya. Sejahat apapun Mahardika terhadap Amira, separah apapun kelakuan Amira yang telah dia lakukan. Mahardika tetaplah sayang sama saudara kandung satu-satunya."Kakak akan menikah, tentu Amira tidak akan berani lagi manja sama kakak," ucap Amira membuat hati Mahardika tersentuh.Mahardika kembali memeluk sang adek dan mengelus
Mahardika dan Arsyila terlihat saling berpegangan tangan terlihat begitu mesrah.Tak lupa mereka saling tersenyum bahagia, begitupun dengan keluarga mereka.Sejenak Amira menghilangkan rasa egois dan bencinya terhadap Arsyila.'Baru kali ini aku melihat kak Dika sebahagia ini,' batin Amira tak hentinya tersenyum bahagia."Apakah kamu bahagia melihat mereka menikah?" tanya Fahri yang saat ini berada di samping Amira. Amira melihat ke arah Fahri."Aku bahagia karena kak Dika bahagia," jawab Amira jujur."Dan kamu sekarang tahu bukan siapa kebahagiaan seorang Mahardika?" tanya Fahri ingin mendengar pendapat dari Amira. Fahri tentu tahu jika Amira sejak awal tidak suka dengan Amira."Iya, Arsyila kebahagiaan kak Dika," jawab Amira terlihat sungkan walaupun dia mengakui itu."Yakinlah, Arsyila orang yang baik. Dia tentu akan menjadi kakak ipar yang baik untukmu, walaupun dia lebih muda dari kamu." Entah kenapa Amira merasa tersentuh hatinya mendengar penuturan dari Fahri."Iya, aku akan me
"Apakah Kak Dika tetap akan bekerja? Mengingat nanti ada pertemuan dengan rekan bisnis dari luar negeri?" tanya Fahri yang sudah memanggil Mahardika dengan sebutan 'kak'."Tentu aku akan berangkat, ini rekan bisnis kita sejak lama dan tidak boleh di sia-siakan," jawab Mahardika tegas."Apa tidak sebaiknya kak Dika cuti dulu, tentu capek dan kalian butuh momen berdua," kata Fahri yang tidak habis pikir dengan Mahardika yang semangat dan keseriusan dalam berbisnis tidak perlu di ragukan."Aku akan mengajak dia juga, jadi jangan khawatir," jawab Mahardika dengan wajah dinginnya."Biar ayah yang menemui mereka, sekalian ayah mau mengajak paman Anton untuk bertemu mereka," ucap Handoko yang mengagetkan Mahardika dan Fahri."Serius? Ayah enggak keberatan? Dan Paman apa tidak capek?" tanya Mahardika karena pamannya baru datang pagi dan belum sempat istirahat."Tenang saja anak muda, paman akan baik-baik saja dan rasanya itu akan lebih mengasikkan," kata Anton yang akhirnya di setujui oleh Ma
"Mmuuah, makasih sayang sudah memberikan untukku," bisik Mahardika dengan mencium pipi putih Arsyila. Arsyila masih nampak ngantuk karena begadang semalaman."Hmmm, ngantuk, Mas," ucap Arsyila nampak manja, dia bahkan menarik Mahardika untuk dia peluk."Hmmm, sekarang manja, ya?" Mahardika membalas dengan pelukan. Dia sendiri jadi malam untuk bangun. 'Untung di beri cuti 1 minggu sama ayah,' gumam Mahardika yang masih bisa di dengar oleh Arsyila. Arsyila membuka matanya, lalu melihat ke arah suaminya."Kita di beri cuti 1 minggu, mas? Lama banget," protes Arsyila membuat Mahardika mengernyitkan keningnya merasa bingung."Apakah kamu tidak suka?" tanya Mahardika heran."Bukannya tidak suka, tapi rasanya bahaya untuk kita." Mahardika merasa bingung."Kenapa bisa begitu?" Arsyila menarik napasnya dengan panjang mendengar pertanyaan dari suaminya."Apakah kita akan selalu melakukan seperti semalam?" Arsyila terlihat meringis mengucapkannya. Mendengar itu, Mahardika tersenyum gemas."Tent