Mahardika, seorang CEO sangat mencintai Arsyila yang statusnya sebagai office girl di perusahaannya. Mahardika selalu menerima penolakan dari Arsyila karena status mereka yang berbeda. Menjadi seorang istri CEO tidaklah membuat Arsyila merasa bangga, bahkan mereka merahasiakan pernikahan mereka hingga sebuah gosip miring akan hubungan mereka tersebar. Mampukah Arsyila mengakui dirinya sebagai istri dari seorang CEO?
Lihat lebih banyakPagi harinya, Fahri lebih dahulu bangun.Fahri tersenyum saat melihat Amira tidur pulas dengan membawa kaos oblong miliknya yang terlihat kebesaran pada tubuh Amira."Hmmm," ucap Amira sembari menggerakkan tubuhnya hampir mengenai Fahri yang saat ini duduk di samping Amira yang berniat untuk membangunkannya."Mas," ucap Amira bersamaan dirinya mengucek mata agar lebih mudah melihat Fahri. Fahri terlihat hanya tersenyum.Tiba-tiba Amira memeluk Fahri begitu erat, entah apa yang Amira pikirkan sehingga Amira terlihat ketakutan."Kita sudah jadian kan mas?" tanya Amira seolah memastikan dengan apa yang telah terjadi semalam.Fahri membalas pelukan dari Amira, lalu melerai pelukannya dan membingkai wajah Amira serta merapikan rambut Amira yang berantakan."Iya, kita sudah jadian." Amira meneteskan air matanya saking terharunya. Dirinya merasa perjuangannya selama ini tidak sia-sia."Mas," ucap Amira lagi dan memeluk Fahri lagi. Fahri kini membalas pelukan Amira karena merasa jika Amira ga
"Ini tidak boleh di biarkan, aku harus video call Fahri untuk memastikan jika mereka tidak sedang berbuat yang tidak benar," ucap Mahardika membuat Arsyila takut."Maksud aku bukan begitu, Mas. Maksud aku Amira tentunya akan di jaga oleh kak Fahri. Tahu sendiri bukan jika kak Fahri orang yang sangat bertanggung jawab dan tertib," kata Arsyila sembari menarik tangan Mahardika agar tidak menghubungi Fahri."Tapi, tetap saja aku tidak tenang." Mahardika segera menghubungi Fahri.Namun, sudah berkali-kali menghubungi Fahri, dia tak kunjung menjawab panggilannya."Mas, ini masih jam dua malam, tentu mereka masih nyenyak dalam tidurnya," kata Arsyila mencari alasan yang masuk akal agar suaminya bisa mengerti.Mahardika nampak mengacak rambutnya asal. Dia bingung sendiri. Ingin pulang juga tidak mungkin karena jarak villa dengan kota mereka cukup jauh, belum kagi ini momen honey moon untuk mereka."Tenanglah, percayalah pada kak Fahri," Arsyila mendekati suaminya, lalu mengelus dada Mahardik
“Amira apa yang kamu lakukan?” gertak Fahri yang menemukan Amira dalam pengaruh alkohol bersama dengan beberapa teman cewek lainnya.“Sayang, kamu datang? Ayo kemarilah bergabung dengan kita,” ucap Amira separo dalam kesadarannya.“Ayo kita pulang,” ucap Fahri sangat marah. Inilah yang menjadi tugas beratnya dalam menghadapi Amira, bahkan setahu Fahri Amira tidak pernah minum alkohol sebelumnya.“Cowok kamu ganteng sekali, Mir, boleh enggak buat aku?” ucap salah satu teman Amira membuat Amira sedikit sadar.“Apa kamu bilang? Dia hanya milikku, aku sangat mencintainya,bahkan aku rela berjuang untuk mendapatkannya,” ucap Amira marah, bahkan Amira telah menggandeng tangan Fahri dengan agresif.“Santai cantik, bercanda saja,” ucap teman Amira tak ingin Amira marah.Fahri tak berkata lagi. Dia segera menggendong Amira untuk segera dia bawa pulang.Amira terlihat memukul-mukul punggung belakang Fahri karena memberontak, tetapi fahri tak menghiraukannya.Fahri segera membawa masuk Amira ke d
Mahardika mengajak Arsyila ke Villa milik keluarganya. Arsyila nampak menikmati pemandangan selama perjalanan. Kali ini Mahardika sengaja tidak membawa supir, dia hanya ingin menghabiskan waktu berdua bersama Arsyila.Arsyila membuka jendela mobilnya, dia melihat pemandangan yang nampak hijau dengan di kelilingi tumbuhan teh dan ada beberapa orang yang memetik teh di sana.Arsyila sendiri terlihat tersenyum kagum dengan pemandangannya.“Apakah kamu suka, Sayang?” tanya Mahardika begitu antusias“Sangat suka sekali, Mas,” jawab Arsyila sangat bahagia.Arsyila menyandarkan kepalanya pada pundak Mahardika membuat Mahardika memperlambat laju kendaraan mobilnya.“Makasih, Mas,” kata Arsyila sembari mengecup singkat pipi kiri Mahardika.“Yang kanan belum, Sayang,” ucap Mahardika penuh canda.“Nanti saja saat di Villa kita lanjut.” Dengan beraninya Arsyila berkata demikian. Mahardika tertawa merasa gemas dengan ucapan dari Arsyila.“Sekarang sudah berani, ya?” Arsyila dengan segera membungka
"Mmuuah, makasih sayang sudah memberikan untukku," bisik Mahardika dengan mencium pipi putih Arsyila. Arsyila masih nampak ngantuk karena begadang semalaman."Hmmm, ngantuk, Mas," ucap Arsyila nampak manja, dia bahkan menarik Mahardika untuk dia peluk."Hmmm, sekarang manja, ya?" Mahardika membalas dengan pelukan. Dia sendiri jadi malam untuk bangun. 'Untung di beri cuti 1 minggu sama ayah,' gumam Mahardika yang masih bisa di dengar oleh Arsyila. Arsyila membuka matanya, lalu melihat ke arah suaminya."Kita di beri cuti 1 minggu, mas? Lama banget," protes Arsyila membuat Mahardika mengernyitkan keningnya merasa bingung."Apakah kamu tidak suka?" tanya Mahardika heran."Bukannya tidak suka, tapi rasanya bahaya untuk kita." Mahardika merasa bingung."Kenapa bisa begitu?" Arsyila menarik napasnya dengan panjang mendengar pertanyaan dari suaminya."Apakah kita akan selalu melakukan seperti semalam?" Arsyila terlihat meringis mengucapkannya. Mendengar itu, Mahardika tersenyum gemas."Tent
"Apakah Kak Dika tetap akan bekerja? Mengingat nanti ada pertemuan dengan rekan bisnis dari luar negeri?" tanya Fahri yang sudah memanggil Mahardika dengan sebutan 'kak'."Tentu aku akan berangkat, ini rekan bisnis kita sejak lama dan tidak boleh di sia-siakan," jawab Mahardika tegas."Apa tidak sebaiknya kak Dika cuti dulu, tentu capek dan kalian butuh momen berdua," kata Fahri yang tidak habis pikir dengan Mahardika yang semangat dan keseriusan dalam berbisnis tidak perlu di ragukan."Aku akan mengajak dia juga, jadi jangan khawatir," jawab Mahardika dengan wajah dinginnya."Biar ayah yang menemui mereka, sekalian ayah mau mengajak paman Anton untuk bertemu mereka," ucap Handoko yang mengagetkan Mahardika dan Fahri."Serius? Ayah enggak keberatan? Dan Paman apa tidak capek?" tanya Mahardika karena pamannya baru datang pagi dan belum sempat istirahat."Tenang saja anak muda, paman akan baik-baik saja dan rasanya itu akan lebih mengasikkan," kata Anton yang akhirnya di setujui oleh Ma
Mahardika dan Arsyila terlihat saling berpegangan tangan terlihat begitu mesrah.Tak lupa mereka saling tersenyum bahagia, begitupun dengan keluarga mereka.Sejenak Amira menghilangkan rasa egois dan bencinya terhadap Arsyila.'Baru kali ini aku melihat kak Dika sebahagia ini,' batin Amira tak hentinya tersenyum bahagia."Apakah kamu bahagia melihat mereka menikah?" tanya Fahri yang saat ini berada di samping Amira. Amira melihat ke arah Fahri."Aku bahagia karena kak Dika bahagia," jawab Amira jujur."Dan kamu sekarang tahu bukan siapa kebahagiaan seorang Mahardika?" tanya Fahri ingin mendengar pendapat dari Amira. Fahri tentu tahu jika Amira sejak awal tidak suka dengan Amira."Iya, Arsyila kebahagiaan kak Dika," jawab Amira terlihat sungkan walaupun dia mengakui itu."Yakinlah, Arsyila orang yang baik. Dia tentu akan menjadi kakak ipar yang baik untukmu, walaupun dia lebih muda dari kamu." Entah kenapa Amira merasa tersentuh hatinya mendengar penuturan dari Fahri."Iya, aku akan me
Hari ini merupakan hari yang sangat bersejarah bagi Arsyila dan Mahardika.Hari dimana mereka telah sah menjadi pasangan suami istri. Mahardika terlihat gagah dengan baju hem panjang yang di baluti dengan jas hitam dengan dasi di lehernya. Hiasan bunga pada saku jas semakin membuat elegan penampilan Mahardika.Mahardika nampak grogi dengan perasaannya yang entah dia susah mengartikannya.Amira mendekati Mahardika, dia melihat ke arah Mahardika dengan mata yang berkaca-kaca."Kakak," ucap Amira yang langsung memeluk Mahardika. Dia menangis merasa terharu melihat Mahardika akan mengakhiri masa lajangnya."Kenapa menangis?" tanya Mahardika sembari melerai pelukannya. Sejahat apapun Mahardika terhadap Amira, separah apapun kelakuan Amira yang telah dia lakukan. Mahardika tetaplah sayang sama saudara kandung satu-satunya."Kakak akan menikah, tentu Amira tidak akan berani lagi manja sama kakak," ucap Amira membuat hati Mahardika tersentuh.Mahardika kembali memeluk sang adek dan mengelus
Amira hanya mengikuti kemana Fahri pergi. Dia sendiri hanya merasa nyaman jika bersama dengan Fahri."Kita di sini dulu," ucap Fahri sembari mengarahkan Amira di sebuah sofa yang duduknya tak jauh dari Arsyila dan Mahardika.Fahri nampak perhatian dengan Amira, bahkan dia tak segan untuk mengambilkan minuman dan makanan."Mau minum apa?" tanya Fahri kepada Amira. Amira terlihat terkejut dengan perlakuan Fahri."Tidak usah, Kak. Nanti biar ambil sendiri," jawab Amira tidak enak hati."Sekalian kakak ambil buat yang lainnya juga kok," kata Fahri tahu jika Amira tidak enak hati."Kalau begitu aku ikut." Amira berdiri dan mengikuti langkah Fahri. Fahri sendiri tersenyum karena Amira tetap memiliki sikap baik, walaupun masih banyak sikap buruknya.Bahkan Fahri berpikir jika tugasnya akan semakin besar jika Amira akan menjadi istrinya.Walaupun semua belum di resmikan, tetapi Fahri sudah tahu jika dirinya di jodohkan dengan Amira.Fahri merupakan anak yang berbakti. Dia hanya ingin menuruti
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.