Share

BAB 2

Author: Kuldesak
last update Last Updated: 2023-06-22 02:03:43

"Ethan, apakah kata-kata berpisah begitu mudah bagimu?" Evelyn memberanikan diri menatap dalam ke manik mata Ethan.

Evelyn hanya dapat menahan sakit di dada setiap mendengar perkataan pria yang ada di hadapannya itu. Jujur saja, selama 2 Tahun, Evelyn sudah menanam rasa kepada Ethan.

Berharap pria beku ini dapat mencair walau hanya sedikit. Pada kenyataannya, Ethan masih saja seperti patung Es di Alaska. Bahkan saat Ethan meminta bercerai darinya saja, wajah Ethan begitu dingin.

"Tentu, karena menikah juga mudah, bukan? Jadi, jika bercerai tentunya juga tidak sulit, 'kan?"

Di luar dugaan, ternyata jawaban Ethan sangatlah ringan saat dirinya berucap. Ya, ini adalah pernikahan tanpa didasari rasa cinta. Demi menjaga reputasi Zoldyck, Ethan mau menikahi Evelyn karena mendapat tekanan dari publish. Begitu juga dengan Evelyn yang mendapat cibiran dari orang-orang bahwa dirinya adalah seorang "Jalang" karena mencoba merebut tunangan wanita lain.

"Berikan aku waktu!" Tekan Evelyn.

"Kau tidak punya hak bernegosiasi denganku, Evelyn. Segera lakukan kesepakatan! Maka Aku akan memberi kompensasi kepadamu dengan 80 juta dolar selama dua tahun. Bukankah tawaranku sudah cukup berharga? Apakah itu masih kurang?" Ethan memicingkan matanya tajam ke arah Evelyn.

"Aku tidak mau!"

"Evelyn, Kau tahu aku ini siapa? Tanda tangan segera! Karena seseorang sudah menungguku!" bentak Ethan.

"Biarkan dia menunggu!"

"Kau ingin Alice menunggu berapa lama lagi, hah! Kau mengambil posisinya. Kau benar-benar wanita yang tidak tahu diri, Evelyn." sentak Ethan.

Evelyn memutar tubuhnya kemudian berlari meninggalkan Ethan. Ia sungguh tidak ingin bercerai dengan Ethan. Biarpun pria itu begitu sombong, tidak bisa dipungkiri bahwa Evelyn sudah jatuh dalam dekapan pesona Ethan. Ini terdengar sangat egois dan bodoh. Tapi, hati Evelyn tidak dapat berbohong.

"Sial!" umpat Ethan saat melihat Evelyn meninggalkannya. "Evelyn!" panggil Ethan sambil mengejar.

Dengan langkah berlusin, Evelyn mempercepat laju pada kakinya. Mengabaikan setiap teriakan Ethan yang memanggil-manggil namanya.

Evelyn membanting pintu kamarnya dengan kuat. Tubuhnya bergetar saat punggungnya bersandar pada daun pintu lalu merosot ke lantai dengan tangis yang pecah.

"Kenapa aku harus memiliki rasa kepada pria yang tidak mencintaiku? Kenapa, setelah 2 Tahun aku tidak bisa menghapus wanita itu di dalam bayangan Ethan?" lirih Evelyn tergugu sambil kedua telapak tangannya menutupi wajah.

"Evelyn, buka! Aku tidak bisa menunggu, apakah kau ingin menguji kesabaranku, huh! Buka pintunya!"

Suara gedoran pintu di kamar Evelyn terdengar begitu nyaring saat Ethan mencoba memanggil-manggil nama Evelyn. Evelyn tidak bergeming ia hanya duduk diam dan membiarkan Ethan terus berteriak dengan emosi yang meluap-luap di depan pintu kamarnya.

"Sialan!" Umpat Ethan sambil menendang pintu kamar Evelyn dengan kuat.

"Brak!"

Daun pintu dimana Evelyn bersandar pun terbuka lebar membuat punggung Evelyn terhantam hingga wajahnya tertelungkup mencium lantai.

Evelyn meringis kesakitan saat ia menggigit lidahnya hingga berdarah.

Ethan yang melihat Evelyn bersujud di atas lantai pun membungkuk lalu menarik rambut Evelyn kemudian menyeretnya.

"Ethan, sakit! Lepaskan!" Evelyn menjerit kesakitan ketika tubuhnya terseret saat Ethan menarik rambutnya.

"Kau tahu aku ini pria yang tidak memiliki kesabaran. Mengapa kau selalu memancing emosiku, huh!" geram Ethan yang terus menyeret Evelyn.

Teriakan kesakitan Evelyn diabaikan oleh Ethan. Peduli Setan dengan Evelyn yang tengah meraung-raung kesakitan. Ini akibatnya jika Evelyn mencoba memancing kemarahan Ethan.

Ethan menghempaskan tubuh Evelyn ke lantai saat tiba di ruang kerjanya. "Tanda tangan!" tekan Ethan mendesak.

Evelyn menggeleng dengan mata sembab dan bibir yang masih terdapat bekas darah dari lidah yang ia gigit.

Dari arah luar ruangan, Evelyn dapat mendengar suara derap langkah kaki dari High Heels yang beradu dengan lantai menuju ke arah ruangan.

"Hai, aku menunggumu di bawah terlalu lama. Jadi, aku kemari." Seorang wanita berparas Latin yang terlihat modis berdiri di ambang pintu.

Evelyn menoleh. "Alice..." panggilnya dengan suara pelan.

Ethan segera menyambut mantan kekasihnya itu. "Sayang, kenapa kesini? Apa kau bosan menungguku di bawah?" Ethan merangkul pinggul ramping wanita yang ada di hadapannya.

Iris mata Evelyn bergetar saat air mata kini telah menumpuk di pelupuk mata Evelyn. Dua tahun Evelyn bertahan. Akan tetapi, suara lembut dengan tatapan hangat pria yang ia cintai di hadapannya itu tidak pernah ia dapatkan.

Pemandangan ini terlalu menyakitkan. Perlakuan kasar Ethan mungkin bisa Evelyn tahan. Tapi tidak dengan kelembutan yang Ethan tunjukan kepada Alice.

"Apakah wanita Jalang ini masih tidak ingin bercerai denganmu?" Tanya Alice kepada Ethan.

"Perempuan yang tidak punya malu memang sulit dikendalikan," Cibir Ethan menatap hina kepada Evelyn.

Alice melangkah ke arah Evelyn yang masih terduduk di atas lantai sambil melipat kedua tangannya di dada.

"Rasakan!" Alice menginjak tangan Evelyn dengan hak sepatunya.

Evelyn menjerit mencoba menarik tangannya dari kaki Alice. Namun Alice semakin menekan pinjakannya.

Dengan tatapan sinis, Alice pun berkata. "Kau memang berwajah tembok, ya. Seharusnya kau sadar diri dengan posisi rendahan mu. Kau, hanya wanita dari tong sampah yang menjual tubuhnya keatas ranjang tunanganku." desis Alice.

Evelyn mengeram kesakitan, dengan sisa tenaganya, Evelyn meraih kaki Alice. "Bruk!" tubuh Alice terhuyung dan jatuh di atas lantai. "Aawww!" Alice meringis.

Ethan yang melihat apa yang dilakukan oleh Evelyn membuat emosinya sontak membuat meradang.

"Kau...," geram Ethan. "Plak!" sebuah tamparan Ethan berikan pada pipi Evelyn. Dengan cepat, Ethan membantu Alice untuk berdiri. "Kau tidak apa-apa?" tanya Ethan Khawatir.

"Ini sakit..." rengek Alice manja kepada Ethan.

Melihat tingkah dua pasangan di hadapannya, Evelyn pun mengulum senyum pahit. Saat melihat perbandingan atas sikap Ethan. Sekarang, Evelyn begitu yakin jika dirinya hanya pengganggu di antara hubungan mereka.

"Berikan surat perceraiannya, aku akan tanda tangan." Akhirnya Evelyn membuka suara.

Ethan dan Alice sontak menoleh ke arah Evelyn. Tidak menyangka jika Evelyn sudah menyerah.

"Sayang, berikan suratnya. Agar kita segera menikah, Ayah juga sering menanyakan kepastianmu," ucap Alice berbisik.

Dengan cepat, Ethan melangkah ke arah meja dan meraih secarik kertas yang menjadi permasalahannya. Evelyn, segera bangkit dari lantai lalu menyusul Ethan ke meja kerjanya.

"Tanda tangan di sini!" Tekan Ethan sambil menujuk ke arah dimana Evelyn harus menandatanganinya.

Tanpa menjawab, Evelyn segera menandatangani surat perceraian itu. "Semoga pernikahan kalian berjalan dengan lancar." Evelyn mencoba menguatkan dirinya.

Alice membuka tasnya lalu mengambil sebuah cek. "Ambil itu dan enyahlah dari hadapan kami." Alice melempar lembaran cek tersebut di wajah Evelyn.

"Ini, sebagai tambahan untuk kamu memesan angkutan. Karena tidak ada yang akan mengantarmu." Ethan melempar sejumlah uang dolar pada wajah Evelyn.

Sakit dan terhina tentu Evelyn rasakan saat ini. Tapi, inilah kenyataan yang Evelyn terima. Bertahan, hanya akan menambah luka batin. Lebih baik bercerai karena mental jauh lebih penting.

"Terimakasih, aku ambil duit yang kalian berikan." Evelyn kemudian memungut duit yang berserakan di atas lantai. Evelyn tidak munafik, ia butuh uang untuk hidup kedepannya. Walaupun terhina, ia tetap menerima uang itu.

Setelah semua uang-uang itu terkumpul, Evelyn melangkah melewati tubuh Ethan dan Alice.

"Oh, iya, Evelyn!" panggil Ethan.

Evelyn menghentikan langkah kakinya tanpa menoleh. Ia hanya berdiri tegak tanpa bertanya, karena Evelyn hanya menunggu apa yang akan Ethan ucapkan.

"Selain barangmu, yang lainnya tidak boleh kau bawa pergi." ucap Ethan penuh penekanan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Alfi Setiawan
evelyn kok bodoh ya? klw jadi aku, sudah ku lepas manusia seperti ethan ini ......
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • CEO Arogan Itu Ayah Anakku   Kelahiran Bayi perempuan (Tamat)

    Beberapa minggu kemudian, keluarga ini mulai mempersiapkan perayaan ulang tahun Raizel yang ke-7 di panti asuhan yang sebelumnya dijanjikan oleh Evelyn. Tak ingin mengecewakan Raizel, Evelyn dan Ethan, Rosalie, Diana serta Kakek James saling bahu-membahu menyiapkan berbagai perlengkapan dan makanan untuk pesta tersebut."Sayang, apa kamu yakin makanan ini cukup untuk semua anak-anak di panti asuhan?" tanya Evelyn khawatir pada suaminya.Ethan tersenyum, meyakinkan istrinya. "Tenang saja, sayang. Aku sudah berbicara dengan pengelola panti asuhan, mereka menyediakan makanan tambahan jika dibutuhkan. Jadi, semua anak pasti akan kenyang."Di hari H, keluarga ini tiba di panti asuhan dengan membawa berbagai perlengkapan pesta dan makanan. Mereka disambut hangat oleh pengelola panti asuhan dan anak-anak yang tinggal di sana."Selamat datang, Tuan Ethan, Nyonya Evelyn, dan keluarga!" sambut salah satu pengelola. "Terima kasih banyak atas kebaikan hati kalian merayakan ulang tahun Raizel bers

  • CEO Arogan Itu Ayah Anakku   Dekapan hangat

    Kehamilan Evelyn menjadi berita yang membawa berkah bagi keluarga ini. Raizel begitu bahagia ketika mengetahui akan memiliki adik. Diana dan Rosalie pun tak dapat menyembunyikan kebahagiaan mereka dengan hadirnya calon anggota keluarga baru."Seharusnya kita merayakannya!" seru Rosalie ketika semua anggota keluarga berkumpul di ruang tamu."Aku setuju!" sahut Diana, "Terlalu lama kita tidak merayakan sesuatu yang istimewa. Mari kita mengadakan pesta kecil untuk merayakan kebahagiaan ini."Semua anggota keluarga pun bersemangat untuk mempersiapkan pesta tersebut. Mereka semua bekerja sama, menghias rumah dengan balon berwarna-warni dan bunga-bunga indah. Diana dan Rosalie mengatur menu makanan untuk pesta tersebut, sementara Evelyn dan Ethan mengundang beberapa sahabat dekat mereka untuk merayakan momen bahagia ini bersama-sama."Huek!" disaat pesta sedang berlangsung, Ethan mengalami mual yang hebat. Evelyn yang melihat hal itu pun segera meletakkan makanannya dan mengusap punggung s

  • CEO Arogan Itu Ayah Anakku   Hamil?

    "Bulannya, indah, ya," ucap Evelyn saat dia dan Ethan kini duduk di atas balkon sambil menatap langit malam. "Iya, seperti kamu. Yang selalu bersinar dalam kegelapan hidup seseorang," sahut Ethan yang saat ini dirinya sedang memeluk tubuh Evelyn dengan erat dari belakang sambil memandang langit yang sama. Sudah satu bulan berlalu saat mereka melakukan perjalanan bulan madu. Dan saat ini, kebahagiaan yang mereka rasakan semakin tajam. Mereka saling melengkapi, bagaikan potongan-potongan puzzle yang sempurna."Evelyn, masih ingat masa-masa sulit yang kau hadapi?" tanya Ethan sambil tersenyum."Tentu saja, aku masih ingat bagaimana kamu menceraikanku. Aku menangis di tengah jalan saat hujan lebat. Dan, kau tidak tahu betapa sulitnya saat aku mengetahui jika aku hamil. Merangkak dan tertatih," jawab Evelyn dengan nada yang sedih. Ethan kemudian melepaskan pelukannya, berdiri tepat di depan Evelyn. "Maaf karena sikapku dulu pada separah itu. Tapi, ada sesuatu yang ingin kutanyakan," uca

  • CEO Arogan Itu Ayah Anakku   Rai maunya Adik perempuan

    "Yey! Mama sama Papa pulang, pasti Rai dibawakan oleh-oleh Adik!" seru Rai sore ini, dia tampak bersemangat. Diana datang membawakan segelas coklat panas dan beberapa cemilan ke arah gazebo di taman depan. Sambil memperhatikan Raizel bermain-main ditemani oleh Manda. "Sayang! Ayo, sini, Nenek bawakan coklat panas!" Diana berteriak. Anak itu segera menoleh, dia pun menjawab, "ya ... Nek!" Raizel berlari dengan senyum yang merekah menuju ke arah Diana, di belakangnya disusul oleh Manda. "Nenek, sebentar lagi, Mama sama Papa akan pulang, kan?" tanya bocah itu antusia. Melihat keringat dari dahi cucunya itu menumpuk, Diana segera menggosoknya dengan telapak tamgan sambil menjawab, "iya, memangnya, Rai menunggu apa?" tanya Diana. "Kata Tuan kecil, dia sedang menunggu kedatangan tuan muda dan nyonya muda. Karena akan membawa Adik!" Manda mencoba menimpali. Diana terkekeh. Bisa-bisanya Raizel berpikir kalau buat adik sama seperti kita membuat adonan kue yang langsung jadi. "Rai Sayang

  • CEO Arogan Itu Ayah Anakku   21++ (Pemandian air panas)

    Ethan melepaskan kimononya, dengan tubuh polos itu, dia melangkah ke arah pemandian air panas yang terlihat mengepul, dia segera merendamkan tubuhnya. Dan perasaan nyaman pun mengalir di tubuhnya saat air panas tersebut mengenai permukaan kulitnya. "Oh … nyaman sekali." Ethan bergumam sambil memejamkan matanya, meresapi setiap sentuhan hangat dari air.Evelyn, dengan malu-malu melangkah ke arah pemandian air panas itu dengan kimono yang masih menempel di tubuhnya.Evelyn pun melucuti kimono yang dia. Dan tubuh polos itu pun terlihat bercahaya tertimpa sinar rembulan. Evelyn pun berkata, "Ethan, aku sudah siap." Ethan yang mendengar suara Evelyn pun membuka matanya. dia dapat melihat Istrinya itu berdiri di sisi kolam pemandian Air panas dengan penuh tatap keanggunan.Ethan tersenyum lalu berkata, "Evelyn, jangan sungkan-sungkan. Kolam air panas ini akan merilekskan otot-otot kita yang tegang setelah berkelana seharian, ayo! Kemari." ajak Ethan.Evelyn tersenyum tipis, kemudian melan

  • CEO Arogan Itu Ayah Anakku   Bulan Madu

    Kyoto-Jepang;"Whoa, Sayang, lihat! Ini begitu cantik!" seru Evelyn sambil berlari dengan kimono di bawah pohon sakura yang sedang mekar. Ethan dan Evelyn memilih Jepang untuk bulan madu mereka. Karena Evelyn suka dengan keindahan bunga sakura. Apalagi waktu senja dari klenteng puncak Kyoto menatap ke arah gunung Fuji. Itu sebuah pemandangan yang sangat menakjubkan. "Hati-hati, nanti kau tersandung, Evelyn!" Seru Ethan. Ethan memperhatikan tingkah Evelyn itu dengan riang. Perasaannya begitu bahagia saat melihat istrinya itu begitu bersemangat. Ethan segera menyusul Evelyn. Saat berjalan beriringan, Ethan menggenggam tangan Evelyn dan berjalan di bawah pohon-pohon sakura. "Setelah ini, kita mau kemana?' tanya Ethan sambil melangkah. Evelyn merenung beberapa detik. Dia memikirkan sesuatu. "Aku ingin pergi ke kuil, Kinkaku-ji, Kiyomizu-dera, dan Fushimi Inari-taisha!" seru Evelyn dengan semangat. Ethan mengusap kepala Evelyn. "Kamu maruk sekali, ya, Sayang! Masa mau dikunjungi semu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status