Malam itu, Ethan yang mabuk terpaksa masuk ke dalam kamar Evelyn dan berbagi peluh. Keesokan harinya, Ethan melempar sebuah kertas yaitu kertas perceraian kepada Evelyn. Evelyn, terpaksa menandatangani surat perceraian tersebut dan harus mengangkat kaki dari kediaman Zoldyck, setelah dirinya mendapatkan hinaan dan caci-maki dari Suaminya. Siapa menduga, satu bulan kemudian, Evelyn dinyatakan hamil dan harus membesarkan buah hatinya di sebuah perkampungan sebagai peternakan sapi.
Voir plusDirinya begitu terkejut ketika melihat Ethan sudah berjalan ke arah ranjang tepat dimana Evelyn berada. Bagaimana Evelyn tidak terkejut? Selama 2 tahun menikah, Ethan baru kali ini menginjakkan kaki di kamarnya.
"Ethan... Apa yang kau lakukan di kamarku—"Belum sempat Evelyn menyelesaikan kalimatnya, Ethan sudah membekap mulut Evelyn dengan sebuah ciuman."Kau... Kau bau Alkohol!" Evelyn mencoba mendorong tubuh Ethan yang kini sedang berusaha mencumbu bibirnya.Ethan mendorong wajahnya memberi jarak. Ditatap lekat wajah Evelyn dengan mata sayu. "Alice, kau akhirnya kembali selama 2 Tahun menghilang. Aku... Aku rindu," Lirih Ethan sambil satu telapak tangan Ethan mengusap lembut pipi Evelyn.Deg!Seperti sebuah hujaman pisau mengoyak dada, saat Sang Suami menyebut nama Wanita yang notabenenya adalah Mantan dari Ethan. Tidak heran, selama 2 Tahun, Ethan baru memasuki kamar Evelyn. Ternyata, Ethan sedang merindukan mantan kekasihnya itu.Evelyn mendorong dada Ethan dengan kuat. "Aku bukan Alice! Tolong menyingkir!" pekik Evelyn."Ethan! Apa yang kau lakukan?!" Evelyn menjerit saat Ethan merobek piyama yang dikenakan oleh Evelyn dari arah depan."Layani aku." Pinta Ethan dengan suara Serak yang terdengar begitu seksi."Tidak! Kau sedang mabuk! Dan... Dan aku bukanlah Alice!" Evelyn mencoba menolak.Tidak menghiraukan ucapan Evelyn, Ethan dengan liar mulai menjamah tubuh Evelyn dengan paksa. Ethan memberikan ciuman-ciuman kecil pada tubuh Evelyn yang sudah nampak terekspos hingga tubuh Evelyn pun menggeliat saat mendapat serangan dari Suaminya.Entah bagaimana, helaian-helaian di tubuh dua makhluk itu pun kini telah polos tanpa satu kain pun yang menempel di tubuh mereka."Ethan, tolong, jangan lakukan ini," rintih Evelyn saat Ethan sudah mulai menggagahi Evelyn."Alice, aku menunggumu terlalu lama, mengapa kau pergi meninggalkanku? Dan sekarang, kau hadir setelah dua tahun?" Ethan meracau sambil terus memanggil-manggil nama Alice saat dirinya kini sedang menikmati tubuh Evelyn.Evelyn menutup matanya dengan kedua sudut mata kini menetes bening kristal. Perasaannya begitu perih saat Ethan tidak pernah menganggap kehadiran dirinya selama 2 tahun mereka menikah. Sekuat apapun Evelyn berusaha menjadi seorang Istri yang baik, hal itu yang dilakukan oleh Evelyn adalah hal yang sia-sia."Ethan, aku bukan Alice. Aku Evelyn, ku mohon, sekali saja kau menganggapku Istrimu," Gumam Evelyn di sela tangis saat Ethan tengah menggagahinya.Di dalam dingin dan kegelapan malam, Ethan kini menerkam Evelyn dengan serakah. Mencoba melewati setiap inci kulit Evelyn dengan bibirnya lalu menjarah apa yang ada pada tubuh Evelyn.Pagi harinya, cahaya mentari mulai mengintip di balik tirai kamar dimana Ethan dan Evelyn masih terlelap dalam mimpi. Tangan kekar milik Ethan sedang memeluk tubuh Evelyn dengan erat.Perlahan, Ethan membuka mata. Sontak membuat Alis Ethan menyatu saat dirinya melihat Evelyn tidur dengan lelap di dalam dekapannya."Apa yang kau lakukan di kamarku!" Pekik Ethan dengan refleks mendorong tubuh Evelyn yang masih tertidur agar menjauh.Evelyn sontak terkejut karena tubuhnya yang tiba-tiba didorong.Evelyn menatap takut dengan pria yang kini sudah duduk menatapnya tajam. "Kau... Kau, yang datang ke kamarku. Dan ini adalah kamarku," jawab Evelyn tergagap.Ethan menyisir pandangannya. Seketika rahangnya mengeras. "Sial, apa yang aku lakukan dengan wanita menjijikkan sepertimu?" umpat Ethan dengan gusar turun dari tempat tidur dimana dirinya dan Evelyn semalam berbagi peluh.Evelyn hanya dapat tertunduk saat melihat Ethan memungut pakaiannya."Pakai pakaianmu." cibir Ethan.Evelyn dengan cepat melilitkan selimut putih pada tubuhnya, beranjak turun kemudian memungut pakaiannya yang berserakan di atas lantai."Temui aku di ruang kerja setelah ini." Tekan Ethan sambil memakai pakaiannya."Ba... Baik." Jawab Evelyn.Ethan pun berlalu dari kamar Evelyn begitu saja dengan raut wajah tanpa Ekspresi. Evelyn segera bersiap-siap untuk menyusul Ethan. Sebab, Ethan adalah pria yang paling tidak suka menunggu."Hah, harus sampai kapan aku bertahan dengan patung Es ini?" Gumam Evelyn.Setelah memakai baju dan membasuh wajahnya, Evelyn pun menyusul Ethan ke ruang kerja Ethan berada.Evelyn mengetuk pintu yang berada di hadapannya dengan perasaan was-was. Jika sampai Ethan sudah memanggil Evelyn untuk menemuinya, tentu ada sesuatu kesalahan yang dilakukan oleh Evelyn."Masuk!"Mendengar sahutan dari dalam, Evelyn membuka pintu ruang kerja Ethan dengan hati-hati. Evelyn dapat melihat pria Arogan yang tidak pernah senyum itu sedang menatap layar monitornya.Evelyn kemudian melangkah menuju ke arah meja kerja Ethan. "Ada apa kau memintaku kemari menemuimu?" tanya Evelyn.Ethan mengalihkan pandangannya ke arah Evelyn dengan wajah datar dan dingin. Begitulah Ethan kepada Evelyn selama 2 Tahun menikah, Ethan tidak pernah menunjukan kehangatannya kepada Evelyn.Srak!Ethan melempar sebuah kertas di depan Evelyn. Alis Evelyn mengerut sambil meraih kertas yang melayang lalu jatuh di atas meja."Ini apa?" Tanya Evelyn dengan tatapan polos ke arah Ethan."Tanda tangani perjanjian perceraian ini. Sebagai kompensasi, Aku akan memberikanmu 80 juta dolar sebagai tunjangan." sentak Ethan.Deg!Seperti dihujam oleh ujung belati di dada. Rasanya, daging di dalam sana terkoyak dengan rasa perih saat mendengar penuturan Ethan.Evelyn menatap ke arah Ethan dengan iris mata bergetar. Dengan tatap pandang tak percaya, Evelyn pun memberanikan diri untuk bertanya. "Ethan, apakah aku melakukan sesuatu yang salah?""Alice telah kembali. Dan dia ingin kita bercerai, karena dia benci melihatmu! Maka dari itu, aku ingin mengakhiri pernikahan konyol ini."Evelyn meremas kertas perceraian yang ia pengan dengan kuat. Nampak tangan Evelyn bergetar mendengar alasan Ethan ingin menceraikan dirinya."Kau menceraikanku hanya karena mantan mu telah kembali? Apakah sebuah ikatan janji suci pernikahan kamu anggap hanya sebuah permainan dan lelucon?" Ucap Evelyn dengan bibir bergetar.Ethan menatap ke dalam manik mata Evelyn dengan tatapan menusuk. "Wanita yang ingin ku nikahi itu bukan dirimu! Kau yang menjebakku lalu naik ke atas tempat tidurku. Dan menyiarkan skandal kita berdua di Media untuk memaksaku untuk menikahimu, Dasar wanita licik! Kau yang membuat Alice pergi karena Video skandal konyol yang terjadi di antara kita berdua!" Cibir Ethan.Evelyn menyadari hal itu. Tapi, di satu sisi, kejadian dua Tahun yang lalu bukan atas kemauan dirinya. Entah bagaimana bisa dirinya berada dengan Ethan dalam satu ranjang saat malam pesta pertunangan Ethan dan Alice sedang dilangsungkan."Ethan, harus berapa kali aku katakan kepada dirimu, aku tidak tahu masalah malam itu. Lantas, kenapa kau baru menceraikanku saat Alice kembali setelah dua tahun berlalu?" Evelyn mencoba menahan Air matanya yang sedari tadi ingin tumpah.Beberapa minggu kemudian, keluarga ini mulai mempersiapkan perayaan ulang tahun Raizel yang ke-7 di panti asuhan yang sebelumnya dijanjikan oleh Evelyn. Tak ingin mengecewakan Raizel, Evelyn dan Ethan, Rosalie, Diana serta Kakek James saling bahu-membahu menyiapkan berbagai perlengkapan dan makanan untuk pesta tersebut."Sayang, apa kamu yakin makanan ini cukup untuk semua anak-anak di panti asuhan?" tanya Evelyn khawatir pada suaminya.Ethan tersenyum, meyakinkan istrinya. "Tenang saja, sayang. Aku sudah berbicara dengan pengelola panti asuhan, mereka menyediakan makanan tambahan jika dibutuhkan. Jadi, semua anak pasti akan kenyang."Di hari H, keluarga ini tiba di panti asuhan dengan membawa berbagai perlengkapan pesta dan makanan. Mereka disambut hangat oleh pengelola panti asuhan dan anak-anak yang tinggal di sana."Selamat datang, Tuan Ethan, Nyonya Evelyn, dan keluarga!" sambut salah satu pengelola. "Terima kasih banyak atas kebaikan hati kalian merayakan ulang tahun Raizel bers
Kehamilan Evelyn menjadi berita yang membawa berkah bagi keluarga ini. Raizel begitu bahagia ketika mengetahui akan memiliki adik. Diana dan Rosalie pun tak dapat menyembunyikan kebahagiaan mereka dengan hadirnya calon anggota keluarga baru."Seharusnya kita merayakannya!" seru Rosalie ketika semua anggota keluarga berkumpul di ruang tamu."Aku setuju!" sahut Diana, "Terlalu lama kita tidak merayakan sesuatu yang istimewa. Mari kita mengadakan pesta kecil untuk merayakan kebahagiaan ini."Semua anggota keluarga pun bersemangat untuk mempersiapkan pesta tersebut. Mereka semua bekerja sama, menghias rumah dengan balon berwarna-warni dan bunga-bunga indah. Diana dan Rosalie mengatur menu makanan untuk pesta tersebut, sementara Evelyn dan Ethan mengundang beberapa sahabat dekat mereka untuk merayakan momen bahagia ini bersama-sama."Huek!" disaat pesta sedang berlangsung, Ethan mengalami mual yang hebat. Evelyn yang melihat hal itu pun segera meletakkan makanannya dan mengusap punggung s
"Bulannya, indah, ya," ucap Evelyn saat dia dan Ethan kini duduk di atas balkon sambil menatap langit malam. "Iya, seperti kamu. Yang selalu bersinar dalam kegelapan hidup seseorang," sahut Ethan yang saat ini dirinya sedang memeluk tubuh Evelyn dengan erat dari belakang sambil memandang langit yang sama. Sudah satu bulan berlalu saat mereka melakukan perjalanan bulan madu. Dan saat ini, kebahagiaan yang mereka rasakan semakin tajam. Mereka saling melengkapi, bagaikan potongan-potongan puzzle yang sempurna."Evelyn, masih ingat masa-masa sulit yang kau hadapi?" tanya Ethan sambil tersenyum."Tentu saja, aku masih ingat bagaimana kamu menceraikanku. Aku menangis di tengah jalan saat hujan lebat. Dan, kau tidak tahu betapa sulitnya saat aku mengetahui jika aku hamil. Merangkak dan tertatih," jawab Evelyn dengan nada yang sedih. Ethan kemudian melepaskan pelukannya, berdiri tepat di depan Evelyn. "Maaf karena sikapku dulu pada separah itu. Tapi, ada sesuatu yang ingin kutanyakan," uca
"Yey! Mama sama Papa pulang, pasti Rai dibawakan oleh-oleh Adik!" seru Rai sore ini, dia tampak bersemangat. Diana datang membawakan segelas coklat panas dan beberapa cemilan ke arah gazebo di taman depan. Sambil memperhatikan Raizel bermain-main ditemani oleh Manda. "Sayang! Ayo, sini, Nenek bawakan coklat panas!" Diana berteriak. Anak itu segera menoleh, dia pun menjawab, "ya ... Nek!" Raizel berlari dengan senyum yang merekah menuju ke arah Diana, di belakangnya disusul oleh Manda. "Nenek, sebentar lagi, Mama sama Papa akan pulang, kan?" tanya bocah itu antusia. Melihat keringat dari dahi cucunya itu menumpuk, Diana segera menggosoknya dengan telapak tamgan sambil menjawab, "iya, memangnya, Rai menunggu apa?" tanya Diana. "Kata Tuan kecil, dia sedang menunggu kedatangan tuan muda dan nyonya muda. Karena akan membawa Adik!" Manda mencoba menimpali. Diana terkekeh. Bisa-bisanya Raizel berpikir kalau buat adik sama seperti kita membuat adonan kue yang langsung jadi. "Rai Sayang
Ethan melepaskan kimononya, dengan tubuh polos itu, dia melangkah ke arah pemandian air panas yang terlihat mengepul, dia segera merendamkan tubuhnya. Dan perasaan nyaman pun mengalir di tubuhnya saat air panas tersebut mengenai permukaan kulitnya. "Oh … nyaman sekali." Ethan bergumam sambil memejamkan matanya, meresapi setiap sentuhan hangat dari air.Evelyn, dengan malu-malu melangkah ke arah pemandian air panas itu dengan kimono yang masih menempel di tubuhnya.Evelyn pun melucuti kimono yang dia. Dan tubuh polos itu pun terlihat bercahaya tertimpa sinar rembulan. Evelyn pun berkata, "Ethan, aku sudah siap." Ethan yang mendengar suara Evelyn pun membuka matanya. dia dapat melihat Istrinya itu berdiri di sisi kolam pemandian Air panas dengan penuh tatap keanggunan.Ethan tersenyum lalu berkata, "Evelyn, jangan sungkan-sungkan. Kolam air panas ini akan merilekskan otot-otot kita yang tegang setelah berkelana seharian, ayo! Kemari." ajak Ethan.Evelyn tersenyum tipis, kemudian melan
Kyoto-Jepang;"Whoa, Sayang, lihat! Ini begitu cantik!" seru Evelyn sambil berlari dengan kimono di bawah pohon sakura yang sedang mekar. Ethan dan Evelyn memilih Jepang untuk bulan madu mereka. Karena Evelyn suka dengan keindahan bunga sakura. Apalagi waktu senja dari klenteng puncak Kyoto menatap ke arah gunung Fuji. Itu sebuah pemandangan yang sangat menakjubkan. "Hati-hati, nanti kau tersandung, Evelyn!" Seru Ethan. Ethan memperhatikan tingkah Evelyn itu dengan riang. Perasaannya begitu bahagia saat melihat istrinya itu begitu bersemangat. Ethan segera menyusul Evelyn. Saat berjalan beriringan, Ethan menggenggam tangan Evelyn dan berjalan di bawah pohon-pohon sakura. "Setelah ini, kita mau kemana?' tanya Ethan sambil melangkah. Evelyn merenung beberapa detik. Dia memikirkan sesuatu. "Aku ingin pergi ke kuil, Kinkaku-ji, Kiyomizu-dera, dan Fushimi Inari-taisha!" seru Evelyn dengan semangat. Ethan mengusap kepala Evelyn. "Kamu maruk sekali, ya, Sayang! Masa mau dikunjungi semu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Commentaires