Lia menawarkan kembali untuk bekerja di perusahaanya, dan dia di janjikan libur khusus untuk Ardi. Namun, Ardi menolak karena ia beralasan jika ia sudah mendepatkan pekerjakan yang baru dari teman dekatnya.
Lia menatap Ardi dengan rasa kecewa, namun sebisa mungkin ia tidak menunjukan hal itu kepada Ardi. Dia menyalahkan dirinya sendiri atas semua keputusanya yang salah, sudah lama dia tidak merasakan kehilangan seperti ini, Lia mengepalkan tanganya kesal.
Saat Lia tengah di lema, Rehan terbangun dari tidurnya. Dia secara mengejutkan memanggil nama Lia setelah ia sadar dari operasinya.
"Kak Lia! Kaka baik-baik saja?" dengan wajah lesunya Rehan memandangi Lia dengan nanar.
"Kaka sehat kok, adik istirahat dulu aja. Kalo adik sudah sehat mau kaka beri hadiah loh!"
"Mau kak. Lehan sayang kak Lia."
"Kaka juga sayang Rehan." perasaan Lia kembali tenang, Dia langsung memberikanya sebuah
"Dulu, aku pernah bertemu Nayla. Di rumah sakit! Dia menyuruhku untuk menjadi ibu sambung bagi Rehan."Lia kemudian menceritakan masa lalunya, saat dia di jebak oleh Joong Won sampai bertemu Nayla di Rumah sakit kepada Ardi. Ardi yang mendengar semua ceritanya langsung terenyuh, sampai dia bisa merasakan perasaan apa yang selama ini Lia rasakan.Sebelum Nayla meninggal, Nayla pernah menceritakan kisah seorang wanita yang bernasib sangat buruk dan sedih. Nayla ingin mengajak wanita itu untuk bertemu dengan keluarga kecilnya saat itu, namun meski Tuhan telah menemukan keduanya, Nayla justru telah pergi sangat jauh meninggalkan mereka."Ibu tau, Nayla juga saat itu ingin bertemu dengan ibu. Dia bercerita, dia bertemu seorang wanita cantik di rumah sakit! Dia berkeliling memberikan semangat kepada setiap ibu di sana. Yah, meski sekarang Nayla malah telah pergi jauh dari kita." Keduanya merasakan kesedihan serupa.Karena suasana hatinya yang tengah rapuh, Lia mend
Ardi tidak bisa berkata-kata lagi, pantas saja Lia pegitu dingin dan angkuh terhadap orang lain. Karena kurangnya kasih sayang yang ia rasakan selama ini, mungkin itulah penyebab yang membuatnya selalu berusaha untuk terlihat tetap kuat meski harus berdiri sendiri.Dia akan mengesampingkan perasaanya demi tujuan hidup untuk sebuah pembuktian. Ardi seakan mengerti perasaan kecewa yang di rasa oleh Lia selama ini. Karena nafsu, orang rela menjauh dari tuhanya dan melakukan semua hal, meski itu sudah di luar batas yang telah di tentukan kepada setiap manusianya.Ardi menghela napasnya cukup panjang, dia lalu berdiri dan memegang lembut pundak Ibu Dini dan Pak Alfred. "Saya yakin akan membuat keluarga kalian utuh kembali." Ardi menatap mata keduanya dengan penuh percaya diri. Sentuhan tanganya langsung di balas oleh kedua pasangan suami istri ini."Aku sangat berharap banyak padamu nak." Bu Dini yang sudah tidak kuasa menahan ras
Setelah kejadian itu, hubungan antara Lia dan Bu Dini semakin baik. Lia bahkan sudah mau untuk tinggal satu atap dengan orang tuanya, saat dia hendak berangkat ke tempat kerja. Lia selalu di titipi oleh orang tuanya beberapa makanan untuk di berikan kepada Ardi dan Rehan.Bu Dini sangat berterima kasih kepada Ardi, sampai-sampai kegiatan seperti itu di lakukanya setiap hari. Hati Lia yang juga mulai terbuka untuknya, tanpa kerepotan dia selalu mampir pagi untuk memberikan makanan yang di titipkan ibunya.Pagi ini, dia sudah berada di dapur rumah Rehan. Dia memotong-motong sayuran di hadapanya dengan rapih. 'Mas Ardi bangun pasti kaget,' dengan penuh antusias dia memotong semua bahan yang akan ia jadikan lauk sarapan pagi.Dia menyalakan kompor di hadapanya, satu demi satu Lia memasukan semua bahan yang harus ia masak ke dalam wajan. Setelah beberapa menit akhirnya masakanya jadi dengan sempurna, dia kembali mencicip sedikit masakanya.'Lumayan
KRIINGG!! KRIINGG!! KRIINGG!!Suara alarm ponsel yang semalam Ardi pasang terdengar nyaring memenuhi seluruh ruangan kamarnya. Dia hanya Beringsut-ingsut karena risih dengan suara alarm tersebut. Anak laki-laki, yang usianya sekitar empat tahun terbaring di samping Ardi, segera beranjak untuk duduk di atas tempat tidurnya sambil mengumpulkan beberapa nyawanya yang sempat hilang.Rehan Raditya Mubarok, putra pertama Ardi Raditya Mubarok. Ibunya meninggal bertepatan saat dia lahir, kini dia hidup dengan satu ayah yang sangat menyayanginya."Yah! Bangun udah jam lima." seru Rehan sambil mengoyang-goyangkan tubuh ayahnya."He-em" Ardi hanya berdeham. Namun, setelah tubuhnya terus di goyang-goyangkan oleh Rehan, dia segera bergegas bangun dan mencium kening putranya. "Iya nih! Ayah bangun. Yuk! Cuci muka lalu wudhu, abis itu! Kita sholat." Ajak Ardi yang langsung turun dari tempat tidurnya."Yah! Ge
Hari pertama untuk menjajahkan susu kedelai buatanya membuat Ardi sedikit gugup. Dia sudah sebisa mungkin membuat rasa susu kedelai buatanya, terasa berbeda di mulut orang yang akan membelinya nanti.Dia memberikan secara cuma-cuma kepada beberapa tetangga terdekat, untuk komentar kekurangan apa, yang ada di susu kedalinya ini. Dia sangat bersyukur, karena kebanyakan orang-orang yang telah mencicipi susunya itu memberikan tanggapan rasa yang positif alias enak."Rehan udah siap?!" tanya Ardi penuh semangat."Udah ayah." jawab Rehan sepontan.Dengan modal kecil yang ia terima kemarin. Ardi dengan tanpa berputus asa, mencari-cari dan meminta saran kepada teman-temanya usaha apa yang cocok untuk dirinya saat ini.Setelah menemukan usaha yang menurutnya cocok. Dia meracik sedikit rasanya agar nanti ketika di minum, akan berbeda dengan susu kedelai kebanyakan.Dengan yakin, Ardi menj
Tanpa Ardi percayai. Besok dia akan mulai bekerja di perusahaan ternama di indonesia. PT Harapan, PT yang termasuk perusahaan industri dan pangan yang cukup besar di indonesia.Memiliki enam puluh cabang yang tersebar luas kepenjuru kota di indonesia. Salah satunya di Jogja tempat kelahiran Ardi sekarang. Seragam kerja langsung datang setelah mendapatkan kabar di terima di perusahaan tersebut, sorenya langsung di antar oleh kerabat Arifin yang menjabat sebagai ketua Cleaning Servis di sana."Mas Ardi nanti di tempatkan khusus loh mas?! Mas cuman membersihkan kantor CEO di sana, dan yah. Beruntungnya Mas Ardi, nanti mas bisa di kenal sama Ibu Lia."Ardi terdiam untuk beberapa saat. 'Apa orang cacat seperti ku tidak masalah yah! Jika bekerja langsung di hadapan bossnya?!' batin Ardi kurang percaya diri."Mas?!" sahut kerabat Arifin sekali lagi."Eh iya, Mas.""Jangan panggil mas terus mas Ardi. Saya oranganya kurang nyamanan jika di panggil mas."
"Kenapa anda menatap saya seperti itu?!" bentak Lia."Maaf bu, saya hanya terpukau dengan kecantikan ibu.""Kau kira! Dengan berkata seperti itu aku nanti akan menyukaimu?! Sejujurnya tidak ada satu wanita normalpun yang mau dengan seorang lelaki, yang untuk berjalan saja kesusahan."Ilham memberikan sebuah isyarat untuk diam. Ardi akhirnya paham, kenapa banyak Cleaning cervis yang bekerja di ruangan CEO ini sering di ganti. Ardi menduga jika semua Cleaning Cervis itu di pecat tiba-tiba karena tuan mereka tidak suka.'Aku, lain kali harus berhati-hati.'"Ingat jangan bicara sembarangan, jika masih ingin bekerja di sini." Lia kembali mengingatkan dengan ancaman khasnya. Tatapan mendominasi Lia, sunghuh membuat Ardi ketakutan."Sekrang mulailah bekerja!? Pak Ilham anda boleh segera pergi dari ruangan ini.""Baik bu." jawab Ilham dengan langsung pergi meninggalkan k
"Supaya adik enggak marah lagi. Kakak harus apa?" Lia terus merayu, mencoba membujuk Rehan agar Rehan tidak menjauhinya."Kakak jangan marahi ayah lagi." jawab Rehan sambil berlari ke arah belakag kaki Ardi untuk bersembunyi. Meskipun dia masih kecil, perasaan malu pada orang lain bisa ia rasakan. Dia sangat takut meminta sesuatu dari orang yang baru ia kenali."Iya.. Kakak janji enggak akan marahin ayahmu lagi." Lia mengulurkan jari kelingkingnya, sebagai tanda jika Lia menyetujui permintaan Rehan. Ardi, membimbing Rehan untuk menerima ikrar janji keduanya.Setelah saling mengaitkan jari kelingking, akhirnya Rehan mau menerima eskrim pembelian Lia. Ardi lalu ijin untuk pamit, agar memikirkan kesalahanya hari ini, dan di kemudian hari dia tidak melakukan kesalahan lain lagi.Setelah Lia kembali masuk ke ruanganya. Pandagan mata, yang sedari tadi iri dengan sikap Lia terhadap putra Ardi, ada yang berpikir besok